20. Poppy

3.3K 451 36
                                    

wednesday, happy reading..

-Poppy symbolizes sleep, peace, and death-

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

-Poppy symbolizes sleep, peace, and death-

*****

Awan POV.

"Senja? Kamu lagi sama si Senja?"

Aku terdiam sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Kanaya, "apa?"

Ujung mataku masih mengekor sosok Senja yang baru saja melewatiku pergi ke dalam rumah. Aku tahu Senja melakukan itu untuk memberikan privasi untukku dan Kanaya. Tapi entah mengapa ada perasaan kesal di hati melihat Senja pergi begitu saja.

"Buat apa si pembantu itu ada di dekat kamu?!" Suara Kanaya kembali terdengar di ujung telepon, kali ini lebih kencang dan marah.

Aku menarik napas kesal, tanganku beralih ke puncak hidung, tepat diantara kedua alis. Jari-jariku mengurut pelan bagian kosong di sana, pening. 

"Kanaya, Senja bekerja untuk membantuku. Wajar kalau dia ada di sini."

"Tapi kenapa harus dia? Si pembantu kurang ajar itu," ujar Kanaya kasar.

"Kanaya!"

"Maaf Awan, aku gak suka kalau kamu terlalu dekat sama dia," kata Kanaya akhirnya, suaranya mulai melembut, walaupun intonasinya tetap marah. Aku tidak mengerti mengapa Kanaya sangat tidak suka dengan Senja, bukankah dia yang menyuruh Senja untuk bekerja padaku?

"Kenapa?" tanyaku datar.

"Apa?"

Aku memegang erat handphone, berusaha menahan emosi yang mulai timbul. "Kenapa kamu gak suka sama Senja?"

"Ya karena aku gak suka aja sama dia," jawabnya tak acuh, seakan pertanyaanku tidak membutuhkan jawaban, seakan dia tidak peduli akan perasaan Senja.

"Alasan kamu gak masuk akal. Kalau kamu bilang gak suka sama seseorang, pasti ada alasannya. Gak mungkin rasa gak suka itu timbul tanpa sebab. Lagipula Senja anak yang baik, paling gak, dia ada di sini menemani aku, sementara kamu tidak," ujarku menggebu-gebu, entah mengapa aku membela Senja sedemikian rupa. 

Mungkin aku memang kasihan karena dia selalu dijadikan alasan ketidaksukaan Kanaya atau memang kata-kata itu berasal dari rasa kecewa karena Kanaya tidak berada di sini bersamaku.

Kanaya terdiam mendengar perkataanku yang cukup kasar, suaranya pelan ketika menyebut namaku. "Awan?"

Aku menyugar rambut kasar, merasa bodoh karena sudah terbawa emosi yang tidak perlu. Pelan aku menarik napas panjang, mengembalikan ketenangan yang seharusnya aku pertahankan. "Sudahlah, untuk apa kita bicara tentang Senja, hal ini gak ada hubungannya sama dia."

"Iya Awan, maaf aku baru bisa menelepon kamu sekarang. A-aku belum sempat dari kemarin, aku sibuk," ujar Kanaya gugup.

"Iya, gak apa-apa."

Senja Bersama Awan (END, KK)Onde histórias criam vida. Descubra agora