1. A-aku Christaya

34 4 0
                                    

Setiap tahun di Jakarta, pasti akan diadakan festival komik atau acara yang berkaitan dengan seni kebaratan maupun bernuansa Jepang.

Di acara yang berlangsung di hari Jumat sampai Minggu itu, panitia akan mengadakan banyak kegiatan dimulai dari pasar merchandise dari komikus atau ilustrator ternama, festival musik, talkshow, games, dan yang paling diminati adalah cosplay.

Cosplay berasal dari kata-kata costume dan play, yang berarti hobi mengenakan pakaian dan riasan seperti yang dikenakan oleh tokoh-tokoh dalam anime, kartun, dongeng, permainan game, maupun musisi idola. Di acara itu banyak juga cosplayer yang berlomba-lomba menjadi pusat perhatian atau menjadi karakter yang paling imut membuat kaum adam meleleh saat mereka memekikan suara kekanakan.

"Oni-chan!", seru gadis cosplayer kucing yang berpose dengan dua tangan mengepal di sebelah pelipis, tersenyum manis dengan bibir berbalur lip gloss juga mata berbinar yang mengerdip. Para laki-laki yang telah menanti-nanti itu langsung berteriak heboh bahkan ada yang sampai terjatuh tidak dapat menahan serangan keimutan tersebut.

Diantara orang-orang yang menyaksikan kehebohan itu, ada gadis yang menyeringai geli sebelum kembali fokus ke antrian panjangnya.

Gadis dengan rambut coklat gelap sebahu dan kepangan kecil yang menjuntai di kedua sisi pipinya, membenarkan tas selempang yang menggantung di bahunya. Tas itu terasa agak berat karena ia mengisinya dengan komik-komik favoritnya semenjak lulus SMA.

Ini adalah pertama kalinya ia datang ke festival komik meskipun ia sudah menyukai komik sejak dia masih SD. Namun apa yang membuatnya datang hari ini adalah karena Raxel-komikus online favoritnya-ikut berpartisipasi dan membuka stand dimana ia akan menandatangani komik cetak ataupun menjual merchandise-merchandise yang biasa sulit didapatkan.

Entah berapa tinggi gadis itu meloncat antusias saat membaca pengumuman itu melalui Comtagram. Yang membuatnya lebih heboh lagi adalah Raxel menyatakan bahwa siapapun yang membawa minimal tiga seri cetak dari komik online-nya akan mendapat bingkisan terbatas dari sang komikus.

Hal itu membuatnya antusias menunggu hari Jumat ini tiba, bahkan tadi pagi dadanya berdebar kencang seakan ia akan menemui orang paling populer di dunia, sempat juga ia berpikir untuk batal pergi karena rasa malu yang luar biasa

Namun pada akhirnya berdirilah ia di antrian panjang ini, menantikan giliran ia bisa bertatap muka dengan idolanya. Sesekali ia melongok atau memiringkan badan untuk mengintip berapa panjang lagi antrian sebelum ia bisa bertemu dengannya.

Berjam-jam ia tunggu, meskipun jengkel dan sering kali membatin, "Seharusnya gue udah datang sebelum buka", ia tetap menunggu dengan antusias. Selangkah demi selangkah, orang-orang lalu lalang, beberapa orang pergi karena merasa terlalu ramai, sampai akhirnya gadis itu berada tiga barisan dari meja dan komikus itu sendiri.

Dari belakang tiga orang itu, ia melihat komikus favoritnya menandatangani banyak buku sebelum asistennya yang bertubuh tinggi menyerahkan paper bag hitam ke penggemar, lalu kembali menghilang diantara rak-rak yang di isi barang dagangannya.

Detakan jantungnya berpacu sangat cepat saat ia sampai di meja itu. Ia tidak bisa mempercayai kenyataan ini. Ia, berhadapan dengan orang yang di idolakannya selama lebih dari tiga tahun.

Pria berambut hitam yang sepertinya di pertengahan dua puluh tahun, berkulit kuning langsat dengan kaus hitam duduk di hadapannya, tersenyum ramah dengan pena siap di tangannya. Di belakangnya pria bertubuh tinggi dengan tampang arab itu masih sibuk lalu lalang sambil melangkah-langkah diantara tumpukan plastik kosong. Tapi pemandangan berantakan itu tidak meluluhkan kekaguman gadis itu ke idolanya.

"A-a, a-ha-lo", tiba-tiba saja ia menjadi gagap dihadapan pria yang tersenyum lebar itu. Tapi yang membuat gadis itu terpukau adalah warna mata pria itu. Irisnya berwarna biru dengan garis-garis abu-abu di sekitar pupilnya, memberi ilusi bahwa ada bunga yang hendak mekar dari tumpukan salju di matanya. Belum selesai gadis itu pangling, pria itu  membuka tangan diatas meja seolah mengisyaratkan gadis itu untuk mengeluarkan berapa banyak komik cetak yang ia miliki.

Muted Comic Artist LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang