Chapter 1

4.2K 605 149
                                    

Kelopak bunga sakura berjatuhan kalah indah dari netra teduhmu menatapku.

Cahaya mentari menerangi ruang kamarnya setelah ia menyibakan seluruh tirai jendela

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


Cahaya mentari menerangi ruang kamarnya setelah ia menyibakan seluruh tirai jendela. Dinding berwarna dominan putih tulang semakin memantulkan cahaya hingga ke sudut ruangan. Menampilkan jelas tatanan dekorasi pelengkap ruang istirahatnya.

Pagi hari Jeongin telah berbalut kemeja bergaris serta celana kain hitam. Tidak lupa, Ia mengenakan jam pada pergelangan tangan kirinya agar lebih mudah untuk memastikan waktu.

Baru melangkah keluar dari kamar, menampakan diri memasuki ruang makan yang menyatu dengan dapur. Wanita paruh baya yang telah bekerja bertahun-tahun mengurus kebutuhan rumah keluarga Yang, menyapanya hangat.

"Selamat pagi tuan muda."

Tengah sibuk menggulung lengan kemeja hingga mencapai sikunya. Jeongin melirik sekilas kemudian tersenyum tipis "Ya, pagi juga ahjumma."

Aroma roti panggang menyeruak memasuki indra penciuman. Atas meja makan telah terdapat segelas jus jeruk, tumpukan roti panggang dengan selai serta pancake beroleskan madu.

Ia menarik kursi yang sebelumnya merapat dari sudut meja, kemudian mendudukinya. Selembar roti panggang dengan olesan selai mendarat ke dalam mulutnya.

Ruang makan tampak sepi. Ia terbiasa dengan suasana menyantap makanan sendiri. Memiliki Ayah sebagai pemegang puluhan perusahaan serta Ibu seorang aktris ternama membuatnya memahami situasi dan tidak bermanja atau pun mengharap lebih dapat berkumpul bersama setiap harinya.

"Apa Ibu sudah berangkat?"

Wanita itu melirik sekilas jam dinding "Ya, Nyonya berangkat sekitar sejam yang lalu."

Jeongin mengangguk disela mulutnya sibuk mengunyah.

"Apa anda tidak ingin menyantap pancake?"

"Tidak perlu, aku lagi tidak berselera makan." jawabnya. Lalu meneguk segelas jus jeruk hingga tandas. Kemudian meletakan gelas kosong, dan beranjak dari kursi. "Terima kasih sarapannya."

"Tentu, tuan."

***

"Sudah siap menyapa teman baru di kampus?"

Sapaan riang menyambut. menampakan senyuman lebar dari lelaki bermata sipit, bertubuh tegap dengan balutan jas melekat pada tubuhnya. Jiwon-- bodyguard sekaligus supir pribadi yang akrab disapanya dengan sebutan Hyung.

Jeongin mendengus, melirik mobil yang telah terparkir manis menunggunya "Bisakah aku naik bus saja?"

"Tidak bisa. Kau sekarang menjadi sorotan banyak media dan aku harus memastikan kau selamat memasuki area kampus."

Berbicara tentang media-- Jeongin belakangan menjadi sorotan utama dari berbagai artikel yang kini gencar membahas sosok putra tunggal penerus penguasa berbagai perusahaan milik Ayahnya.

AFTER MEET YOU [JEONGIN]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz