xiii. pulang

117 36 9
                                    

—aku ingin pulang sekarang ini. rindu pada Ayah dan Ibu, juga kedua Kakakku, aku tidak tahan menjalani berbagai masalah ini sendiri. jengah sekali rasanya.

tiga hari yang lalu, aku memutus hubungan dengan Jonas. benar, yang Lila katakan kalau Jonas bukan tipe laki-laki yang setia. tapi, bukan itu masalah utamanya.

mau diputus atau dibuat sakit hatipun aku tidak terlalu perduli sebenarnya. fakta menyakitkannya adalah, ia memutus hubungan denganku. guna membuat hubungan baru dengan Olive, sahabatku.

tidakkah itu menyakitkan? saat kau sedang dalam fase yang menyenangkan. tiba-tiba harus mendapat realita bahwa sahabat dekatmulah. yang menjadi penyebab hancurnya hubungan dengan pasanganmu.

aku rasa Jonas, tidak sepenuhnya menyukaiku. ia hanya berusaha menjebakku. supaya dapat berhubungan dengan, Olive.

haha, pertama kalinya aku punya kekasih. ternyata hanya tipuan. kisah pertama yang tidak ada sama sekali pengalaman manis, yang dapat ku simpan sebagai kenangan.

tidak ada tempat bercerita bagiku. Lila, kurasa ia hanya akan memarahiku juga mencemooh diriku. yang kerasa kepala tidak mau mendengar perkataannya sewaktu itu.

Kala? aku tidak mau merepotkannya. rasanya aku hanya menghubungi saat aku membutuhkannya saja. ditambah, pesanku sewaktu itu hanya dibaca olehnya.

kurasa ia marah atau kecewa terhadapku. tidak apa, orang seperti diriku pantas menerima itu semua. disaat semua orang sibuk memberi yang terbaik untukku, aku malah memilih bagian terburuknya.

jadi, ya sudah rasakan saja sendiri.

aku baru selesai mandi, siang ini aku berniat pergi. aku tidak tau akan pergi kemana. mungkin toko buku untuk memberi beberapa novel yang dapat kujadikan wadah pengurang masalahku.

juga, membeli beberapa alat menggambar yang sudah habis. menggunakan setelan denim dengan kaus dan sepatu putih. surai yang ku ikat, kurang lebih begitu setelan yang aku kenakan.

 surai yang ku ikat, kurang lebih begitu setelan yang aku kenakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

mataku masih berat sekali untuk dibuka sebenarnya. sebab, terlalu lama menangis semalaman hingga pagi tadi. terlalu banyak hal berkecamuk dalam pikiran bungsu yang satu ini.

merasa salah memilih jurusan kuliah, kehilangan sahabat, tidak diperdulikan sekitar, ditipu pasangan dan salah seorang yang ia percaya. rindu akan rumah dan kelurga. kurasa itu cukup berat untuk ku simpan sendiri. tapi, tidak ada yang mau bersedia untuk mendengar ceritaku juga.

jadi, yasudah kusimpan saja nanti juga lukanya akan sembuh sendiri.

aku bergegas menuju lantai bawah. berniat pergi keluar supaya mengurangi rasa sedih dan beban pikiranku. tak sengaja berpapasan dengan Lila, yang mengarah akan naik ke lantai atas.

"hai apa kabar Lila? semoga kabarmu baik ya, kalau begitu aku permisi dulu," -sapaku sekaligus berpamitan padanya.

kulihat ia memandangku aneh atau mungkin khawatir . karena, kantung mataku sedikit menghitam. suaraku juga sedikit menghilang dan serak.

saat berjalan keluar. aku tidak sengaja bertemu Kala, sedang mengeluarkan kendaraannya. kurasa ia akan pergi keluar untuk bertemu teman kuliah, atau pergi ke tempatnya bekerja.

aku tersenyum menyapanya, sedang ia langsung membuang wajahnya ke arah lain. aku agak terkejut, ini pertama kalinya bagiku. kurasa ia benar marah padaku kali ini.

tidak apa, kau berhak marah pada orang keras kepala sepertiku. kalau bisa lupakan saja aku. kau pasti malu punya sahabat lama sepertiku.

"selamat siang Kala, aku harap kabarmu baik. jaga kesehatanmu, aku permisi dulu," -ujarku ke arahnya.

ia nampak sedikit terkejut mendengar suaraku. aku tersenyum seolah-olah memberi tau kalau aku sedang baik saja. kemudian, berjalan berlawanan arah mendahuluinya.

aku tersenyum getir disepanjang jalan hari ini. memang anti sosial sepertiku, tidak cocok untuk merantau seperti ini. ada benarnya dulu saat Kakak keduaku mencemooh sikap kuranya sosialisasiku pada sekitar.

mungkin, kalau aku tidak menyombongkan diri berkuliah diluar kota. dan memilih untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. aku rasa akan lebih baik dari ini.

aku tidak akan kesusahan dan tersakiti seperti sekarang ini. nasi sudah menjadi bubur, tidak dapat diubah menjadi beras kembali. aku sudah berada dipertengahan semester, sayang sekali kalau harus memutus dan memulainya dari awal kembali.

tak sadar pelupuk mataku sudah menampung cukup air mata yang tak dapat terbendung. mengalir begitu saja, beruntung toko buku sedang tidak ramai. kalau banyak pengunjung aku akan malu sekarang ini karena, menangis ditempat umum.

tidak lama, ada panggilan telepon masuk dari Ibu. aku berdehem sebentar supaya suaraku nanti terdengar baik saja. barulah aku berani mengangkat telepon dari Ibu disudut belakang toko buku, dengan beberapa barang yang sudah aku beli dan bayar tadi.

"bagaimana kabarmu Isha? kau baik saja kan disana? semalam Ibu memimpikanmu,"

"b—baik Bu! ah mungkin Ibu rindu padaku, haha,"

"kenapa suaramu terdengar serak, kau habis menangis atau sedang sakit?,"

"jangan khawatir Bu, aku hanya terlalu banyak minum air es akhir-akhir ini. tidak kok, untuk apa aku menangis,"

"bagus kalau begitu, Ibu harap kau baik-baik saja disana. apa kau sedang diluar? rasanya ramai sekali,"

"iya, aku sedang berada ditoko buku untuk membeli beberapa keperluanku, nanti aku akan membeli obat juga,"

"begitukah? kau pergi bersama Kala?,"

"tidak, aku pergi sendiri. hari ini, Kala ada urusan dengan temannya,"

"kalian tidak sedang bertengkar kan?,"

"jelas, tidak. hubunganku dengan Kala juga temanku yang lain baik-baik saja. ah iya bagaimana kabar Ayah dan Ibu dirumah? apa kondisi kesehtan Ayah, sudah lebih baik?,

"kau tidak sedang berbohong kan? kalau ada masalah jangan sungkan untuk bercerita ke Ibu ya. sepertinya sudah lebih baik tapi, Ayahmu tidak dapat beraktivitas seperti dulu. sudah banyak hal yang dibatasi sekarang ini,"

"tidak Bu, tenang saja. aku harap liburan nanti bisa pulang ke Jakarta, aku rindu kalian. kalau begitu aku tutup teleponnya ya. nanti sampai ditempat kos aku kabari lagi, disini ramai sekali Bu,"

"iya baiklah, hati-hati dijalan pulang ya,"

"siap Bu!,"

aku menutup sambungan telepon dengan Ibu. mengelap air mata yang membanjiri pipiku, aku terkekeh kecil. bukankah aku pintar bisa memperdaya Ibu?

berkata aku baik-baik saja, padahal sebaliknya yang kurasa. dengan langkah tertatih aku keluar dari dalam toko buku. menuju tempat kos-ku, perihal membeli obat lupakan saja yang sakit perasaanku bukan fisik, nanti juga akan sembuh sendiri.

tanpa ku ketahui, Kala mengikutiku sampai ke dalam toko buku dan menguping pembicaraanku dengan Ibu.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now