05

2.5K 297 12
                                    

Renjun membuka matanya perlahan. Ia terbangun dari tidur lelapnya karena ada sinar yang memaksa masuk ke dalam mata nya. Ia melihat sekitar, dan mendapati sang kakak yang tidur di kursi tepat berada di samping ranjangnya. Ia merasa ia harus pergi ke kamar mandi. Lalu, ia berniat untuk turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Ketika ia mencoba menggerakkan kakinya untuk menuruni ranjang, kakaknya langsung terbangun dari tidurnya.

"Uhm, dek. Udah bangun? Mau kemana?" Tanya Doyoung sembari mengucek matanya sebentar.

"Adek pengen pipis, kak. Adek mau pergi ke kamar mandi." Ujar Renjun.

"Yaudah, ayo kakak bantu kamu ke kamar mandi." Ucap Doyoung sembari bangun dari duduknya dan menopang tubuh sang adik lalu membawanya ke kamar mandi.

"Kamu bisa pipis sendiri kan? Atau perlu bantuan kakak?" Tanya Doyoung.

"Aku bisa sendiri, kak. Kakak tunggu diluar aja." Jawab Renjun malu sembari memasuki kamar mandi.

*

"Udah pipisnya?" Tanya Doyoung.

"Udah"

Doyoung kembali menopang tubuh Renjun dan membawa kembali adiknya ke ranjang dan membaringkan nya. Ia membuka gorden jendela, kemudian duduk kembali di samping adiknya.

"Kak, ini tangan Renjun kenapa diperban? Kemarin Renjun kenapa?" Tanya Renjun.

Doyoung kebingungan. Ia harus bereaksi seperti apa dan ia harus menjawab pertanyaan adiknya itu seperti apa.

"Adek kemarin pingsan pas pulang dari mall. Adek gak inget?" Tanya Doyoung sembari mengusap kepala adiknya.

"Ahh, begitu ya." Ujar Renjun.

Ketika mereka sedang asik berbincang, tiba tiba pintu kamar terbuka dan masuklah satu orang perawat membawakan sarapan. Tidak hanya sarapan, ia juga membawa beberapa obat yang harus diminum oleh Renjun.

"Waktunya Sarapan ya, Renjun. Sesudah sarapan, obatnya jangan lupa diminum, ya. Nanti dokter akan datang untuk memeriksa keadaan kamu. Cepat sembuh, ya." Ucap perawat tersebut ramah.

"Baik, sus. Terimakasih." Ucap Doyoung.

Suster tersebut meninggalkan ruangan Renjun. Doyoung beranjak dari duduknya. Ia menyiapkan sarapan untuk adiknya.

"Ayo, kamu harus sarapan dulu." Ucap Doyoung.

"Gak mau, kak. Mulut sama perut aku gak enak."

"Tapi kamu harus sarapan. Liat ada beberapa obat yang harus kamu makan. Mau kakak suapin?" Ujar Doyoung.

Renjun hanya bisa menyerah dengan kakaknya. Ia menerima tawaran kakaknya itu untuk menyuapi sang adik.

"Kak." Ucap Renjun.

"Iya, kenapa?"

"Adek takut." Ucap Renjun.

Doyoung menghentikan aktivitasnya sejenak. Kemudian ia melihat wajah sang adik.

"Kamu takut kenapa? Ada apa? Coba cerita sama kakak." Ucap Doyoung khawatir.

"Gak tau, kak. Akhir akhir ini, aku ngerasa aneh sama diri aku sendiri. Aku ngerasa bukan diri aku." Ucap Renjun.

Doyoung tercekat mendengar apa yang diucapkan oleh adiknya itu. Ia semakin teringat apa yang dokter bicarakan tentang kesehatan mental adiknya. Ia mulai sedikit gelisah karena hal itu. Tetapi, ia tetap untuk bersikap santai di depan adiknya itu seolah-olah tidak terjadi apa apa.

Me and my illness ; RenjunWhere stories live. Discover now