EPILOG : Saudade, Kepada Yang Ditinggalkan Pahitnya Kehilangan.

739 83 11
                                    

Song Recommended: You're Gonna Live Forever In Me - John Mayer (repeat playing until this chapter end).

Renjun terbangun dari tidurnya, setelah semalaman ia menangis. Mengeluarkan semua yang ia rasakan dan pendam selama ini, menyuarakan suaranya pada luasnya semesta.

Kali ini, ia bangun terlalu siang. Ia melihat ke arah jendela yang masih tertutup rapat oleh kain pun mengeluarkan cahaya tertahan.

Ia bangun dari sana, dan berjalan untuk membuka gorden yang menutup jendela juga menghalangi cahaya mentari masuk menerangi ruangan tercinta.

Ia kembali mendudukan dirinya di atas ranjang, dan menatap kosong keluar jendela.

Hampa.

Renjun kemudian kembali bangkit, dan berjalan untuk bersiap siap akan seperti apa hari ini berjalan.

Setelah selesai dan siap, Renjun kemudian berjalan keluar dari kamar, ia menutup pintu dan segera berjalan menuruni tangga.

Sesampainya di lantai bawah, Renjun melihat sekitar.

Kosong.

Yang ia lihat hanya kekosongan di setiap ruangan, ia tidak menemukan ciri ciri kehidupan di sana.

Ia kemudian berjalan, mengitari lorong rumah yang baru saja ia tempati sejak tiga tahun belakangan. Yang mengantarkan dirinya menuju halaman belakang rumah, yang sudah dipastikan itu adalah tempat favorit ibunya.

Ia menemukan ibunya di sana yang sudah siap dan sedang menyiram tanaman, memberi mereka makanan untuk mereka tinggal seharian.

Renjun kemudian menepuk pundak ibunya pelan, "Mami." sapanya pelan.

Ny. Narendra kemudian menoleh, ia menyimpan alat penyiram dan membalikkan tubuhnya untuk langsung ia bawa tubuh anak bungsunya dalam dekapan, "Hai, prince! Sudah bangun?"

Renjun membalas pelukan dari sang ibu, kemudian menganggukan kepalanya pelan.

Ny. Narendra melepaskan pelukan, kemudian menatap wajah anaknya, ia melihat mata anaknya yang bengkak sebab kejadian semalam, ia mengusapnya pelan, "Berangkat sekarang yuk? Udah telat banget ini." Ucap Ny. Narendra.

Renjun tersenyum hangat, kemudian ia menganggukan kepalanya dan membiarkan ibunya berjalan memimpin jalan untuknya.

*

"Dua croissant dan satu red velvet cake, totalnya enam puluh dua ribu."

"Terima kasih, kami tunggu kedatangannya di lain hari."

Disinilah Renjun sekarang. Setiap akhir pekan ia akan menghabiskan waktunya dengan bekerja di toko roti milik ibunya.

Menghabiskan waktunya seharian di sana.

Renjun berjalan menuju ke arah jendela, ia melihat langit yang sangat cerah sore hari ini.

Ia kemudian kembali berjalan menuju mesin kasir tempat ia semula berdiri.

Ia menoleh mencari keberadaan ibunya yang sedari tadi ia belum lihat. Renjun memilih untuk fokus kembali dengan keadaan toko roti ibunya yang saat itu sedang lumayan ramai di kunjungi.

Tak lama, Ny. Narendra pun terlihat baru saja keluar dari ruangan yang tertera tulisan 'toilet'.

Renjun kemudian berjalan menghampiri ibunya yang baru saja berdiri sembari membawa pesanan pelanggan.

"Mami, adek boleh pulang sekarang? Adek mau pergi dulu ke tempat kakak." ucap Renjun.

Ny. Narendra yang sedang memilih beberapa roti pesanan pelanggan pun, menghentikan aktivitasnya itu sebentar.

Me and my illness ; RenjunWhere stories live. Discover now