xxii. sudah

109 32 11
                                    

apapun alasannya setidaknya cobalah buat dirimu bahagia, dengan caramu sendiri. —Kala

—cuaca kelabu, udara mendingin. daun berguguran, jalan yang tadinya ramai kini menjadi sepi. malam ini langit cerah Jogja, kembali menangis.

air matanya turun membasahi bumi. beserta isinya tak berhenti. seolah kesedihan, yang ia punya tak dapat disembunyikannya lagi.

"Ayah, malam ini hujan turun deras. apa disana engkau kedingingan? sayang sekali, bahkan kita tak dipertemukan disaat terakhir itu. maaf aku tidak lagi dapat membawakan segelas air hangat, selimut tebal lalu bergegas mendekapmu hangat," -gumamku menadahkan tetasan deras air hujan ke tanganku.

"aku harap kau lebih bahagia disana, Ayah. semoga aku dapat membanggakanmu kelak walau kau tak lagi ada disampingku. maaf aku sering berbohong padamu, selama ini aku tidak baik saja disini. tapi, bodohnya selalu berlagak dewasa dan kuat. maaf Ayah, putri bungsumu ini belum dapat membalas budi baikmu, terhadapnya semasa kecil dulu," -lanjutku terisak dibalkon kamar kos yang aku tempati.

aku menangis, air mata yang turun tak kalah deras dengan rintikan air hujan malam ini. sendiri, tidak ada temanku disini. mereka mungkin sudah terlelap dibalik selimut dan lembabnya hawa hujan ini.

"Ayah, aku rindu," -cicitku menatap langit gelap diatas sana.

langit malam kosong. bahkan, lautan bintang yang indah enggan untuk menampakkan wujudnya. malam ini benar-benar menyedihkan.

kalau kalian bertanya tumben sekali, mengapa aku tidak disibukkan dengan tugas kuliahku?

aku sudah berada disemester akhir. kesibukanku, sekarang ini adalah menyusun skripsi. si tumpukan kertas yang menentukkan berapa lama waktu aku butuhkan untuk lulus nanti.

dipertengahan semester sebelumnya, aku telah mencicil. apa yang menurutku penting aku pelajari sedikit demi sedikit. pribadi anti sosial kuhapus sedikit dari dalam diriku.

aku mulai dekat dengan beberapa Kakak Tingkat. dijurusan yang aku lakoni ini. itu cukup membantu sekaligus memudahkanku menyusun materi skripsi milikku.

ya, aku mencontoh sikap terbuka dan gemar bersosialisasi. dari, sahabat laki-lakiku. Kala.

satu purnama ini, kami jarang sekali berkumpul seperti dulu. mungkin hanya berpapasan lalu saling menyapa. begitu saja, tidak lebih.

masing-masing dari kami. mulai sibuk dengan urusan pribadi. tidak ada lagi waktu untuk berbasa-basi.

bukan berarti kami jadi, apatis. setidaknya dalam sehari kami masih berbalas pesan. membahas topik umum, seperti makan, istirahat, menanyakan kabar.

begitulah, mungkin membosankan. tapi, layaknya satu kebiasaan. malah akan aneh, kalau dalam 24 jam kami tidak bertukar kabar.

"Ayah, tau tidak? kalau aku dulu pernah punya pasangan. saat berkuliah dikota ini tapi, sayangnya belum ada satu semester hubungan kami kandas. bukankah itu menyedihkan?," -ucapku memandang kosong langit mendung lalu terkekeh menertawai diriku sendiri.

sebut saja aku, orang gila. berbincang dengan tatapan kosong. berbicara tanpa ada lawan bicara, menangis lalu tertawa sendiri setelahnya.

"Isha, kau itu payah," -ucapku mencemooh diri sendiri.

aku berdiri, melihat ke arah lantai bawah. sudah sepi, sepertinya Pak Retno masuk ke dalam ruang tengah yang baru saja dibuat ditempat ini. dilantai bawah tepatnya.

ting!

aku sedikit dikejutkan, oleh nada notifikasi. yang menandakan adanya pesan baru masuk. kurogoh kantung celana training panjang yang aku kenakan.

sedikit pusing kepalaku menunduk. membuka aplikasi chatting yang biasa aku gunakan untuk berbalas pesan. dengan Ibu, Kakak, ataupun teman-temanku.

kulihat cukup banyak pesan masuk belum kulihat. mulai dari grup chatting bersama angkatan, beberapa teman, dari Kakakku. serta, pesan yang baru masuk rupanya dari Kala.

Line

Kala

| sudahlah kota ini jadi, cukup dingin diguyur derasnya air hujan malam ini
| kau tenanglah Isha, jangan terus menangis begitu
| aku tau kau merindukan keluargamu, tepatnya sosok mendiang Ayah
| tidak apa, kau pasti sangat kesepian sekarang ini
| tapi, jangan terlarut didalamnya kau harus berusaha supaya tidak bersedih lagi
| bukankah kau pernah berkata, kalau bahagia itu butuh proses?
| jadi, begitu tepat waktunya kau pasti akan merasakan sebegitu bahagianya dirimu akan pencapaian dari hasil mimpi besarmu
| masuklah diluar dingin, cuci wajah sembabmu, berdoa kemudian pergi tidur
| besok kau ada kelas pagi bukan? ayo tidur sekarang jangan berpikir untuk begadang!!!
| ah iya, aku ada dibalkon sebrang kalau kau rindu
| selamat malam nona, beristirahatlah malam ini
| sebab, esok masih ada hari baru penuh akan kejutan yang harus kau jelajahi 🙂

panjang sekali rentetan pesan yang dikirim, Kala. aku tersenyum kecil membacanya. kulihat disebrang sana ia melambaikan tangannya tersenyum hangat ke arahku.

"sudah, cukup bersedihnya. sekarang, tidurlah," -ucapnya dari sebrang sana.

tidak terdengar tapi, aku melihat bibir tebalnya bergerak berbicara begitu. aku mengangguk sebagai jawaban. melambaikan tangan berpamitan padanya, aku masuk ke dalam kamar kos yang aku sewa ini.

Kala, terima kasih banyak sudah hadir dikehidupanku. aku tau kau pasti sangat kecewa. akan banyaknya, kesalahan yang secara sengaja atau tidak kuperbuat padamu.

tapi, kau masih terus baik padaku. kuharap kau menemukan pasangan yang serasi untukmu kelak. lalu, kehidupanmu akan jauh lebih berwarna dari waktu ini.

dan faktanya. perempuan, yang menjadi pasanganmu nanti. bukan aku.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now