16. The Second Prince of Kanzpia

1.6K 190 21
                                    

Sakit. Hal itu yang pertama Raiden rasakan saat mata birunya terbuka. Raiden memang belum lama belajar beladiri. Walau dia bisa berkelahi sekali pun, tetap saja rasanya ditinju dengan orang berbadan kekar itu menyakitkan.

"Dimana dia?"

Suara samar itu Raiden dengar. Dengan segera Raiden memejamkan matanya kembali. Tak lama suara langkah kaki terdengar dan semakin mendekat.

"Dia?"

"Iya tuan,"

"Dari yang aku tahu dia itu anak pengusaha sekaligus artis itu, kan? Kalau tidak salah, dia masih memiliki keturunan raja dalam silsilahnya."

"Iya tuan,"

"Ck...ck...ck... aku tidak menyangka,"

Raiden merasakan tangan yang berbalut sarung tangan itu mencengkram rahangnya. Kepalanya di arahkan ke arah orang itu. Raiden masih memejamkan matanya.

"Dia bukan anak sulungnya!"

"Tapi, tuan. Dia yang meretas sistem keamanan hingga kakak anda tertangkap kemarin,"

"Bocah tengik ini?"

"Iya, tuan,"

"Dia bekerja sendiri?"

"Sepertinya begitu,"

Raiden masih memejamkan matanya. Tidak berniat untuk membuka mata itu walau sejenak. Rahang Raiden dihempaskan begitu saja. Setelah itu, Raiden mendengar suara langkah kaki menjauh dan pintu tertutup. Raiden bisa mendengar suara laut dan mencium wangi khas dari air laut.

'Mereka membawaku ke laut? Apa ini pelabuhan?'

Raiden memfokuskan diri untuk mengetahui dimana dia berada.

'Kapal. Mereka membawaku ke kapal,' batin Raiden saat merasakan badannya sedikit bergoyang.

Raiden membuka perlahan matanya. Kosong. Tidak ada orang. Namun, dia dikelilingi oleh banyak sekali kotak jeruji seperti kandang. Dan yang membuat Raiden terkejut adalah, kotak itu berisi banyak perempuan.

"Human trafficking?" Gumam Raiden.

"Uncle?" Panggil Raiden namun tidak terdengar apapun.

"Hhh.... pasti alatnya terjatuh!" Gumamnya.

Raiden di diamkan di ruangan gelap itu bersama banyak perempuan di dalam jeruji besi. Raiden memikirkan banyak hal, seperti bagaimana caranya kabur. Dia kemudian menyusun rencana melarikan diri.

"Mari kita lihat seberapa pandai kalian menahanku disini," gumam Raiden saat dia sudah menyusun apik rencana di kepalanya termasuk segala kemungkinan yang akan terjadi sampai ke kemungkinan terburuk.

Raiden memilih memejamkan matanya. Dia ingin menyimpan tenaganya. Jadi, dia memilih tidur walaupun dalam posisi tidak nyaman. Raiden terjaga saat dia mendengar suara dari luar jendela kecil. Raiden menghela. Entah dia sudah sampai di negara apa.

Tak lama pintu besi penghubung ruangan itu dengan bagian luar kapal terbuka. Beberapa orang masuk dan menarik keluar para perempuan di dalam jeruji besi. Setelah ruangan itu sepi, salah satu dari mereka mendekati Raiden dan menampar kecil pipi Raiden.

"Seret dia!" Titah orang itu.

Raiden dibangunkan dengan paksa. Dia diseret keluar dan dibawa masuk ke dalam mobil. Mobil itu membawanya entah kemana. Raiden tidak bisa memahami dimana dia berada. Sampai bahasa asing yang pernah dia dengar sesekali dari pamannya itu terdengar di telinganya.

'Celztia? Mereka membawaku ke Celztia?' Pikir Raiden.

Raiden kembali diseret saat mobil yang membawanya berhenti. Dia dibawa ke hutan belantara. Raiden yakin mereka akan menyiksanya disini. Mereka membawa Raiden masuk ke dalam sebuah rumah tua di tengah hutan itu.

[KS#2] The SixthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang