2. Nice to Meet You

17 4 0
                                    

Lagi-lagi Christaya membaca komik itu. Entah berapa ronde sudah dia membaca.

Dimanapun dan kapanpun pasti ia akan memegang komik itu, tidak heran temannya tidak banyak.

Bahkan seperti sekarang. Biasa mahasiswa pada umumnya akan berjalan-jalan, berbincang, tertawa bersama, menjalin kasih, atau menyantap makanan instagramable bersama, tapi Christaya tidak seperti itu. Ia malah menghabiskan waktu istirahat duduk di cafeteria kampus seorang diri, diam, dan memberi aura yang sulit di dekati. Ia juga tidak peduli saat orang lalu lalang memberi mata menghakimi.

Padahal wajahnya cantik berseri, kakinya panjang semampai, tubuhnya ramping, dan memiliki darah orang barat menjadi nilai plus baginya. Namun apa yang dia pedulikan hanya komik tidak berkata itu.

"Christa!", sapa seseorang dari belakang. Christaya menoleh untuk melihat sosok yang memanggilnya.

Gadis dari Bali, Reta. Orang yang mengenalkannya ke dunia tanpa suara tersebut. Entah seberapa besar rasa terima kasih Christaya untuk Reta. Buktinya biasanya Christaya akan jutek dan cuek bahkan ke orang yang sudah dianggap teman, tapi khusus ke Reta ia menjadi sangat baik dan senang jika ia berkunjung.

Ia merasa berhutang karena Retalah yang membuatnya bahagia.

Reta yang mengenakan boot heels dan kemeja kotak-kotak merah duduk di seberang meja Christaya. Matanya segera menangkap buku cetak yang Christaya letakan di atas meja.

"Ini seri keberapa?", tanya Reta menarik buku itu.

"Yang paling baru, ke sepuluh", jawab Christaya membenarkan posisi duduknya.

"Gue belom baca kelanjutannya. Terakhir sampe si Nuklir itu kerja sama Teleport. Selanjutnya gimana?", tanya Reta membuka buku itu.

"Yahh mereka coba jalan ke kubura-",
"CHRIS INI BENERAN TANDA TANGANNYA?!", sela Reta dengan nyaring. Kedua matanya melotot terpaku ke tulisan dan coretan bertinta perak. Tangannya bahkan bergetar melihat itu.

Christaya tentunya terkejut dengan hal itu, menghela nafas sambil mengendurkan otot bahunya yang tadi loncat, "Iya, gue kemaren pergi kesana abis kelas pagi",

Rahang Reta melorot dengan bibir terbuka yang tidak dapat berkata.

"Gila, lu emang fanatik banget ya!", celetuknya mendekatkan mata ke tanda tangan yang terkesan rapih. Ia masih terpukau betapa beruntungnya Christaya bisa menemui komikus misterius itu, tentu saja Reta jadi kepo,"Jadi dia tampangnya gimana? Cowo? Cewe?",

"Ya cowo donggg", Christaya menaikan dagu sombong, "Secara tampang lumayan. Eh engga deng, termasuk ganteng. Kek orang Korea Jepang gitu mukanya. Kek oppa-oppa cuman matanya agak belo buat orang Asia Timur",

"Idihhh asik benerrrr!!", Reta menutup buku itu dan meletakannya di atas meja lagi, "Jadi lu berdua sempet ngobrol ga? Kaya Comtagram-nya gitu?",

"Ngobrol gimana, ta. Dia bisu", decak Christaya bersender ke bangku sembari menyilang lengan.

Senyuman Reta langsung hilang dengan mata agak membulat. Christaya yang awalnya bermuka datar perlahan membulatkan mata dengan bibir melebar, menyadari kalau itu belum menjadi hal umum.

Iris hitam Christaya berpindah ke Reta. Keduanya di isi keheningan yang canggung. Christaya keceplosan dan Reta kehilangan kata-kata.

"What?", gumam Reta.

"Hum? Apa?", gadis canggung itu pura-pura tidak tau, matanya lari kesana-sini.

"Raxel bisu?", Reta mengulang sambil menurunkan alis.

"Ah masa?", Christaya menelengkan kepala. Parahnya Christaya tidak pandai berakting, jatuhnya malah mengonfirmasi. Pernah saat dia diam-diam beli buku, ia berbohong ke orang tuanya kalau ia membeli buku kampus, tapi matanya tidak bisa diam dan tangannya terus tersembunyi.

Muted Comic Artist LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang