6. Siren Song

18 2 2
                                    

"Ini luar biasa! Kita bisa lebih untung lagi! Duitnya juga pasti banyak! Hmmmm ringgit ke rupiah berapa ya, terus baht Thailand...peso Filipina", saat Howin asik bergumam memikirkan keuntungan yang bisa mereka dapat, Drystan diam menggambar di intuos cintiq-nya. Dengan ujung pena ia menambah detail lebih yang bisa memanjakan mata, juga menyematkan simbol yang bisa menghebohkan pembaca.

Tapi Howin berhenti mengoceh saat melihat ekspresi Drystan. Biasa pria itu akan menggambar dengan mata agak membulat seperti biasanya, tapi kali ini matanya terlihat malas.

"Are you okay?", tanya Howin. Drystan mengangguk tanpa menoleh, masih melanjut komiknya yang sebentar lagi selesai. Howin menunduk dan mengintip gambar di layar itu.

"Udah mulai team up? Bentar lagi tamat?", tanya Howin melihat deretan komik yang sudah berjalan empat tahun itu. Drystan menggeleng, kemudian memutuskan untuk menulis sesuatu di layar,

'Aku gamau pergi'

Sebelum di hapusnya lagi. Howin kembali menegak, kemudian melipat tangan, dengan nada yang menahan emosi ia bertanya,

"Takut kaya kemarin?",

Drystan tidak menjawab. Sebenarnya komikus Raxel yang membuat seri Muted Dimension ini diundang untuk ikut tur event komik se-ASEAN bersamaan dengan beberapa seniman lain bulan ini. Tapi tanpa alasan yang jelas Drystan ingin menolak undangan itu.

Bahkan sebenarnya saat event komik kemarin, Drystan tidak mau. Tapi Howin memaksanya untuk pergi dengan kedok penghasilan Howin menurun sehingga pria itu pergi. Padahal Howin memaksanya agar Drystan lebih berinteraksi dengan orang dan dunia luar.

Di dalam hati Howin memberi jempol ke diri sendiri karena dari paksaan itulah Drystan bisa bertemu Christaya.

Tiba-tiba pikirannya teringat sesuatu. Kalau Christaya membujuknya untuk pergi ke tur event, Drystan pasti mau. Sebenarnya ada alasan juga Howin mengajak Drystan ikut acara ini, tapi sayangnya ia tidak bisa mengatakannya dan Howin tidak tega berbohong ke Drystan.

Adapun dia bilang untuk menambah tabungan Drystan tapi pria itu tetap menolak. Maka itu ia pura-pura menemui client, padahal ia pergi ke mall untuk menelpon Christaya.

Sambil bersandar ke dinding yang ditutupi papan rekronstruksi, Howin menempelkan handphonenya ke telinga menunggu nada dering berhenti. Tidak lama kemudian gadis itu mengangkat telepon.

"Halo?", sapa gadis itu.
"Hai, Chris. Boleh minta tolong ga?", pinta Howin langsung ke inti.

"Ga ada basa-basi dulu ya", sindir Christaya, tapi melanjutkan, "Boleh. Minta tolong apa?",

"Tolong bujuk Drystan biar dia mau ikut tur comic event ASEAN"

Gadis itu terdiam sebentar. Mungkin saja ia sedang menurunkan satu alis bingung,

"Lu minta gue buat bujuk Drystan ke acara yang dia gamau? Jangan dipaksa dong!", Christaya malah membela Drystan. Yah tentu saja, gadis itu suka dan mengidolakan Drystan, Howin bukan siapa-siapa diantara mereka.

Howin menarik nafas meminta kesabaran, dan menjelaskan,

"Christaya. Drystan udah gede, dia ga bisa ngumpet terus", ucap Howin dengan nada sungguh-sungguh, "Dia harus bisa urus diri sendiri. Kalo dia ikut event, tabungan dia bakal banyak. Dia bisa beli rumah sendiri, kendaraan sendiri, sama bisa memenuhi hidup orang lain kalo dia nikah. Dia udah dewasa lho, Chris, tapi lu bisa liat sendiri kan dia kayak gimana", Howin memohon pemahaman Christaya.

Gadis itu sampai terdiam, seperti sedang memikirkannya dalam-dalam.

"Jangan liat gue mau ngusir dia, liat ini buat kebaikannya sendiri, Chris. Gue tau lu baru ketemu dia sebulan, tapi lu mau bantu kan? Lu fans-nya dia kan?", pinta Howin memohon ke gadis itu. Christaya menarik nafas sampai terdengar, kemudian menjawab,

Muted Comic Artist LoverWhere stories live. Discover now