Chapter 12 : Ramalan

28 5 0
                                    


Disclaimer : GS/GSD bukan milik saya, saya hanya pinjam nama karakternya saja.

_____________________________________________

The Commitment

Genre : Drama/Romance/Family/Slight Humor

Chapter 12 : Ramalan

WARNING : Super OOC, AU, Kemungkinan OC, Kata-kata Kasar, Kemungkinan NFSW, Ga Jelas, Ribet.

_____________________________________________

10 menit berlalu sejak kejadian di kamar Athrun, Cagalli masih merasakan irama jantungnya belum kembali normal. Yang baru saja terjadi sungguh diluar dugaan. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa jika berhadapan dengan Athrun lagi nanti, haruskah dia marah karena Athrun telah menyentuhnya tanpa ijin? Tapi Athrun juga melakukan hal itu dalam keadaan mabuk. Ia menghela nafas panjang, mencoba melupakan kejadian barusan.

Daripada hanya berdiam diri memikirkan sesuatu yang tidak jelas juntrungannya, akhirnya Cagalli memutuskan untuk menelpon Shiho. Ia memang sudah berencana menghubungi Shiho sejak road race minggu lalu, hanya saja, ia belum sempat untuk benar-benar melakukannya. Tak lama setelah Cagalli menelpon, Shiho mengangkat ponselnya. Awalnya mereka berbasa-basi, tapi tak berapa lama Shiho langsung bertanya apa yang Cagalli ingin bicarakan. Mendengar sang sahabat tak sabar, Cagalli pun mulai membeberkan kejadian yang melibatkan Ahmed dan Athrun minggu lalu. Dengan alasan itu, Cagalli meminta agar Shiho menyembunyikan status pernikahannya. Shiho jelas kaget dengan apa yang Ahmed lakukan, ia merasa skeptis dengan cerita Cagalli dan mengajukan sederet daftar pertanyaan sebelum akhirnya percaya bahwa cerita Cagalli jujur dan ia pun setuju untuk ikut menyembunyikan status pernikahannya. Cagalli sempat kalang kabut dengan pertanyaan-pertanyaan Shiho, pasalnya sahabatnya itu sangat intuitif. Cagalli tidak heran jika Shiho sebenarnya sudah menaruh curiga pada pernikahannya dengan Athrun sejak lama. Namun, Cagalli tetap berharap Shiho tidak menebak bahwa pernikahannya itu hanya kontrak.

Usai menelpon Shiho, Cagalli kembali teringat dengan kejadian di kamar Athrun lagi. Ia menyentuh bagian tengkuk lehernya dan mengusapnya perlahan, seakan menyeka bekas ciuman Athrun tadi. Dengan melakukan hal itu, ia berharap dapat melupakan kejadian tak senonoh itu. Menghela napas panjang, Cagalli pikir mungkin sebaiknya ia menerima saja apa yang terjadi, jika ia memperbesar masalah dengan memberi tahu Athrun apa yang dilakukannya, pasti hubungan mereka akan menjadi kikuk, toh Athrun tidak sengaja melakukannya. Yang jelas kedepannya Cagalli akan berusaha agar kejadian seperti tadi tidak akan terulang lagi.

_____________________________________________

Athrun terbangun dari tidurnya dengan merasakan sakit kepala yang amat sangat. Pandangannya sedikit kabur, tapi setelah melihat suasana ruangan, ia langsung tahu ia tidak berada di apartemen pribadinya. Ia bangkit, duduk sejenak di atas tempat tidurnya sebelum berdiri mencari air putih di sekitar. Ia pun mendapatkannya di atas meja kerjanya. Setelah minum, pandangannya jadi lebih jelas, kepalanya jadi sedikit lebih ringan, walaupun masih terasa nyeri. Athrun sekarang sadar sepenuhnya bahwa ia sedang berada di rumah tinggalnya bersama Cagalli.

Setelah memahami dimana ia berada, ia melirik jam di atas meja kerjanya menunjukkan pukul 7, namun matahari di luar jendela tidak nampak. Ah, ia ingat, ia mabuk siang hari bolong. Ia juga ingat ia mengajak Dearka, tapi setelahnya ia tidak ingat apa yang terjadi. Mungkin Dearka yang mengantarkannya kesini? Apa Cagalli sedang berada disini? Athrun bertanya-tanya dalam hati. Jika Cagalli ada di rumah ini, artinya Athrun harus segera pergi jika ia tidak ingin bertemu Cagalli.

The Commitment : Contract MarriageWhere stories live. Discover now