2. Red Rose

6.8K 524 2
                                    

-Red Rose simbolizes true love, romance, passion, and desire-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Red Rose simbolizes true love, romance, passion, and desire-

*****

Kiara POV.

Aku duduk sendirian di kantin kampus, kepalaku tertunduk di atas meja kantin yang kini menjadi temanku satu-satunya. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang disini. Kemudian mataku beralih untuk melihat jam mungil yang terpasang di tangan, waktu baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Wajar saja kantin ini sepi, sekarang masih waktunya perkuliahan, jadi seharusnya memang para mahasiswa masih berada di dalam ruang kuliah, seharusnya aku juga masih berada di dalam ruang kuliah.

Aku menarik napas berat, menggenggam erat sebuah kertas di tanganku. Ingin rasanya aku buang kertas ini, tanpa perlu membukanya. Tapi tentu saja itu tidak mungkin, tidak mungkin aku membuang surat dari kampus ini, tanpa mengetahui isinya. Aku harus tahu, apakah kali ini aku dikeluarkan dari kampus? Atau mungkin kampus masih memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk melunasi uang kuliahku?

Aku kembali menghela napas. Mengetahui bahwa apapun yang akan tertulis di dalam kertas ini, aku tetap harus berjuang, untuk diriku sendiri.

Perkenalkan namaku Kiara Senjana Larasati, panggil aku Kiara. 

Seorang gadis yang tidak punya siapa-siapa, tidak punya apa-apa, seorang gadis yang biasa saja. Biasa dari segi penampilan, biasa dari segi kepintaran, bahkan biasa dari segi kekayaan.

Ketika aku mengatakan aku tidak punya siapa-siapa, aku berkata jujur. Ayah dan Ibu sudah tidak ada sejak aku kecil, Ayahku meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil sepuluh tahun lalu, sementara Ibuku entah berada dimana. Aku sendirian sejak kecil, kemudian aku dirawat oleh kakekku sampai lulus SMA dan bisa berkuliah di kampus ini. Kami berdua hidup sederhana, tapi cukup untuk kehidupan sehari-hari.

Sampai akhirnya Kakek sakit, dan tidak lama dia juga pergi, kembali meninggalkan aku sendirian. Sendirian untuk menghidupi diriku sendiri, sendirian untuk menjaga diriku sendiri. Sebenarnya aku tidak sepenuhnya sendiri, menurut Kakek, aku mempunyai keluarga lain yang tidak pernah kutemui sampai saat ini, karena keadaan.

Tapi diluar itu semua, sekarang aku hidup sendiri, berusaha bekerja untuk diriku sendiri, untuk hidup sehari-hari dan juga membayar uang kuliahku. Aku bekerja apapun yang aku bisa, pelayan toko, pelayan restoran, sampai menjual kue dari rumah ke rumah. Apapun aku lakukan, asalkan halal dan tidak menyusahkan orang lain.

Aku pikir aku bisa bertahan dengan baik sampai saat ini, tapi ternyata aku salah. Pada akhirnya aku harus menerima kenyataan kalau aku kesulitan. Aku kesulitan menjalani hidupku. Aku tidak bisa sendirian.

Aku kembali menatap kertas yang sudah setengah teremas di tanganku. Aku pandangi kertas itu lama, entah ini kertas keberapa yang kuterima dari kampus semester ini. Dengan enggan, perlahan aku buka kertas itu. Kubaca kalimat pertamanya, surat peringatan pembayaran. Dan seketika tubuhku lemas, sebenarnya aku sudah tahu akan mendapatkan surat ini. Tapi ketika aku benar-benar dihadapkan pada kenyataan, ketika aku benar-benar mendapatkan surat ini, tetap ada rasa sakit di hatiku, kenapa harus aku? Kenapa dari sekian banyak orang yang berada di dunia ini harus aku? Kenapa harus aku yang menjalani kehidupan seperti ini?

Senja Bersama Awan (END, KK)Where stories live. Discover now