14. Tulip

3.4K 409 3
                                    

twinkle twinkle little star.. may i ask for your vote in my little star?

*hahaha *nyambungkan? *happyreading

-Tulip simbolizes perfect and deep love-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Tulip simbolizes perfect and deep love-

*****

Kiara/Senja POV

Sudah lebih dari satu bulan sejak aku bekerja di rumah ini, selama itu hubunganku dan Awan juga mulai membaik, hubungan kami sebagai majikan dan pembantu tentu saja. Paling tidak aku merasa kalau Awan sudah mulai menganggap aku sebagai manusia, dia mulai menganggapku ada, dan sepertinya dia tidak lagi menganggap aku menyedihkan.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa Awan justru semakin memperlihatkan rasa penasarannya padaku. Seringkali dia menanyakan hal-hal yang aku anggap tidak penting, tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Mungkin dia hanya iseng, mungkin juga dia hanya bosan. Tapi pertanyaan-pertanyaannya mampu membuatku ketar-ketir, bingung untuk menjawab.

Contohnya, kemarin ketika dia memperbolehkan aku membaca buku di rumahnya, dia bilang kalau dia tahu aku mampu dan bisa membaca dan mengerti buku-buku itu, seolah dia tahu kalau aku sesungguhnya wanita yang berpendidikan. Yang paling membuatku terkejut adalah ketika dia menanyakan apakah aku teman Naya. Bahkan dia sampai menanyakan sekolah kami! Apa mungkin dia sudah mulai curiga padaku? 

Bagaimana ini? 

Naya sudah bilang padaku untuk tidak mendekati Awan lagi, dia selalu mengingatkanku kalau aku hanyalah pembantu di rumah ini, dan mewanti-wanti agar Awan tidak tahu bahwa kami pernah saling mengenal dulu. Tapi bagaimana mungkin aku bisa mengelak dari pertanyaan Awan? Bagaimanapun Awan adalah majikanku, tidak mungkin aku bisa menolak menjawab pertanyaannya kan?

Seharusnya Naya bilang juga ke Awan agar tidak penasaran dengan kehidupanku, seharusnya Naya bisa mengatakan ke pacarnya untuk tidak berbaik hati padaku. Sial.

Kring. Kring. Kring.

Suara dering handphone menyadarkanku dari lamunan. Aku mengambil handphone yang kuletakkan di atas meja dapur, melihat layarnya, dan tersenyum ketika mendapati sebuah nama tertera di layar itu.

"Mbak Siti, apa kabar?"

"Kiara. Akhirnya Mbak bisa menghubungi kamu. Apa kabar Ki?" tanya sebuah suara di ujung telepon. Suara yang sudah lama tidak kudengar, suara yang kurindukan, suara satu-satunya orang yang masih peduli padaku.

"Kabar baik, Mbak Siti ke mana aja? Dihubungi kok gak bisa?" tanyaku sedikit merajuk.

"Maaf Ki, Mbak sudah sebulan ini berada di kampung. Abah sakit, jadi Mbak harus pulang."

Aku kaget mendengar berita dari Mbak Siti. "Abah sakit apa?"

"Pendarahan otak, jadi Mbak sementara ini merawat Abah sama Amih dulu," ujar Mba Siti dengan suara bergetar, aku tahu dia sedang menahan kesedihannya. Aku tahu bagaimana Mbak Siti sangat menyayangi Abah dan Amihnya, orangtua yang masih ada disamping Mbak Siti.

Senja Bersama Awan (END, KK)Where stories live. Discover now