18. Rest In Peace

957 113 23
                                    

Tidak  pernah dalam 45 tahun usianya Bryan membayangkan keluarganya akan hancur berantakan seperti saat ini. Kecemburuan Raiden pada Samuel yang tidak tidak kunjung usai. Ditambah dengan mundurnya si sulung dari kursi kerajaan lalu, menghilang entah kemana. Lalu, Raquel si cantik kesayangan keluarganya yang memilih tinggal bersama Michelle sang bibi dibanding kembali ke rumah Bryan setelah sebelumnya, Bryan sempat menjemput anak itu pulang.

Seperti garis nasib sedang mempermainkannya, hari ini Bryan mendapatkan kabar yang membuatnya ingin menghancurkan sebuah negara dengan cepat. Bryan masih berdiri di tempat yang sama saat ucapan demi ucapan laporan dari tiga orang di depannya berhasil membuat istrinya menangis dengan kuat.

Bryan melirik putra bungsunya. Dia melihat anak itu juga terkejut seperti dirinya. Beberapa luka ada di badan anak itu. Sementara di sebelahnya berdiri gadis yang sudah kembar bungsu itu rebutkan sejak mereka masih duduk di kelas satu junior high.

"Richard?" Panggil Bryan meminta kepastian dari anak bungsunya.

"Maaf dad. Aku..." Richard tidak lagi melanjutkan ucapannya.

Bryan mengetatkan rahangnya. Menahan sesuatu yang sudah mendesak keluar dari sudut matanya. Bryan sudah kehilangan Samuel sejak anak itu pergi tanpa jejak dalam keadaan sakit dan Bryan tidak pernah tahu kabar anak itu. Kini, di depan matanya lembaran-lembaran foto juga laporan yang dia dengar dari para pasukan pengamanan kerajaan dan pihak kepolisian membuatnya ingin menyalahkan nasib.

"Dimana?" Tanya Bryan dengan suara agak serak.

"Mari kami antar your highness," Ujar salah satu pasukan pengamanan kerajaan.

"Aku ikut, Ryan," Pinta Jessica.

Bryan melarang. Dia tidak akan membawa istrinya untuk kali ini. Bryan beranjak dan meminta tolong pada istrinya untuk memanggil dokter. Richard jelas butuh untuk diobati dan gadis yang bersamanya jelas perlu untuk ditenangkan.

"Daddy akan menagih penjelasan darimu saat daddy kembali," Ujar Bryan pada Richard.

"Daddy titip mommy dan adikmu, Raiden. Bantu daddy kali ini, okey?" Ujar Bryan meminta.

Raiden mengangguk. Bryan beranjak keluar. Dia masuk ke dalam mobilnya seperti biasa Noah mengemudikan mobilnya. Noah tahu tuannya sedang dalam keadaan kalut. Noah hanya berharap tuannya bisa berpikir jernih setelah ini. Noah menghentikan mobilnya saat mobil di depannya berhenti. Bryan langsung turun diikuti oleh Noah.

Beberapa polisi menyapa Bryan. Bryan berjalan mendekat dia melihat Leon berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Leon memang satu-satunya sepupu Bryan yang bisa dibilang "keluar dari jalur". Leon menjadi polisi saat hampir  semua sepupunya menjadi pebisnis.

" Mobilnya jelas milik putramu," Ujar Leon saat Bryan berdiri di sebelahnya.

"Menurut keterangan Elvano, Daniel dan dia terlibat perkelahian kecil karna Cerissa. Daniel mengira Cerissa dibawa pergi oleh Elvano dan ternyata tidak. Cerissa diculik oleh beberapa orang. Kedua anakmu mengejar mereka. Cerissa ditemukan, Daniel menitip Cerissa pada Elvano,"

Leon menarik napasnya pelan sebelum melanjutkan penjelasannya.

"Mereka dikejar. Daniel melihat adiknya terdesak saat mobil yang mengejar mereka hendak memepet mobil Elvano. Daniel menabrak mobil itu dan mendorongnya. Sayangnya, Daniel terlambat menginjak pedal rem dan berakhir jatuh ke tempat ini,"

Leon bisa melihat napas sepupunya mulai tidak teratur karna menahan kemarahan dan kesedihannya. Bryan melihat bangkai mobil di depannya. Hangus, hanya menyisahkan kerangka saja. Entah bagaimana putranya di dalam sana tadi. Leon menyuruh para polisi untuk pulang. Toh, penyelidikan di TKP sudah usai dilakukan.

[KS#2] The SixthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang