4. I Love You

3.7K 202 45
                                    

"Kenapa kau mengirimkan surat itu?" Tanya Bryan dengan emosinya yang sudah sampai di titik puncak.

"Tentu untuk bercerai, Bryan,"

"Kau! Apa kau pikir pernikahan itu sebuah permainan, hah?!"

Jessica mendengus.

"Aku tidak pernah berpikir begitu,"

"Lantas, apa alasanmu?!"

"Kalau aku beritahu apa kau akan percaya?"

Bryan terdiam. Jessica terus mengucapkan hal yang sama setiap kali Bryan menanyakan sesuatu pada Jessica.

"Aku beritahu," ujar Jessica.

"Satu. Aku tidak bisa hidup dengan orang yang tidak percaya padaku. Dua, aku tidak bisa hidup dengan orang yang menuduhku. Itu sudah cukup untuk mengakhiri semuanya," Jessica menjelaskan.

"Kau! Kau benar-benar kekanakan!"

"Ya! Aku memang kekanakan! Karena itu ini jalan paling baik untuk kita. Dengan ini aku tidak perlu berusaha keras menyandingi pemikiranmu yang sangat dewasa itu dan kau juga tidak perlu muak melihat tingkahku!"

"Jessica!!"

"Apa? Kau sudah muak, kan? Tanda tangani surat itu dan semua selesai,"

"Kau yang memintanya!"

Bryan menutup pintu ruang bermain itu dengan sedikit membantingnya. Jessica membiarkan airmatanya luruh.

"Dia bahkan tidak mencari tahu alasanku seperti ini?" Lirih Jessica.

"Semua janjimu palsu, Ryan. Semuanya palsu!"

Jessica meremas perutnya saat perutnya semakin sakit saja. Ya, sejak terbentur meja tadi, perut Jessica terasa sangat sakit. Akan tetapi, emosinya membuat rasa sakit itu tidak terasa. Sungguh rasanya menyakitkan. Jessica sampai bersimpuh di atas lantai.

Sementara Bryan yang baru saja turun mendapatkan tinjuan kuat dari ayahnya.

"Xander!" Pekik Caroline.

"Kau memalukan Bryan! Sangat memalukan!!" Ujar Dario pada putranya.

Kening Bryan berkerut. Dia memegang pipinya yang terasa ngilu.

"Apa kurangnya istrimu sampai kau memperlakukannya seperti itu, hah?!"

"Apa maksudmu, Dad? Dia yang melakukan semuanya. Dia yang menginginkan agar kami bercerai! Jangan salahkan aku!"

"Apa alasan dia memintamu bercerai?! Apa kau tahu alasannya?!"

Bryan terdiam.

"Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan pada istrimu selama seminggu ini?!"

Dario mencecar putranya tanpa henti. Caroline sendiri tidak berniat membela Bryan. Karena, Bryan memang bersalah.

"Apa kau tahu lengannya terluka?" Tanya Ares.

Bryan mengangguk.

"Kapan kamu tahu hal itu?"

"Saat kami sarapan. Tiga hari yang lalu,"

Salah. Bryan menjawab pertanyaan itu dengan salah. Hal itu tak urung membuat Kanaya menunduk kecewa. Istri dari cucunya itu terluka empat hari yang lalu. Saat dia datang ke mansion ini pun, tangannya sudah terluka. Ares yang menanyai anak itu tempo hari.

Ares menggeleng kecil sebelum lanjut bertanya. "Kamu tahu apa penyebabnya?"

Bryan terdiam.

"Kamu berubah, Ryan. Kemana anak mommy yang dulu? Anak mommy yang sangat peduli dan perhatian pada Jessica?" Tanya Caroline.

[KS#2] The SixthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang