14. Saksi Bisu

9 1 0
                                    

Katherine membalikan kertas, menukarnya dengan kertas yang ada di belakang lembaran komik asal itu.

Sama seperti Christaya, Katherine juga bingung dengan maksud dibalik komik ini. Dia bisa saja membuat ribuan teori, tapi pada akhirnya teori tetaplah teori tanpa adanya konfirmasi.

Katherine menghela nafas melalui hidungnya sambil menarik sudut bibirnya bingung, "Ini aneh sih",

"Ya kan?", Christaya memberi persetujuan. Sebenarnya ia ingin bertanya kenapa ada foto polaroid sofa di lantai apartmen ini, dan apa-apaan barang aneh seperti Hulk muntah itu? Tapi itu nanti saja. Lagipula semua isi apartmen Katherine aneh.

"Kalo tanya design mah gue ngerti, tapi ga ada design sama sekali disini. Ngga kece", ucap Katherine berusaha membaca lagi sambil mengernyitkan hidung. Sekali lagi, Christaya mengedarkan pandangannya di apartmen gadis ini.

Modelnya mirip dengan apartmen Drystan. Salah satu kamar dipenuhi oleh bahan-bahan kain membuat pakaian dan manequin. Ruang tamunya terlihat aneh, sofa digantikan oleh foto polaroid kecil dan beberapa bean bag, dan tidak ada meja makan melainkan tempat bermain kucing yang dipakai untuk makan. Belum lagi banyak barang-barang aneh terkesan tidak berguna berserakan. Namun salah satu dindingnya dipenuhi oleh penghargaan modelling dan fotografi yang terlihat profesional.

Dan diantara itu semua, ada potret modelling Drystan juga Howin yang dipajang di kepala dinosaurus dan kuda. Jika Howin dibuat terlihat sangar dan berbahaya, Drystan dibuat terkesan imut dan polos.

"Lu motret Drystan sama Howin juga?", tanya Christaya memperhatikan foto Drystan yang bertema polkadot dan permen jawbreaker di mulutnya. Katherine mengangkat kepala dan menatap Christaya, kemudian ikut melihat ke apa yang diperhatikan.

"Oh. Iya. Beberapa kali gue minta. Kebanyakan Drystan sih. Dia sama Howin cocok jadi model, tapi Drystan cocok pake style apa aja, bisa berpose yang gue minta dengan ekspresi natural tapi terkesan nyata. Agak susah sih gue dikasih tiga jam doang sama Howin",

Christaya memperhatikan nama 'Katherine Gunawan' di pojokan bingkai sebagai pemenang, dan nama model yang terpampang. 'Drystan Mizukami' dan 'Howin Djibran'. Christaya lalu menoleh ke Katherine dan mereka bertemu pandang tanpa sengaja,

"Drystan mungkin bisu, tapi mata ga bisa bohong Chris", ucap Katherine bersungguh-sungguh, membuat Christaya tersenyum, merasakan dukungan darinya.

Padahal ia dulu merasa cemburu karena Drystan mengenal cewek lain yang bisa mendekatinya kapan saja, tapi ternyata itu hanya cemburu belaka. Nyatanya Katherine membantu mereka dan benar-benar peduli dengan Drystan maupun Howin. Lagipula dia aneh.

"Thank you", senyum Christaya.
"No problem! Gue bakal bantu apapun yang gue bisa biar lu berdua lang to the geng...", ekspresi Katherine berubah saat ia melihat gambar di kertas spesifik. Senyumnya tadi langsung berubah serius, ia seperti terkejut dengan satu gambar, tapi ia meragukan pikirannya sendiri.

"Kath?", panggil Christaya menurunkan alisnya. Katherine belum bisa mengolah kata-kata, masih terdiam memperhatikan gambar itu.

"Katherine, kenapa?", tanya Christaya sedikit lebih lantang. Mata Katherine berpindah ke Christaya seolah berpikir ulang, haruskah ia menyampaikan teorinya atau tidak. Dalam diam, ia mengembalikan lembaran komik itu ke Christaya, membuat gadis itu bertanya-tanya sembari menerimanya.

Katherine melipat kakinya ke atas satu kaki lain, menghela nafas, "Gue rasa lebih baik lu tanya ini ke Howin", usul Katherine, "Ga ada yang lebih kenal Drystan selain Howin. Dia pasti bisa ngejelasin gambar ini",

Aneh, mengapa Katherine tidak memberi jawabannya langsung saja? Apa yang ia lihat dari gambar ini? Lalu gadis itu teringat, Howin pernah bilang bahwa trauma Drystan disebabkan oleh perbuatannya yang berakibat fatal ke orang tuanya. Tapi kenapa tidak ceritakan langsung saja?

Muted Comic Artist LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang