•25 | The Beginning That Started•

211 52 0
                                    

•••

Melempar kencang dokumen yang tengah dipegangnya ke lantai, pria bersurai abu-abu cerah itu menatap penuh marah. Tanpa ia sadari, ekspresinya saat ini terlihat begitu mengerikan. Membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri.

Biasanya, Pangeran Heliac itu selalu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang. Namun, entah mengapa kali ini agaknya ketenangannya sudah diganggu. Perihal pertunangan serta Amaryllis ... dua masalah itu benar-benar berhasil membuat kepalanya pecah. Amarahnya bahkan sulit dikendalikan.

Lucian, sang pengawal yang melihat tuannya seperti itu hanya diam. Menghela napas panjangnya sejenak, ia langsung mengambil kembali dokumen yang dilempar oleh Pangeran tadi.

“Lucian, katakan kapan Amaryllis pergi.” Suara berat itu menginterupsi. Membuat pengawalnya menunduk hormat.

“Besok, Pangeran. Tepatnya sore hari. Deidamia yang memberitahu saya tadi,” ujar Lucian dengan nada dan gaya formalnya.

Mengangguk, Androcles langsung mengibaskan tangannya ke udara. Pertanda ia mengusir Lucian untuk pergi dari ruang kerjanya ini.

Sebelum pengawalnya itu benar-benar menghilang di balik pintu, Androcles mencegahnya sejenak. “Lakukan apa pun yang bisa membuat pertunanganku batal. Cari bukti tentang korupsi yang dilakukan oleh Duke Nerio. Dengan begitu, aku tidak perlu melakukan pertunangan sialan ini sampai kapan pun,” ujarnya dengan nada penuh perintah.

“Baik, Pangeran. Akan segera saya laksanakan.” Setelah mengatakan hal ini, Lucian benar-benar pergi. Meninggalkan sang tuan sendiri di ruang kerjanya itu.

Androcles, pria itu langsung tersenyum miring. Ia sudah merangkai hal apa pun yang mungkin akan terjadi nanti. Kali ini, ia tidak boleh melepaskan Amaryllis. Ya, ia tidak akan melepaskan gadis yang berhasil mengusiknya.

“Jika itu benar, akan kulakukan hal apa pun untuk membuatmu kembali ke pelukanku. Tidak akan lagi kubiarkan kau pergi, Amaryllis. Tidak akan,” bisiknya sembari menatap sinar rembulan yang tengah bertahta megah.

***

Sinar sang senja yang biasanya bertahta begitu megah, kali ini tertutup awan yang mendung. Disertai rintik hujan yang lembut, membawa aroma alam yang dibasahi oleh air langsung menguar. Damai dan menenangkan.

Menghela napas panjang, dilihatnya lagi rumah sederhana yang lebih mirip gubuk itu. Ada rasa tak rela saat akan meninggalkan rumah itu dalam jangka waktu yang entah sampai kapan. Namun, inilah jalan hidupnya. Alur cerita yang sudah dirangkai, haruslah ia ikuti garis besarnya.

Mungkin, tujuan untuk membuat Androcles jatuh cinta tidak akan terlaksana. Namun, untuk ‘menjauhi’ Baltsaros, tentunya harus dicobanya bukan? Jika ingin hidup dengan umur yang panjang, maka hal itu akan ia lakukan. Tak peduli jika hasilnya berakhir nihil. Setidaknya ia sudah mencoba, tanpa menyerah lebih dulu.

Kembali mengembuskan napas panjang, gadis yang sudah berusia 16 tahun lebih itu menoleh ke arah lain. Netra hijau cerahnya seketika membulat setelah menangkap sosok pria yang memakai jubah berwarna hitam. Di mana pria bertopeng perak itu melambaikan tangan ke arahnya.

“Mia, ada hal yang harus aku urus. Kau duluan saja. Tolong berikan waktu sepuluh menit untukku. Jangan sampai ada yang datang kemari,” ujar gadis itu yang membuat pelayannya mengangguk paham.

Setelahnya, ia lantas berlari ke arah sang pria. Tak lupa sembari tersenyum senang. Setidaknya ia bisa berpisah setelah memeluk erat pria itu. Meskipun mungkin dirinya akan kena semprot, tak apa.

***

“Ada apa?” Lagi, suara gadis itu menginterupsi. Sejak tadi, ia sudah diam. Menunggu Sang Pangeran membuka mulutnya. Namun, hasilnya nihil. Mereka hanya saling diam dalam gemerisiknya suara alam.

Evanescent Felicity [On Going]Where stories live. Discover now