Chapter 10

2.1K 423 31
                                    

Jika tulus berkehendak,
Satu dari sekian kemungkinan akan terwujud.

Kicauan burung terdengar merdu seakan melantunkan nyanyian bersamaan suara gemerisik dedaunan menyapa lembut pendengaran ditengah udara sejuk menerpa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung terdengar merdu seakan melantunkan nyanyian bersamaan suara gemerisik dedaunan menyapa lembut pendengaran ditengah udara sejuk menerpa. Cahaya mentari menembus samar  pada sela jejeran pepohonan rindang, Mengantarkan dirinya menyusuri lebih dalam bersama ketukan alas kayu sepatu menghantam tanah dari seorang gadis yang memunggunginya.

Jeongin mengikuti langkah tanpa mengetahui arah, hanyalah gadis dengan keranjang kecil mengapit pada siku yang menuntun. Ujung gaun sederhananya sesekali terlihat menyentuh tanah. Ingin rasanya menawarkan diri membantu, tetapi tangan mungil itu lebih cekatan mengangkat ujung gaunnya sehingga memudahkan untuk melangkah.

Gumaman nada acak terdengar dari gadis itu membuatnya tanpa sepengetahuan mengangkat sudut bibir membentuk senyuman tipis. Terdengar lucu, ia menyukainya.

Pijakan mereka berujung dibalik pepohonan besar, terdapat beberapa tangkai mawar putih mekar bersamaan dengan suburnya.

"Mawar putih? Kau menanamnya?" tanya Jeongin, sedikit terkejut.

Gadis itu mengangguk, sembari  berjongkok agar dapat sejajar. Menikmati aroma dari setiap susunan kelopak utuh mawar itu, "Jika aku memiliki rumah, akan kupastikan menanamnya sekeliling halaman. Sangat indah melihatnya mekar bersamaan, bukan?"

Tidak sekali atau dua kali, Suara gadis itu selalu mengalun lembut memasuki pendengaran. Jeongin menikmati setiap sensasi darahnya mendesir hangat seluruh tubuh serta jantung memompa kuat mengalahkan sekon waktu.

"Kau menyukai mawar putih?"

"Tentu saja. Sangat, aromanya juga manis," jawab gadis itu bersemangat. Memetik setangkai mawar dan beralih menegakan tubuh. Pucuk bunganya didekatkan pada ujung hidung Jeongin. Hingga ia menghirup dan mengerti secara keseluruhan maksud dari kata aroma manis.

Jeongin meraih tangkai tetapi tidak lupa menghindari jemarinya dari duri. Arah matanya semula mengagumi kelopak putih bunga, beralih terangkat mendapati senyuman terlukis dari bibir gadis itu. Sangat sederhana namun terpancar kebahagiaan membuncah mengalahkan beribu keindahan yang pernah menghiasi pandangannya.

"Bukankah bunganya sangat cantik?"

'Salah-- debaran jantungku bahkan mengetahui bahwa bunganya kalah cantik darimu.' Batinnya tulus.

Alarm,

Ia tersentak membuka mata tatkala suara alarm menginterupsi tidurnya. Cahaya samar mengintip melalui tirai jendela menyadarkan sebagian kecil kesadaran otaknya bahwa malam telah berganti pagi.

Beranjak dari terbaring, Jeongin duduk menegakan punggung tanpa menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian kaki jenjangnya. Matanya mengerjap-ngerjap perlahan membiasakan dari suasana sekitar, sedangkan tangannya sibuk menekan tombol jam digital pada meja nakas agar suara bising yang timbul tidak semakin memenuhi pendengarannya

AFTER MEET YOU [JEONGIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang