3. To Get Divorced Of Course

3.1K 171 16
                                    

Kata siapa kehidupan rumah tangga Bryan dan Jessica selalu lancar layaknya jalan tol yang tengah sepi? Nyatanya, mereka kini sedang saling mendebat satu sama lain.

"Tapi, kamu tidak perlu melakukan itu, kan, Jess?" Ujar Bryan.

"Aku melakukan apa Ryan? Aku tidak melakukan apapun padanya!"

"Dia meringis kesakitan begitu dan kamu bilang kamu tidak melakukan apapun?"

"Kamu percaya aku atau dia?"

Tidak ada jawaban dari Bryan membuat Jessica menatap dalam suaminya.

"Jess, mereka besar bersama denganku. Aku... aku tahu bagaimana mereka, begitu pula Zema,"

Jessica langsung mengangguk.

"Kamu lebih percaya Zema dibanding aku,"

Jessica menarik napasnya dalam-dalam.

"Terserahmu saja, Ryan!"

Jessica beranjak dari dapur. Dia naik ke atas dan langsung menutup juga mengunci pintu kamar yang dia masuki. Kamar tamu. Jessica tidak mau berada di kamar yang sama dengan orang yang tidak mempercayainya. Jessica masuk ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi.

"Dia tidak percaya padaku malah percaya pada Zema?" Gumam Jessica.

Jessica menaikkan lengan pakaiannya. Dia menyalakan keran dan membasuh lengannya yang memerah. Lengannya baru saja tersiram kopi panas yang Zema bawa untuk Bryan. Wajar bukan jika Jessica menegur Zema? Lagipula, Jessica hanya menegur, tidak melakukan kekerasan apapun. Siapa yang tahu? Zema terjatuh di depannya dan Bryan menyalahkannya.

"Demi Tuhan, Ryan! Aku istrimu!" Ujar Jessica dengan suara serak.

"Kamu lebih mempercayai dia daripada istrimu sendiri..." lirih Jessica sambil terisak.

Setelah lengan tidak terlalu panas, Jessica mengambil handuk dari bawa wastafel dan mengeringkan tangannya. Dia juga langsung mengambil kotak obat, mencari obat untuk mengobati luka bakar. Tidak menemukan yang dia cari Jessica memilih duduk di lantai kamar mandi. Dia menangis disana.

"Kau jahat Ryan! Aku yang terluka tapi, kamu malah membela dia!"

Puas menangis, Jessica membasuh wajahnya. Dia berjalan keluar dan mengambil jaketnya. Jessica keluar dari mansion besar itu dengan tas miliknya. Dia pergi dan mendatangi apotik.

"Selamat siang, nona,"

"Siang. Saya mau membeli salep untuk luka bakar lalu, perban, dan plester,"

"Tunggu sebentar,"

Jessica membiarkan pegawai apotik itu mencari semua yang dia minta. Setelah membayar apa yang dibelinya, Jessica berjalan menuju ke sebuah taman. Dia duduk disana, melepas jaketnya dan menggulung lengan bajunya. Jessica mengoleskan salep itu di lengannya yang memerah.

"Saya bantu, nona,"

Jessica langsung mengangkat kepalanya. Dia melihat Kareem berdiri di depannya.

"Tidak usah, Kareem. Biar aku sendiri saja,"

Kareem berlutut dan mengambil perban lalu, dia membebat lengan Jessica.

"Kenapa tangan anda bisa terluka nona?"

"Tidak apa. Aku hanya kurang hati-hati,"

"Jika tuan tahu, tuan bisa marah karena khawatir,"

Jessica terkekeh hambar.

"Dia khawatir? Tidak akan,"

Kening Kareem berkerut. Dia baru hendak bicara namun, Jessica sudah mendahuluinya.

[KS#2] The SixthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang