12. Lavender

3.4K 419 15
                                    

boleh dipencet bintangnya, dan boleh juga komennya.. your comments make my day *loveyouall

-Lavender simbolizes purity, silence, devotion serenity, grace, and calmness-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Lavender simbolizes purity, silence, devotion serenity, grace, and calmness-

*****

Awan POV.

"Kalau kamu mau membaca buku itu, baca saja."

Bugh.

Suara buku jatuh terdengar nyaring di telingaku. Netraku melihat sebuah buku yang terbuka, buku yang awalnya dipegang Senja, saat ini sudah tergeletak di lantai. Aku mengeryitkan alis mataku, melihat bergantian antara buku dan wajah seseorang yang terlihat sangat ketakutan saat ini, seperti biasa.

"M-maaf Pak?" ujar Senja terbata-bata, sepertinya dia benar-benar kaget dengan perkataanku tadi. Tangan rapuhnya mengarah ke arah buku yang berada di lantai dan mengambil buku itu pelan, untuk segera ia bawa ke dalam pelukannya. Tangan yang memeluk erat buku di dadanya terlihat gemetar, buku jarinya memutih karena terlalu erat memegang benda itu.

Aku menarik napas, berusaha menetralkan intonasi suaraku agar dia tidak lagi ketakutan. "Saya bilang, kalau kamu mau membaca buku itu, baca saja. Saya tahu kamu cukup pintar untuk membaca dan mengerti buku-buku itu."

Perlahan aku melihat perubahan pada ekspresi wajahnya, aku melihat kebahagiaan yang tulus dari Senja. Seperti seorang anak kecil yang mendapatkan mainan yang sudah diinginkannya sejak lama.

"Boleh Pak? Saya boleh membaca buku-buku ini?"

Aku mengangguk, memberikan persetujuan. "Boleh saja. Lagipula buku-buku itu bukan punya saya, tapi punya adik saya."

"Air," ujar Senja mengulang kembali nama adikku, Air.

Aku mengernyitkan alisku, mendengar dia menyebutkan nama Air. "Iya, semua buku ini punya Air. Sepertinya dia juga tidak akan keberatan kalau kamu membaca buku-bukunya."

Senja kembali tersenyum padaku, tubuh mungilnya bergerak spontan, tanda dia sangat bersemangat. "Terima kasih Pak, saya akan jaga buku-buku ini supaya tidak rusak. Saya akan rawat buku-buku ini dengan tangan saya sendiri. Makasih ya Pak!"

Kemudian aku melihat tubuhnya berbalik menghadap rak buku, tangan rapuhnya menyentuh deretan buku-buku itu. Sementara matanya tak henti bergerak diantara judul buku, seakan bingung ingin memulai bacaannya dari mana.

Bibirku tanpa sadar tersenyum melihat keriaan murni dari tubuh mungil di hadapanku. Setelah itu, seharusnya aku pergi dari sana, seharusnya aku bisa berhenti berbincang dengannya. Tapi tidak, tentu saja aku dan mulutku yang bodoh ini tidak berhenti berbicara padanya.

"Kamu betah kerja sama saya?"

"G-gimana Pak?" Senja terlihat terkejut dengan pertanyaanku, tidak menyangka aku masih berada di dekatnya.

Senja Bersama Awan (END, KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang