37

552 105 30
                                    

Italic font mean flashback

Doyoung masuk ke dalam kamar dengan hati yang sangat hancur berkeping keping. Ia menutup pintu kamarnya dengan sangat berat. Ia menggantungkan kemeja yang ia pakai hari ini jalan bersama Renjun.

Ia mengambil handuk yang menggantung di jemuran kecil yang ada di dalam kamarnya.

Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk memilih membersihkan diri. Ia nyalakan ponsel dan bluetooth speaker miliknya, kemudian ia putar lagu.

Ia pikir, hanya itu yang dapat mengalihkan pikiran nya dari perkataan sang ayah yang tadi di lontarkan kepada dirinya.

Ia memutar kran air yang disusul air turun dari shower yang menggantung di atas. Ia mulai membiarkan dirinya di hujani air.

Lagu demi lagu terputar, namun pikirannya tak kunjung tenang.

Perkataan sang ayah terus berputar di kepala dan semakin menghantuinya.

Semakin Doyoung berusaha mengalihkan, semakin menghantui juga pikiran itu.

Doyoung ingin menangis sekarang.

Sungguh sakit rasanya, sakit sekali. Mengingat bagaimana mudahnya sang ayah berbicara hal itu pada dirinya.

Semakin ia tahan, semakin kuat rasanya ia ingin menangis.

Perlahan, tanpa izin dirinya, air mata mulai ikut luruh diikuti air yang turun menghujani tubuhnya.

Doyoung menangis.

Ia tidak kuat, dan membiarkan pertahanannya runtuh kali ini.

Yang awalnya hanyalah sebuah tangis dalam diam, kini ia mulai mengeluarkan beberapa isakan di tiap tangisnya.

Doyoung menarik nafasnya pelan, "Tuhan, beri aku kekuatan."

*

Doyoung sedang berada di kamarnya siang ini. Ia sedang membuka laptop miliknya juga buku buku yang berserakan di meja belajarnya. Mengingat semakin hari semakin dekat saja dengan ujian akhir semester.

Ia harus belajar dengan giat, supaya mendapatkan hasil yang baik.

Yang lebih penting, agar ia dapat dianggap anak oleh sang ayah.

Sudah hampir 8 jam semenjak pukul 6 pagi hari tadi, saat ia pertama kali bangun dari tidurnya, Doyoung langsung melakukan sesi belajarnya.

Doyoung benar benar fokus kali ini, ia tidak ingin membuat satu kesalahan apapun.

Doyoung melihat jam dinding yang menempel pada dinding kamarnya. Sudah pukul 2 ternyata.

Ia meraba perutnya yang kini telah bersuara, meminta supaya ia memakan beberapa makanan.

Doyoung kemudian berdiri dari kursinya, ia kemudian berjalan ke arah lemari kecil yang ada di dalam kamarnya. Ia buka lemari itu, kemudian ia membawa satu snack coklat, kemudian ia memilih untuk kembali ke kursinya.

Ia kembali berkutat dengan materi yang kini sedang ia pelajari. Tak lupa, kali ini ia ditemani dengan satu bungkus kecil snack coklat.

Tiba tiba, pintu kamarnya terbuka, dan menampilkan sosok Renjun disana yang baru saja pulang dari sekolah.

Renjun yang menampilkan senyum terbaiknya, ia langsung memasuki kamar Doyoung.

Ia merebahkan diri di atas kasur milik Doyoung.

"Hai kak!" Sapa Renjun.

"Hai." Jawab Doyoung singkat.

Renjun kini menyalakan ponsel miliknya, memutar lagu.

Me and my illness ; RenjunWhere stories live. Discover now