•14 | Leave Temporarily•

264 59 7
                                    

•••

Benar saja, apa yang diucapkan gadis bersurai cokelat gelap itu benar-benar dilakukannya. Ya, ia membawa banyak ‘badai’ untuk sang pria pujaan. Hingga membuat pria bersurai abu-abu cerah itu kewalahan dalam menangkis setiap sapuan ‘badai’ dari sang gadis.

Mendengkus, diacaknya frustrasi rambutnya itu. Niatnya ingin mengajari Amaryllis berpedang dengan serius agar gadis itu cepat mahir. Namun, agaknya keinginan mulianya terlalu agung hingga tak bisa terwujud dengan mudah. Oh, lihatlah gadis itu yang malah terus menggodanya.

“Andro, kita berjodoh sejak dunia ini belum dibentuk. Apa kau tahu itu?”

“Andro, lihatlah ini! Dipikir-pikir, kita mirip karena sama-sama menggunakan topeng penutup wajah. Jodoh pasti!”

“Andro, bola matamu selalu memancarkan ketenangan. Ada aku di baliknya, benar-benar pas! Jodoh mungkin, ya?”

Berdecak kesal, Androcles yang sudah menahan kekesalannya sejak tadi memutuskan untuk menatap tegas ke arah Amaryllis. “Bisa latihan dengan serius?” tanyanya penuh penekanan.

Bukannya merasa takut, Amaryllis malah mengedip-ngedipkan matanya lucu. Ia mengangguk dengan ekspresi polos bak anak kecil. Menggemaskan.

Androcles yang melihat perubahan drastis dari ekspresi sang gadis sontak memalingkan wajah. Ia … blushing? Ya, itu terlihat jelas meskipun tertutup setengah topengnya. Ah … dalam hati ia berdoa, semoga saja Amaryllis tak melihatnya yang tengah terpana seperti ini.

Namun, sayang. Pada kenyataannya Amaryllis melihat wajah Androcles yang tengah tersipu itu. Hanya saja untungnya ia tak meledek Sang Pangeran. Malah, Amaryllis terkikik sendiri sembari menikmati ekspresi sang pria yang akhir-akhir ini mulai melunak.

Berdeham, ditatapnya kembali gadis kecil yang ada di hadapannya itu. “Mau lanjut latihan atau tidak?”

“Lanjut! Ayo!” seru Amaryllis dengan semangatnya.

Akhirnya, mereka berdua kembali melanjutkan latihan yang sempat tertunda. Meskipun berakhir tak lancar sebab Amaryllis yang selalu kehilangan fokus dan malah berusaha untuk PDKT-an dengan Androcles.

Tak apa, setidaknya kali ini Sang Pangeran tak kaget dengan tingkah absurd gadis itu. Yah … walaupun ‘agak’ terganggu, tapi tak apa ketimbang perhatian Amaryllis beralih ke orang lain. Sungguh, Androcles tidak akan membiarkan hal itu terjadi, lagi.

***

“Pegang baik-baik, aku akan melawanmu tanpa mengurangi kekuatanku!”

“Tenang, Andro! Jangankan pegang pedang ini, hatimu saja akan aku pegang baik-baik!”

“Fokus! Jangan salah fokus atau memalingkan pandanganmu selain ke lawan!”

“Andro, tidakkah kau tahu jika fokusku hanya padamu! Tenang saja, aku akan selaly memfokuskan diriku kepadamu. Jangan khawatir, ya!”

“Serang lawanmu tanpa rasa kasihan! Bulatkan tekad dan yakinkan dirimu saat menyerang, Amaryllis!”

“Hei, aku selalu yakin untuk menyerangmu dengan membawa cinta ini! Jangan takut, tekadku sudah bulat dan kuat meskipun kau tolak berkali-kali.”

Pria bersurai hitam dengan warna mata senada itu geleng-geleng kepala. Sejak tadi ia asyik menyaksikan tuannya yang tengah mengajari Amaryllis berpedang. Namun, mengapa malah jadi ajang melemparkan kalimat rayuan seperti itu? Ah … ia lupa kalau Amaryllis memang seorang ‘budak cinta’.

Terkekeh, pria itu akhirnya menghampiri mereka. Ia sudah puas melihat wajah Sang Pangeran yang sangat kewalahan. Anehnya, tuannya bisa menahan rasa kesal yang ia yakini sudah di ujung tanduk itu. Wah, mungkinkah hati tuannya telah luluh?

Evanescent Felicity [On Going]Where stories live. Discover now