3. Jasmine

4.9K 444 2
                                    

hi.. bab 3 nii.. di cerita ini aku bakalan banyak bolak-balik flashback, mudah2an gak bingung bacanyaa yaaa..

happy reading, happy day.. *love *xoxo 

-Jasmine simbolizes beauty, affection, and modesty-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Jasmine simbolizes beauty, affection, and modesty-

*****

-Flashback-

"Kanaya Anggita. Panggil aja gue Kanaya, atau Naya juga boleh," ujar gadis cantik itu padaku, pada hari pertama kami masuk ke SMA Bangsa.

Aku terperangah melihat wajahnya. Luar biasa bagaimana bisa seseorang mempunyai wajah sesempurna ini. Mungkin Tuhan sedang bahagia, ketika memutuskan untuk menciptakan Naya, pikirku bergurau. Aku selalu berpikir kalau aku gadis yang cukup manis, tidak cantik hanya manis. Aku memiliki rambut panjang terurai sampai punggung yang cukup indah, dengan kulit kuning langsat, dan tubuh mungil. Banyak yang bilang aku menarik, tapi anak perempuan di depanku ini, sangat cantik, luar biasa.

Aku kembali menatap wajahnya, wajah mungil berbentuk oval, mata besar berwarna coklat, hidung mancung dengan jembatan hidung yang tinggi, pipi yang bersemu merah, serta bibir penuh dengan warna merah jambu. Seakan belum selesai berbahagia, Tuhan juga memberikan Naya tubuh yang indah, tak kalah dari wajahnya. Tubuh itu tinggi, langsing, berkulit putih bersih, dengan lekukan tubuh yang berada pada tempat yang pas. 

Luar biasa.

"Halo. Lo masih di sini?" panggil Naya padaku, menyadarkanku dari lamunan. Tangannya digerak-gerakkan di depan wajahku.

"Oh, maaf. Aku Kiara Senjana Larasati. Panggil aja Kiara," jawabku sambil mengulurkan tanganku padanya.

Naya membalas salamku dan segera duduk di sampingku. "Kiara, Kanaya, absen kita berurutan ya, makanya lo duduk sebangku sama gue," ujar Naya padaku.

"Kenapa?" tanya Naya lagi ketika melihatku tak bisa memalingkan wajah, masih menatapnya.

"Gak apa-apa, gila kamu cakep banget ya Nay, kamu gak mau jadi artis atau apa gitu?" sahutku blak-blakan.

Naya hanya tertawa kecil mendengar perkataanku. "Lagi mencoba, gue emang berencana jadi artis. Doain ya, baru jadi model sedikit-sedikit."

Aku mengacungkan jempol padanya dan berkata dengan tulus, "aku yakin kamu bisa."

Naya mengangkat jempolnya, menyentuhkan ujung jempol itu pada jempolku. "Makasih Ki."

Aku tertegun dengan gerakan dan perkataan Naya padaku, mungkin ini adalah perbuatan paling bersahabat yang pernah aku dapatkan dari orang lain. Sejak dulu aku tidak mempunyai banyak teman, entah mengapa aku merasa tidak cukup baik untuk berteman dengan siapa pun.

Naya merupakan teman pertama yang aku punya di sekolah ini. Teman pertama dan mungkin terakhir.

Aku kembali menyentuhkan jempolku padanya dan kami berdua tertawa, seperti berteman.

Senja Bersama Awan (END, KK)Where stories live. Discover now