•20 | Almost Drowned•

213 54 2
                                    

•••

Waktu memang berlalu begitu cepatnya. Hingga tak terasa bulan pun berganti dengan tahun. Sudah terhitung lebih dari 365 hari gadis bersurai cokelat gelap itu berada di dunia ini. Meskipun awalnya ia sendiri tak percaya bisa menghabiskan waktu 1 tahun di sini.

Hidup di dalam buku cerita dongeng kesukaannya, mungkin Amaryllis mulai menikmati setiap alur yang diaturnya sendiri. Ya, sesuai dengan misinya, ia hidup berdasarkan keinginannya sendiri bukan mengikuti semua alur yang telah terangkai. Terkesan menentang takdir memang.

Hari ini, seperti biasanya gadis itu diam-diam menyusup masuk ke Kerajaan Heliac. Akibat pesannya yang tak pernah dibalas, ia melakukan cara ekstrem ini. Demi bertemu dengan sang pujaan, tentu segala cara akan dilakukannya.

“Ilys! Kemari!” panggil seseorang yang membuat netra gadis itu menoleh ke arahnya.

Tersenyum senang, Amaryllis berlari menuju sang empu yang telah memanggilnya. Ya, seperti biasanya juga akan ada pria itu yang menunggunya di salah satu dinding pagar sekitar Kerajaan Heliac.

“Lucian, syukurlah kau ada di sini. Aku tidak mungkin bisa masuk dengan menaiki pagar yang tinggi seperti ini.” Amaryllis mendengkus sembari menatap betapa tingginya dinding pagar di Kerajaan Heliac.

Mendengar hal itu, Lucian hanya terkekeh. Hei, bukankah seharusnya gadis itu menyadari hal ini sebelumnya?

“Kau tahu? Bukankah kegunaanku berada di sini memang untuk membantumu?” tanya Lucian dengan nada bercanda.

Amaryllis mengangguk setuju. Ia sempat bingung memang kenapa pria itu selalu membantunya untuk bertemu dengan Androcles. Padahal kalau dipikir-pikir, bisa saja Lucian akan terkena masalah jika ketahuan. Namun, ini?

“Oh iya, tidak ada gadis menyebalkan itu, ‘kan?” Amaryllis mendekat ke arah pria itu seraya berbisik pelan.

Menggeleng, Lucian tersenyum ramah. “Pangeran sendiri yang sebenarnya telah mengundangmu ke sini. Tunggulah, dia akan segera kemari,” balasnya berbisik.

Seketika, netra Amaryllis membulat tak percaya. Ia pikir, Androcles akan menunggunya di ruang kerja. Namun, pria itu malah akan kemari? Menemuinya sendiri? Wah … bukankah ini kemajuan yang cukup baik?

“Aku pikir santet itu gagal. Ternyata berhasil, ya?” Amaryllis terkikik sendiri. Membuat Lucian mengernyitkan kening heran.

***

Memekik serta berteriak senang terus saja gadis itu lakukan. Membuat dua orang pria di belakangnya hanya geleng-geleng kepala.

“Indah! Ini indah sekali, Andro!” Suara cempreng itu kembali terdengar.

Androcles, pria yang memakai topeng perak dengan taburan kristal berwarna biru langit di sekitar topengnya itu mendengkus. Sejujurnya telinganya sudah panas sejak tadi. Bagaimana tidak? Sudah 1 jam lebih mereka ada di tempat ini, tapi mulut gadis itu tak mau berhenti meskipun hanya semenit.

“Hanya danau kecil begini, tidak usah berlebihan,” ujar Androcles lalu membaringkan tubuhnya di atas rumput itu.

Menoleh, Amaryllis mendelik kesal. Bukan karena sejak tadi ia diabaikan oleh pria itu. Hanya saja, mengapa tak ada ekspresi menyenangkan yang tampak di wajah tampan Androcles?

Lihatlah, panorama di danau ini begitu menenangkan hati. Danau jernih lengkap dengan taman bunga yang cantik, bukankah pemandangannya benar-benar indah? Belum lagi tatanan pepohonannya yang pas serta burung yang bertebangan di sekitar danau. Ah … Amaryllis merasa dirinya kembali dilahirkan saat ini.

Evanescent Felicity [On Going]Where stories live. Discover now