xxiii. pudar

109 30 11
                                    

kamu mengejar disaat aku berhenti berlari, bukankah itu lucu. —Kala

Kala [side]

—ibaratnya kain berwarna yang terlalu lama disimpan. diruang tertutup, menjadi lapuk, berdebu, usang, membosankan. disusul bersamaan dengan warna indah yang, memudar.

terlalu lama perasaan suka dalam diam. terhadap sahabat perempuanku, Isha. kusimpan dan kurasakan sendiri.

bosan, terus menerus menunggu tanpa kejelasan. haha kejelasan apanya, kalau aku saja tidak pernah mengatakan pada Isha. secara langsung tentang perasaanku padanya, pengecut.

"apa kau sibuk hari ini?," -tanya Isha turun dari sepeda motorku.

ya, kebetulan kami mendapat kelas pada jam yang sama. jadilah, kembali berangkat bersama. dengan aku yang mengantar Isha lebih dulu, pastinya.

"kurasa begitu, selesai dengan kelas hari ini. aku akan bergegas menuju tempat bekerja. lalu, pergi ke rumah temanku," -jelasku menerima helm yang ia pakai tadi.

kulihat, ia membuka tas punggung yang dibawanya. lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. tidak asing, seperti kotak bekal, lalu diberikan padaku.

"ini untukku?," -tanyaku padanya.

"iya, kau sibuk sekali sepertinya hari ini. jadi, kubuatkan roti isi coklat kesukaanmu, dengan susu kotak sebagai pendampingnya. tidak masalah, kalau kau akan makan siang diluar bersama temanmu yang lain. tapi, setidaknya kau isi perutmu lebih dulu ya. supaya kau tidak sakit," -jelas Isha semangat tersenyum ke arahku.

sudut bibirku ikut membentuk senyum, padanya.

"kalau begitu aku masuk dulu ya, kau hati-hati dijalan nanti. semangat ya hari ini!," -ujarnya padaku kemudian berlari masuk ke dalam gedung fakultasnya.

aku terkekeh melihatnya beserta tas punggung, biru laut itu berlaru menjauh dariku. Isha, lagi-lagi kau buat aku salah paham. dengan perhatian manis yang kau berikan padaku.

ini bukan salahmu. hanya, sahabat laki-lakimu ini sangat mudah terbawa perasaan oleh hal kecil yang kau beri. berbeda, dengan dirimu yang mungkin biasa saja akan segala perhatian yang aku beri padamu.











































"haha! kau membawa bekal? lucu sekali, seperti anak kecil saja," -komentar salah satu teman.

melihatku membuka kotak bekal, dari Isha. untuk kulahap isinya menjadi makan siang untukku. malas sekali, kalau sedang mengerjakan tugas harus disibukkan membeli makanan diluar.

"loh kenapa? ini enak, dan sehat. mungkin kau hanya iri padaku," -balasku melahap roti isi coklat dari dalam kotak bekal.

"ck, jangan jadikan hidup sehat sebagai alasanmu, itu konyol! aku tau, bekal itu dibuat Isha bukan? karena, itu kau semangat untuk menghabiskannya. dasar, ada-ada saja kebiasaanmu kalau sedang kasmaran," -komentar yang lain.

aku hanya tersenyum simpul. lalu terkekeh, mendengar mereka mengomentari kotak bekalku. kami mengobrol sebentar selesai makan siang.

"hei itu, kertas milikmu terjatuh!," -seru salah satu temanku saat aku kembali memasukkan kotak bekal dalam tas milikku.

"ah iya, terima kasih," -balasku memasukan kertas berwarna putih gading itu.

agak bingung sebetulnya, aku tidak membawa lembaran ini sebelumnya. sepertinya, kertas ini terjatuh dari dalam kotak bekal yang tadi diberi, Isha. baiklah, akan kubuka nanti saat tiba dikamar kos tempatku tinggal.









































pukul sepuluh malam, aku tiba dirumah kos. segera masuk memarkirkan sepeda motor. lalu masuk ke dalam kamar tinggal untuk beristirahat.

lelah sekali hari ini, aku berganti pakaian sebentar. kemudian, merebahkan diri ke atas junior bed yang tersedia. ah, baru ingat aku mau membaca kertas dari Isha.

mandi? tidak perlu, ini sudah malam, disambung esok pagi saja bukannya pemalas hanya, setauku mandi malam meningkatkan resiko terkena penyakit rematik. itu saja masa kalian tidak tau.

dari, Isha
untuk, Kala

hai Kala! aku tau tidak sepintar dirimu perihal surat menyurat begini. intinya, aku mau menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya. dariku padamu, yang selalu hadir menemaniku sejak sekolah menengah atas dulu. aku minta maaf, sering membuatmu kecewa dengan keputusan yang aku ambil secara tiba-tiba, perbuatan atau perkataanku padamu. maaf ya, mungkin selama ini kau memendam rasa sukamu padaku. belum terbalas sampai hari, dan detik ini. mungkin tidak akan terbalas selamanya. Kala, kau terlalu baik untukku yang ceroboh, pemarah serta bodoh ini. sifat kita berbanding terbalik karena, itu aku nyaman menjadi sahabatmu. tidak lebih dari itu, dan tidak akan berubah sampai kapanpun. aku tidak sanggup mengungkapkan langsung padamu jadi, kutumpahkan lewat tulisan begini. aku yakin kau akan mendapat pasangan yang jauh lebih baik dariku, nantinya. tidak apa ya? orang baik sepertimu pasti bisa memperoleh pasangan yang baik pula. ah baiklah, kuharap kau menghabiskan bekal yang aku buat untukmu tadi. setelah membaca pesan ini, tolong jangan menjauhiku ya, aku juga akan berusaha supaya tidak canggung saat kembali berjumpa denganmu. jaga kesehatanmu, istirahat yang cukup & jangan lupa untuk membuat dirimu sendiri bahagia. meski saat kau bahagia dikemudian hari, bukan bersamaku.

—salam hangat, Isha

kulipat kembali kertas putih gading itu, seperti bentuk semula. mengusap mataku yang sedikit berair. iya, aku menangis.

lemah sekali bukan? hanya membaca, bukan mendengar penuturannya langsung. memang pengecut. kalau dari awal aku berani mengungkapkan persaanku pada, Isha.

mungkin, luka yang aku peroleh. tidak akan sedalam dan semenyakitkan ini. kain putih sudah ditetesi warna, tidak akan kembali menjadi bersih kembali.

sekarang ini aku sibuk memikirkan. bagaiamana, raut wajah yang akan kutunjukkan. saat bertemu dengan,Isha.

bodoh, hal seperti ini harus kupikirkan. apa aku harus tetap tersenyum, atau menangis meluapkan kekecewaanku padanya? sepertinya opsi awal, akan lebih baik.

karena, pada dasarnya manusia itu paling hebat dalam berbohong. hatinya tersakiti tapi, raut wajahnya tetap menampakkan senyum. seolah dirinya baik saja padahal sebaliknya yang dirasa.

malam ini, aku makin percaya. bahwa, berharap pada mereka yang bernama manusia. adalah, seni mematahkan hati yang paling menyakitkan pada bagian akhirnya.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt