xv. kita, mungkin

117 36 12
                                    

persahabatan kita sekarang ini, layaknya permainan domino. aku jatuh padamu. sedang, kamu jatuh ke yang lain. —Kala

—hari ini aku berniat berbincang dengan Kala. tidak tau dimana, atau akan pergi kemana. tapi, Kala mengajakku berjalak-jalan malam ini.

"kenapa, akhir-akhir ini kau jarang sekali pergi bersama pasanganmu. siapa namanya, Jonas ya?," -mulai Kala berbicara padaku.

kami ada disalah satu kedai tua, yang menjual beberapa makanan dan minuman kuno. tapi, suasana didalamnya sangat nyaman. mendukung untuk acara bincang malam begini.

"aku sudah putus dengannya, mungkin dua pekan yang lalu," -ujarku terkekeh padanya.

"apa? bagaimana bisa, bukankah kalian saling menyukai dan melengkapi satu sama lain," -komentarnya terkejut ke arahku.

"entahlah, kurasa aku dijebak oleh mereka," -ucapku padanya.

"mereka? siapa yang kau maksud?," -tanyanya padaku.

"Jonas dan Olive, kurasa aku hanya umpan supaya ia bisa kenal dan menjalin hubungan dengan sahabat perempuanku itu," -jelasku tersenyum getir.

"sudah susah payah aku menjagamu. supaya tidak sedih disini, dengan seenaknya dia mematahkan hatimu. bahkan aku yang hanya mendengar ikut merasa patah dan kecewa," -tanggapnya padaku.

"sebentar, kau sebut dia sahabat? haha, tidak pantas. dia hanya menjadikanmu umpan untuk memancing ikan jelek seperti mantan pasanganmu itu," -lanjutnya lagi mencibir dua orang itu.

aku terkekeh kecil mendengarnya.

"ah sudahlah tak apa, aku rasa memang ini salahku. yang tidak mau mendengar masukan dari sekitarku. biarlah jadi, satu pelajaran dan pengalaman untukku supaya lebih baik kedepannya," -ucapku mencoba untuk tidak memperkeruh keadaan.

"haruskah aku menghajarnya?," -serunya padaku.

"apa? tidak perlu. kau ada disini bersamaku, itu sudah jauh lebih baik dibanding harus membalas perbuatan jahat mereka. tidak apa, nanti juga lukanya akan sembuh sendiri," -timpalku padanya.

kulihat ia tersenyum kecil. mengusak suraiku, terdiam sebentar. kemudian berkata,

"kau banyak berubah sekarang, aku rindu dirimu yang dulu. tapi, jujur saja aku senang mengenal pribadimu sekarang ini. pola pikirmu jauh lebih dewasa, sikap manjamu perlahan menghilang, kau juga lebih dapat menerima keadaan tanpa banyak mengeluh lagi," -ujarnya padaku.

"begitukah? aku rasa memang semua harus berprogres bukan?," -ucapku padanya.

"selagi perubahanmu ke arah yang lebih baik. aku pasti akan senang mendengarnya," -balasnya tersenyum padaku.

"terima kasih tapi, apa kau tidak malu punya sahabat sepertiku?," -tanyaku serius ke arahnya.

"malu? untuk apa. kau cantik, baik, pintar, sopan. apa ada alasan untuk malu mempunyai kenalan sepertimu?," -pujinya tersenyum padaku.

"ah kau ini sangat pintar membuat kata-kata manis begitu," -balasku tersenyum ke arahnya.

"kau memang manis Isha, untuk apa aku merangkai kata-kata manis. kalau perempuan didepanku mengalahkan manisnya seduhan teh melati ini," -godanya padaku.

monochrome ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang