ii. berdua saja

252 45 11
                                    

—hai semua perkenalkan namaku Isha. bungsu dari dua bersaudara. putri satu-satunya dirumah.

ah iya, satu lagi perkenalkan sahabat yang aku kenal saat masa putih abu-abu. tiga tahun terakhir ini. Kala, nama panggilannya.

laki-laki bertubuh jangkung itu merupakan teman dekat dan tempat bertukar ceritaku. sebenarnya kepribadian kami cukup berbanding terbalik, satu sama lain. tapi, pada akhirnya kami akan bersama menjalani masa-masa perubahan dari pelajar menjadi mahasiswa.

perjuangan tiga tahun kami disekolah menengah atas, berbuah hasil. undangan masuk ke universitas terkenal menyapa masing-masing dari kami. ketertarikan yang sama, membuat kami memutuskan untuk melanjutkan pendidikan diuniversitas yang sama pula.

Jogja, kota yang akan kami datangi. Universitas Gajah Mada. jadi, tempat kami guna menempuh pendidikan lanjutan ini.

aku memilih jurusan Arsitektur sebagai bidang studi kuliahku. ketertarikanku tidak seratus persen pada pembangunan saja. tapi, cenderung tentang estetika dan seni juga yang akan kupelajari didalamnya.

sedang Kala, memutuskan menjadi calon mahasiswa dengan bidang studi Sastra Indonesia. aku tidak heran, mengingat ia kerap ditunjuk dalam perlombaan puisi. atau hal-hal yang berkaitan dengan Sastra, saat disekolah dulu.

kami akan berangkat menuju Jogja, hari ini. berdua saja, sebab anggota keluargaku yang tidak dapat mengantarku pergi hari ini. Ayah dan Kakak laki-laki pertamaku, sedang berada diluar kota menyelesaikan pekerjaan mereka.

sedang Kakak keduaku pun berada diluar kota sana, menyusun skripsinya. dia sibuk tidak bisa diganggu. Ibu, mungkin salah seorang keluarga yang mengantarku pergi nanti.

lain denganku, Kala ditemani Ibunya. karena, sang Ayah meninggal dua tahun lalu. dia anak tunggal, tidak ada saudara lagi setelahnya.

kami berangkat dengan kereta malam ini, diantar masing-masing Ibu sampai distasiun. kereta kelas eksekutif jadi, pengantar kami. bukan sombong atau bagaimana.

tapi, tiket perjalanan ini dibiayai Kakak pertamaku. sayang sekali untuk menolaknya. lagipun hitung-hitung sebagai sambutan keberangkatanku pergi ke luar kota tanpa keluarga disisiku, hehe.

"pakai jaketmu, sudah malam. jangan lupa berdoa supaya selamat sampai tujuan nanti. begitu tiba, segera kabari Ibu, Ayah atau kedua Kakakmu. ingat, jangan karena, tidak ada keluarga disisimu. kamu dapat berbuat seenaknya disana. kamu pergi untuk melanjutkan pendidikan, Ibu tidak mau mendengar hal-hal buruk terjadi padamu. mengerti Isha?," -tutur Ibu memperingatkanku.

"pesan diterima, aku mengerti nyonya," -balasku terkekeh ditimpali jitakan didahiku.

ulah siapa lagi, kalau bukan nyonya besar alias Ibuku.

"kabari Ibu, saat sudah sampai nanti ya. tidak perlu memaksa dirimu untuk terus menjadi yang terbaik nanti. tetap jadi anak baik disana ya. jangan lupa ibadah, makan, dan isitarahat yang cukup. jaga Isha, juga ya. bisa Kala?," -ujar Ibu dari sahabatku Kala.

pada putranya, tak jauh berbeda dengan penuturan Ibuku tadi. hanya, intonasi dan isi bicaranya lebih lembut. dibanding Ibuku yang suka memerintah ini, hehe bercanda nyonya jangan marah ya.

"baik Bu, aku tidak akan nakal disana. pasti! aku tidak akan melupakan hal-hal penting itu. siap, tidak akan ku biarkan satu laki-laki pun menyakiti apalagi sampai berani membuat Isha patah hati!," -balas Kala semangat pada Ibunya.

kedua orang tua kami terkekeh kecil melihat ucapan Kala, barusan. keluarga kami memang cukup ah tidak sepertinya memang sangat dekat. Ayahku bahkan menganggap Kala sebagai salah satu putranya juga.

terdengar announcement singkat, dipenjuru stasiun. menandakan kami akan bertandang dari Ibu Kota Jakarta. menuju Kota Pelajar, Jogja malam ini.

"sampai jumpa lagi Isha, tidak menyangka bungsu Ibu sudah sebesar ini. Isha akan pergi belajar diluar kota. jaga diri dan kesehatan disana ya, selamat sampai tujuan. doa Ibu yang terbaik selalu untukmu," -kata Ibu dengan netra berkacanya.

"selamat sampai tujuan Kala, Isha. hati-hati disana, jangan berbuat yang tidak-tidak ya. semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan yang Esa," -timpal Ibu Kala mengelus bahu putranya.

oh ayolah jangan mendramatisir keadaaan. kalau kalian sedih begini, aku jadi tidak ingin pergi. sama denganku Kala, menghelas napas dalam tersenyum ke arah Ibunya.

"sampai jumpa lagi Bu, salam untuk Ayah. Mas Rino, juga Mas Marko," -balasku mencoba menahan tangis.

"nanti kita bertemu lagi ya Bu, sampai jumpa lagi," -kali ini Kala menanggapi sang Ibu.

memastikan tidak ada barang yang terlupa. kami melangkahkan kaki ke arah peron mengingat kereta akan berangkat sebentar lagi. kemudian, melambaikan tangan ke arah Ibu kami.

rasanya berat sekali setiap pijak langkah kakiku ini. tapi, aku ingat tujuan awal pergi adalah melanjutkan pendidikan guna meraih mimpiku. jadi, kesedihan ini harus segera aku hapus lagipula nanti pasti akan terbiasa.

sampai didalam kereta segera kami menata barang bawaan dibagasi bagian atas. tidak perlu repot dengan tempat duduk. mengingat kelas eksekutif punya akses lebihnya tersendiri.

kami bertandang ke Jogja, melalui Stasiun Gambir di Jakarta. kondisi kereta dan stasiun malam ini cukup ramai, mengingat tahun ajaran baru yang sebentar lagi akan dimulai. juga, musim liburan yang telah usai.

kereta berjalan meninggalkan Ibu Kota, penuh goresan cerita ini. untuk Kota Jakarta, terima kasih waktu dan segala kenangannya. kami pamit pergi sebentar.

sedangkan Jogja, kami harap dapat menerima dua kepala. calon pelajar yang akan bergabung menjadi bagian penghuni. ditempatmu nanti.

Kala memakaikan selimut menutupi tubuhku, dan menaruh bantal tepat dibalik kepalaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kala memakaikan selimut menutupi tubuhku, dan menaruh bantal tepat dibalik kepalaku. berbeda dengan diriku ia hanya menarik bagian atas penutup kepala, dari hoodie yang ia pakai. ini kereta malam jadi, sudah disiapkan bantal dan selimut bersih pastinya.

"tidurlah dulu, biar aku yang terjaga sampai kita tiba nanti," -ujarnya padaku.

"baiklah, aku tidur. nanti kalau kau mulai mengantuk, bangunkan saja aku. kita bergantian ya?," -balasku menatap ia dari arah samping.

"tenang saja, tidak perlu membuat peraturan begitu. ayo segera tidur," -ucapnya seraya membenarkan posisiku.

aku berdehem menanggapinya. rasanya mengantuk sekali sebab, sudah dua hari ini tidak dapat tidur tepat waktu. maklum aku akan pergi jauh, mungkin demam perjalanan begitu yang sering aku dengar dari Ibu.

"mimpi indah ya," -bisik Kala ditelingaku.

setelahnya aku menutup kedua netraku. memasuki dunia mimpi. meninggalkan Kala sebentar yang masih terjaga disampingku.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now