15. Freesia

3.3K 407 18
                                    

next chapter, happy reading.. 

oh ya, ada salam dari anak2ku, kata mereka, "Om, Tante, Kakak2 semua, jangan lupa pencet bintang kecilnya yaa.. " *hahaha *loveyouall

-Freesia simbolizes friendship, trust, thoughtfulness, and innosence-

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

-Freesia simbolizes friendship, trust, thoughtfulness, and innosence-

*****

Kiara/Senja POV

Egoku mengatakan, aku tidak ingin dia mengasihaniku.

Awan menatapku lekat. Wajahnya diselimuti kebingungan, matanya sedikit terbelalak, sementara mulutnya sedikit terbuka seakan ingin menyangkal pernyataanku. Aku tahu dia tidak menyangka aku akan begitu emosional seperti ini, bahkan akupun kaget dengan reaksiku sendiri.

"Senja, maksud saya bukan begitu. Saya gak bermaksud membuat kamu kesal," suara Awan lembut terdengar di telingaku, suara yang sudah lama tidak kudengar. Intonasi suara ini pernah aku dengar bertahun-tahun lalu, pada hari kelulusan, terakhir kali aku melihatnya.

Aku hanya berdiri terdiam, kaku. Menyesali setiap perkataan yang keluar dari mulutku beberapa waktu lalu. Bagaimana bisa aku berkata seperti itu di hadapan Awan? Bagaimana bisa emosi menguasai akal sehatku seperti tadi. Bodoh, aku benar-benar bodoh. 

Aku menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung ke arah Awan. Jari-jemariku bertautan di depan dada, seakan saling menguatkan satu sama lain dari getaran tangan yang semakin terasa karena kegugupanku. Aku menahan napas, menunggu kalimat yang akan Awan katakan selanjutnya. Pasti dia akan marah, iya kan?

"Duduk dulu Senja," pinta Awan singkat.

Aku tersentak mendengar perkataan Awan. Dia menyuruhku duduk? Dia tidak mengusirku? Beberapa saat, aku masih berdiri di tempat yang sama, takut untuk bergerak, takut untuk melangkah. Tautan jari-jemariku semakin mengencang.

"Senja, duduk," suara Awan makin lembut terdengar di telingaku.

Pelan, aku beranjak kearah tangga taman belakang, tempat aku biasa duduk setiap menemani Awan. Aku paksa tubuhku untuk duduk dan kembali menundukkan kepala menghadap ke lantai. Tidak berani melihat ke arah lain.

"Senja, gak ada manusia di dunia ini yang gak pantas untuk bahagia. Semuanya pantas, bahkan kamu juga." Awan menghela napasnya lelah. "Kamu, saya, semua pantas bahagia. Bahkan keluarga saya yang kamu sebut tadi, juga bahagia. Kami bahagia dengan segala kekurangan kami."

Tanpa sadar aku menaikkan pandanganku, aku menatap kearah Awan kebingungan. "Kekurangan?"

Awan tersenyum menatapku. Senyumannya menyejukkan, seperti awan yang melindungi dari teriknya sinar matahari, di atas langit. Setelah itu pandangannya beralih ke atas langit. "Senja, gak ada keluarga yang sempurna. Bahkan ayah dan ibuku yang terlihat saling mencintai juga pernah menderita. Air, adikku juga ada kekurangan dalam hidupnya. Gak akan ada yang sempurna Senja, yang paling benar adalah bagaimana kita menerima ketidaksempurnaan itu menjadi kebahagiaan. Itu yang penting."

Senja Bersama Awan (END, KK)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt