Chapter 21

1.8K 273 77
                                    

She smelled like home
But far away like the sky

She smelled like homeBut far away like the sky

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan gadis itu?"

Ujung sendoknya menyentuh souffle, Restoran pranciss di pertengahan kota itu tampak begitu nyaman dari redamnya suara bising kendaraan menyusuri jalan. Yuna menjatuhkan pandangan kembali pada Beomgyu. Menimbulkan kerutan dalam pada kening lelaki itu.

"Siapa?"

"Yoon Mona."

"Tidak lebih, kami berteman."

Jawaban yang begitu cepat keluar tanpa berpikir panjang. Membuat sesendok souffle terasa begitu pahit memenuhi lidah Yuna. Beberapa detik lalu ia berharap mendengar jawaban lainnya.

Yuna menunduk, pasang matanya menatap sendok yang kini terdiam diatas piring datar, "Apa kau tidak mempunyai perasaan padanya?"

"Sesuatu mengganggumu, kan?"

Pertanyaan lain terlontar dari Beomgyu, membuat Yuna berangsur mendongak. Mendapati lelaki itu mengangkat secangkir latte lalu menyesapnya dengan pandangan melempar keluar dari jendela kaca besar. "Raut wajahmu menjelaskan semua."

Yuna tersenyum, "Kau mengenalku dengan baik."

"Jika begini, ada kaitannya dengan Jeongin?"

Yuna mendengus pelan, "Kau mengetahui? Jeongin berkencan dengan gadis itu."

Beomgyu seketika menghentikan menyesap latte. Cukup mengalihkan perhatian Yuna, membaca cepat perasaan kalut dibalik raut wajah tenang lelaki itu. Hampir tidak mempunyai celah untuk terbaca kalau saja ia tidak mengenalinya lebih lama.

Sembari meletakan cangkirnya, Beomgyu menelengkan kepala tanpa menatap lawan bicara, "Lalu?"

"Kau menyukai Mona? Bukankah itu mengganggumu?"

"Aku menyukainya. Tapi aku tidak akan egois," Beomgyu beralih menjatuhkan pandangan menatap Yuna, pasang matanya terlihat menyorot tajam dibalik topi hitamnya. "Apa kau berpikir menyukai sesuatu berarti kau harus memilikinya?"

"Tentu, aku akan melakukan dengan cara apapun."

Ketukan monoton telunjuk Beomgyu pada tangkai cangkir terdengar hampa, menyebabkan jangka waktu disela perbincangan. Sebelum akhirnya lelaki itu melanjutkan, "Batasan-- setiap manusia mempunyai batasan untuk meraih keinginan, tetapi manusia hanya mempunyai dua tangan untuk menggapai. Menurutmu apakah mampu meraih setangkai bunga dihadapanmu jika kedua tanganmu telah penuh dengan sebuket bunga lainnya?"

Bibir mungil Yuna berangsur mengatup rapat seiring Beomgyu beranjak dari kursi dan menyampirkan tasnya. Terdengar helaan napas lelaki itu. "Setangkai bunga itu bisa saja akan layu ketika kau menyentuhnya sembarangan. Jangan menjadi serakah hanya karena menurutmu itu terlihat indah."

AFTER MEET YOU [JEONGIN]Onde histórias criam vida. Descubra agora