The Last : No One Who Win

217 21 21
                                    

Insiden Leonhart

"Reiner.... Dia kabur! Seseorang harus menghentikannya atau bencana terjadi! Kumohon padamu.... Tolong aku!"

"Tolong.... Berhentilah menyiksaku begitu.... Aku tidak melakukan suatu yang salah.... Kumohon.... Biarkan aku pergi dan aku akan menganggap semua ini tidak terjadi." kata Annie sambil menggosokan kedua permukaan tangannya. Dia berlutut, wajahnya babak belur dengan lebam besar di mata membuatnya tidak bisa terbuka, pakaiannya yang robek di beberapa tempat dan tampak sangat lusuh tertiup angin malam yang dingin.

"Kalau sebuah pistol bisa membuatmu berkata demikian, bagaimana bisa aku percaya kau akan tutup mulut jika polisi melakukan hal yang sama?" Reiner menempelkan ujung pistol pada dahi Annie, mendorongnya hingga kepala gadis itu mundur.

"Kalian monster! Kau tahu aku mengalami hal-hal mengerikan, tapi kamu membiarkannya melakukan hal itu! Apa kamu masih bisa mengatakan kamu manusia? Kenapa kamu melakukan itu padaku?"

Reiner dengan cepat mengalihkan ujung pistol nya ke dada Annie, tanpa ragu menarik pelatuk dua kali untuk melubangi jantung itu. Dia menghirup udara dalam-dalam untuk menikmati bagaimana tubuh ringkih itu tersungkur ke tanah dengan sedikit kejang saat darah mengalir dari lubang di dadanya.

Terlalu banyak 'kenapa' dalam hidup dan kamu harus tahu kapan berhenti menggunakan kata itu karena suatu hari kita akan mengerti kenapa langit itu biru dan rumput hijau.

Pengejaran Pelaku Peach Girl

Reiner menatap tajam ke depan, menembus kaca depan mobilnya yang berhadapan dengan persimpangan gang. Dia bisa mendengar bagaimana langkah-langkah kaki yang berlari mulai terdengar samar, karena itu dia segera memandang spion untuk mematikan dia memakai masker dan topinya dengan benar.

Apa yang kamu lakukan, Porco?

Setelahnya, dia keluar, membiarkan kunci tetap di tempatnya, dan bersembunyi disalah satu dinding gang, menunggu seseorang untuk datang. Langkah-langkah kaki semakin mendekat, dan dia menjadi siaga dengan tangannya yang terbuka. Dan saat orang pertama muncul, dia menariknya. Mata mereka dengan cepat bertemu dan saling menajam untuk mengetahui siapa itu.

Reiner...

Porco...

Mereka saling memanggil didalam hati, sebelum akhirnya Reiner melempar Porco ke belakangnya sedangkan dia berlari ke arah sebaliknya. Lebih dari sepuluh orang polisi mengejar Reiner karena mengira dia adalah Porco. Pakaian mereka mirip, terlebih dengan rambut pirang yang mencuat dari bawah topi.

Suara peluru di tembakan ke udara sebagai peringatan terakhir, tapi Reiner tidak menghiraukannya dan terus berlari. Dengan kaki yang panjang dan kuat, dia setara dengan para polisi senior itu.

Karena peringatan terakhir dikeluarkan dan Reiner menolak berhenti, maka para polisi itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada Reiner. Tapi beruntung saat mereka menarik pelatuknya, Reiner lebih dulu berbelok di gang dan biji besi itu menghantam tembok.

Reiner mempercepat larinya dan berbelok beberapa kali di gang rumit sehingga para polisi kehilangan jejaknya. Tapi hanya perlu menunggu waktu sampai dia ditemukan. Maka, dia memanjat salah satu tangki air warga, dan masuk ke dalamnya. Dia pikir tangki itu berisi air, tapi ternyata kosong sehingga Jatuhnya menimbulkan suara.

Dia menutup tangki dari dalam dan menyalakan ponsel untuk penerangan. Tidak ada setetes air pun disana, jadi dia bisa duduk dengan aman dan nyaman kemudian mengirim pesan kepada Porco.

Jemput aku
(berbagi lokasi)

Kenapa kamu datang?

The Season I Want to Die [End]Where stories live. Discover now