Chapter 11

1.9K 393 18
                                    

Definisi bahagia untukku,
Berbeda denganmu.

Hari ketiga peringatan chuseok mengantarkan beberapa kolega ayahnya mengunjungi rumah setelah sebelumnya pada peringatan hari pertama Jeongin bersama keluarga meluangkan waktu selama dua hari mengunjungi villa kakeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketiga peringatan chuseok mengantarkan beberapa kolega ayahnya mengunjungi rumah setelah sebelumnya pada peringatan hari pertama Jeongin bersama keluarga meluangkan waktu selama dua hari mengunjungi villa kakeknya.

Menghabiskan tenggat waktu singkat tetapi menurutnya terasa panjang mengetahui ia harus menyibukan diri dengan menyapa hangat setiap kerabat atau kolega serta menampakan senyuman tipis meski terkesan memaksa, terlebih menyambut beberapa gadis dari putri kolega perusahaan yang selalu berakhir mengerubutinya dengan mata berbinar, parfum menyeruak, style pakaian layaknya model serta melayangkan pertanyaan diluar jangkauan pembahasan bisnis.

Jeongin cukup lelah dan butuh menyegarkan otak, setidaknya ia mengingat hari itu merupakan hari terakhir peringatan chuseok. Semua akan berakhir ketika malam menjelang.

"Permisi, aku ada urusan."

Memutuskan beranjak dari kerumunan para gadis sebelum kepalanya semakin berdenyut nyeri, Jeongin berderap keluar menuju taman belakang. Menyadari dari kejauhan kehadiran Jiwon tengah mengawasi suasana sekitar bersama beberapa pengawal lainnya. Tanpa bersuara, tangannya menepuk pundak Jiwon yang membuatnya sontak menoleh.

Jiwon mengangkat alis,"Ada apa?"

Jeongin menggeleng kecil, "Bukan apa-apa, hanya ingin menghindari beberapa orang," mata Jiwon spontan mengikuti sekilas lirikan mata Jeongin mengarah pada beberapa kerumunan gadis tengah berbincang dengan tangan masing-masing memegang segelas wiski.

Sedetik kemudian Jiwon terkekeh, "Kuharap kau tidak memberikan nomorku kepada gadis-gadis itu lagi" peringatnya, mengacungkan telunjuk mengancam untuk sekian kalinya.

Menjadikan nomor ponsel Jiwon bagaikan 'tumbal' dengan beralasan sebagai perantara sejenak cukuplah efektif. Tetapi tidak dapat dipungkiri, panggilan terhitung hampir setiap menit meneror bagaikan penyiksaan bagi Jiwon hingga membuatnya hendak memusnahkan ponselnya dari permukaan bumi. Beruntung Jiwon masih memiliki tingkat kesabaran cukup tinggi meski terkadang mendapatkan ancaman dari para gadis tak dikenali yang menuntut meminta nomor Jeongin sesungguhnya.

Jeongin mengangkat bahu, mengabaikan. "Entah, lihat saja nanti."

"Astaga kau--" Jiwon menggantung kalimat sembari menghela napas panjang, baginya kesabaran adalah hal utama yang harus diterapkan. Berakhirlah lelaki itu menyudahi, dan beralih mengganti topik. "Sudahlah, bagaimana dengan liburan chuseok-mu?"

"Satu kata untuk mendeskripsikan?Membosankan," Jeongin menjawab tanpa berpikir panjang. Letak dasinya yang merapat sedikit ia kendurkan, sejujurnya mengenakan setelan jas berbeda dalam tiga hari berturut membuatnya sesak.

"Tidak heran, kau sering mengatakan demikian" timpal Jiwon, telah menebak. Sedetik kemudian menyeringai, menyadari kehadiran seseorang dari kejauhan "Sepertinya kau kedatangan tamu."

AFTER MEET YOU [JEONGIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang