14. The Kind Sam

2.7K 196 16
                                    

Menemani Samuel adalah prioritas utama Bryan untuk beberapa waktu ini. Bryan bahkan sudah meminta izin pada istrinya agar dia bisa tidur di kamar Samuel untuk beberapa waktu. Untuk anak-anaknya, Bryan hanya bisa terkekeh saat mengingat hal itu.

"Daddy, kakak!" Pekikan Raquel menyambutnya saat dia masuk ke dalam mansion bersama Samuel dalam gendongannya.

Raquel langsung menghampirinya bersama tiga saudaranya yang lain. Mereka berempat sangat khawatir pada Samuel. Dario yang ada disana mengalihkan perhatian keempat anak itu bersama Jessica. Bryan menbawa Samuel ke kamar. Dengan perlahan Bryan membaringkan Samuel, melepaskan sepatu anak itu dan membantu anak itu membersihkan badan.

Walau Samuel masih terpejam, Bryan tetap memandikannya dengan air hangat. Saat Samuel terbangun akibat rasa nyeri di pergelangan lengan dan kakinya, Bryan langsung menenangkan Samuel. Selesai mandi dan mengobati lukanya, Samuel dia ajak makan malam bersama. Sepanjang makan malam, Raiden dan adik-adiknya berusaha menanyakan keadaannya.

"Kak..."

Panggilan Raquel diabaikan oleh Samuel. Samuel hanya menatap piring makannya dengan tatapan kosong. Raquel memegang lengan Samuel hingga Samuel menoleh. Saat menoleh ke arah Raquel Samuel masih sempat tersenyum pada Raquel.

"Kenapa lil' queen?" Tanya Samuel.

"Are you okey?" Tanya Raquel.

Samuel hanya tersenyum dan mengusap tangan Raquel yang ada di lengannya. Dia kemudian meminta adiknya untuk melanjutkan makan. Saat selesai, Samuel ditemani oleh Dario untuk menonton televisi di ruang keluarga. Bryan dan sang istri ditinggalkan di ruang makan dengan keempat anak mereka.

"Kids," panggil Bryan.

"Daddy-"

"Daddy harus tidur dengan kak Sam," ujar Raquel memoting ucapan Bryan.

Bryan terkejut. Dia memang hendak memberikan penjelasan sekaligus meminta izin untuk menemani Samuel.

"Bukan hanya tidur, daddy harus menemani kak Sam kemana-mana!" Ujar Raiden.

Bryan mengangguk kecil. Si kembar bungsu pun sama. Mereka berdua bersih keras agar sang ayah menemani kakak sulung mereka saja.

"Daddy..." panggil Samuel.

Panggilan itu membuat Bryan tertarik dari ingatan beberapa hari lalu. Dia segera menghampiri Samuel dan menggendongnya.

"Ada apa jagoan?" Tanya Bryan.

Samuel menggeleng. Dia hanya menyandarkan kepala di bahu ayahnya. Dia sering kali ketakutan sekarang. Walau dia tahu kalau dia tidak perlu setakut itu. Tapi, entah kenapa setiap dia sendirian dia merasakan ketakutan.

"Ssshh... tidak apa-apa. Semua sudah berlalu. Samuel sudah aman sekarang," ujar Bryan sambil mengelus punggung putranya dengan sayang.

Bryan membawa Samuel ke kamar anak itu. Dia menemani Samuel disana. Menunggu sampai anak itu terlelap. Saat Samuel terlelap, Bryan baru bisa kembali bekerja walau dia harus bekerja dari kamar putranya ini. Bryan melihat tumpukan kertas di meja kecil yang berada di seberang kanan ranjang Samuel. Dia menghela kecil.

"Putra daddy pemberani. Tidak apa kamu takut dan cemas sekarang. Tapi daddy yakin, saat semua lukamu sembuh, kamu akan kembali berani seperti dulu," bisik Bryan sekaligus doanya untuk sang anak diiringi kecupan sayang di kening anak itu.

Bryan berjalan ke sofa dan duduk disana. Dia mulai menekuni tiap lembar pekerjaannya. Saat ponselnya bergetar, Bryan membuka ponselnya dan menyeringai puas. Belum lagi sebuah panggilan masuk ke nomornya.

[KS#2] The SixthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang