29

748 123 34
                                    

Renjun sedang tertidur dikelas. Ya, kali ini, ia memilih untuk tidak ikut bersama teman temannya ke kantin. Renjun sedang merasa malas melakukan apa apa, tidak ada gairah ataupun semangat, jadi ia memilih untuk diam di kelas dan menggunakan jam istirahatnya untuk tidur.

Belum lama ia tertidur, tiba tiba pintu kelas terbuka dengan sangat kencang, membuat Renjun bangun dengan terkejut.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna, ia mencoba untuk melihat ke arah pintu dengan benar.

DEG!

Renjun menelan ludahnya kasar. Jantungnya mulai berdetak dengan kencang.

Ia dapat melihat dengan jelas, semirik senyum terulas di mulut seorang yang sekarang sedang berjalan pelan ke arah dirinya berada sekarang.

Jantungnya berdetak semakin kencang sampai ia merasa sakit di dadanya.

Tangan Renjun bergetar hebat seiringan dengan jarak antara orang itu dengan dirinya semakin dekat sekarang.

Ia mulai merasa kesemutan di sekujur tubuhnya. Ia mulai tidak bisa mengontrol dirinya.

Orang itu sekarang berdiri tepat di depan dirinya.

"Apa kabar? Sudah lama ya?"

*

Jeno bersama yang lain sedang menunggu makanan datang. Ia mencoba merogoh saku celana miliknya untuk mengambil ponselnya, namun ia tidak menemukan apapun disana.

"Can, liat hp gue gak?"

Haechan yang dipanggil langsung menoleh ke arah Jeno.

"Hah? Nggak. Gue gak liat. Perasaan daritadi lo gak pegang hp deh. Di kelas kali ketinggalan." Ucap Haechan.

"Gue ke kelas dulu ya? Ambil hp."

Jeno beranjak dari duduknya dengan segera ia meninggalkan teman temannya.

Ia berjalan dengan tempo yang santai, tidak terburu buru. Langkah demi langkah membawa dirinya semakin dekat dengan ruangan kelas.

Jeno menghentikan langkahnya.

Dari luar, dapat ia dengar suara orang seperti sedang menangis namun tertahan. Ia berpikir kenapa ada suara orang seperti menangis tertahan di dalam kelas padahal ini sedang jam istirahat.

Jeno mulai menyadari, ia kemudian berlari ke dalam kelas dengan terburu buru. Ia membuka pintu kelas yang tertutup dengan sedikit brutal, namun tidak menemukan siapapun disana.

Namun, ia mendengar semakin jelas suara orang menangis disana.

Ia langsung berjalan ke arah meja Renjun.

Dan benar saja, disana ada Renjun yang sedang menangis di bawah meja dengan tubuh yang bergetar hebat.

Jeno yang tau keadaan Renjun, ia mencoba untuk tidak panik. Ia mendekati Renjun pelan pelan.

"Injun? Injunie?"

Renjun tersontak kaget. Sekarang tangisnya semakin kencang. Posisinya sekarang berlutut sembari menggosok kedua telapak tangannya.

Renjun mendongak menatap ke arah Jeno dengan mata penuh dengan air mata.

Hati Jeno sakit melihat itu semua.

Me and my illness ; RenjunWhere stories live. Discover now