31

777 120 28
                                    

Italic font mean flashback

Renjun's POV on

Aku, bersama dengan daddy dan mami sedang duduk di bangku yang ada di bawah pohon. Aku sedang menunggu kak Doyoung juga dokter Jungwoo yang sedang pergi membeli minum. Ya, karena aku yang kehausan dan menjadi rewel.

Namun, sudah hampir 15 menit, kak Doyoung belum juga sampai. Aku masih belum bisa menemukan keberadaan kak Doyoung sedikitpun.

Kulihat, di depan sana, ada wahana roller coaster yang sangat memacu untuk aku mainkan. Sudah sangat tidak sabar rasanya bermain wahana yang memang sudah ku impikan dari rumah.

Aku melihat ke arah daddy, dan dia hanya memberikan tatapan bingung.

"Kenapa, sayang?" Tanya daddy kepadaku.

Aku langsung beranjak dari duduk dan berdiri tepat di depan daddy.

"Dad, ayo dad kita naik roller coaster yang itu!" Ucapku sembari menunjuk wahana yang ingin aku naiki.

"Sebentar, sayang. Kamu kan haus, tunggu kakak dulu." Ucap daddy kepadaku.

"Ayolah, dad. Sambil nunggu kakak, kita naik itu dulu." Ucapku yang kini menarik tangan daddy.

Mami tertawa kecil. Daddy melirik mami sebentar, kemudian mami balas dengan anggukan sebagai tanda bahwa ia meminta daddy untuk mengabulkan permintaanku.

Akhirnya, dengan pasrah daddy pun bangkit dari duduknya.

"YES!" Ucapku sangat senang.

Aku berjalan lebih dulu karena terlalu bersemangat, tidak sabar ingin cepat cepat.

Daddy hanya tertawa melihatku dari belakang. Ia mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan langkahku. Sekarang, kita berjalan beriringan.

"Emang adek gak takut apa naik itu?" Tanya daddy tiba tiba.

"Gak dong! Mana ada adek takut sama wahana yang cetek gitu." Ucapku dengan berani.

"Hahaha, yaudah. Kita lihat nanti oke?"

Kita pun berjalan mendekat ke arah wahana tersebut.

Namun...

Langkahku tiba tiba melambat. Semakin lama semakin melambat, sampai akhirnya aku menghentikan langkahku.

Aku langsung menundukan kepala, dan memainkan jariku pelan. Namun, makin lama semakin parah. Jantungku mulai berdetak kencang.

Aku coba lihat ke depan sebentar, mereka semakin mendekat.

Detak jantungku semakin mengencang sampai rasanya akan meledak. Keringat mulai bercucuran. Jari yang tadi aku mainkan dengan pelan, tanpa aku sadari sekarang aku sedang mencubitnya keras.

"Kenapa? Mengurungkan niat karena takut apa gimana?"

Mendengar itu, aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajah daddy. Namun, tak dapat dipungkiri, aku dapat melihat dengan jelas menggunakan sudut mata ku, mereka semakin mendekat. Aku kembali menundukan kepalaku.

Perlahan, kepala ku merasa pusing. Namun, aku mencoba untuk menghiraukan rasa sakit di kepalaku.

Dapat ku dengar dengan jelas, suara daddy tertawa kecil menghampiriku. Daddy meraih tanganku dan menarik pelan agar tubuhku ikut berjalan kedepan.

Me and my illness ; RenjunWhere stories live. Discover now