xvii. ruang sendiri

115 35 10
                                    

—beberapa waktu lalu, aku sampai lebih dulu. disalah satu taman yang tidak terlalu ramai. menunggu sahabatku, Kala yang sudah membuat janji bertemu denganku.

jujur saja, sedari tadi detak jantungku tak beraturan. tanganku juga terus berkeringat. aku bingung akan mulai berbincang dengan Kala, dengan awalan seperti apa.

"ayo tebak ini siapa?," -ucap seseorang menutup mataku dengan kedua telapak tangannya.

aku agak terkejut tapi, aku tau pasti siapa orang ini. wangi pakaian dan suaranya jelas tak asing untukku. ini pasti Kala, bahkan disaat seperti ini dia masih sempat bercanda.

"oh ayolah, aku tau ini kau Kala. lepaskan, ini tidak lucu," -seruku memukul lengannya.

"rice crispy vanilla!," -teriaknya menghadapku setelah membuka mataku dari telapak tangannya tadi.

dia tersenyum hangat memberiku satu cup berisi rice crispy. camilan dengan perasa vanilla kesukaanku. ia jelas tau karena, aku sering sekali membelinya sedari dulu.

"ini, aku belikan untukmu. memang porsi kecil tapi, saat aku dapat gaji berikutnya. akan aku belikan kau yang lebih besar ditambah ice cream strawberry. bagaimana, aku yakin kau pasti mau, iya kan?," -ujarnya panjang lebar.

memintaku menerima camilan yang ia bawa. ah tidak, mataku memanas aku ingin menangis sekarang ini. Kala terlalu baik padaku yang buruk ini.

"hei kenapa menangis? apa kau tidak suka pemberianku? Isha, kau kenapa?," -titahnya bertubi memberiku pertanyaan.

menarik telapak tangan yang aku pakai guna menutup wajah memerahku. ia memandang khawatir padaku. aku merogoh tas selempang kecil yang kubawa, memberikan buku cokelat milik Kala yang membuatku kalut sepanjang hari.

"i—ini," -cicitku padanya.

ia nampak terkejut dengan barang yang aku berikan.

"kau dapat darimana?," -tanyanya berusaha tidak terlihat gugup didepanku.

"itu tidak penting. kenapa kau terus baik padaku? padahal jelas tau aku sering sekali jahat padamu," -ucapku ke arahnya.

"tidak ada alasan untuk menjauhimu. seburuk apapun perlakuanmu padaku, aku tidak akan meninggalkanmu," -balasnya santai tersenyum ke arahku.

apa aku senang? jelas tidak. ayolah, aku ingin melihatnya marah padaku. setidaknya sekali ini saja, kalau terus baik begini aku yang tidak dapat tenang didekatnya.

"jangan terlalu baik begitu, ayo marah padaku Kala!," -teriakku ke arahnya.

"kau bilang aku bahagia kalau, kamu bahagia. bohong! jangan jahat pada dirimu sendiri," -seruku marah padanya.

aku menangis sejadi-jadinya dihadapan, Kala. ia diam saja sedari tadi. entah malu atau risih melihatku.

aku tidak perduli, aku hanya mau melihatnya marah. atau kalau bisa ia pergi menjauhiku. aku tidak tahan aku memukul-mukul lengannya dengan kepalan tanganku.

ia tidak membalas lewat amarah atau hal jahat lainnya.
melainkan menarik aku dalam dekapannya. lalu, mengelus pelan punggung ringkihku.

"apa kau tau perihal lautan? terkadang memang ada pasang dan surutnya. tapi, tentang rasa tidak pernah berubah. apapun keadannya, bukan?," -ujarnya santai namun tetap terdengar serius ditelingaku.

"sama halnya denganku. tidak perduli kau baik atau berlaku jahat padaku, rasa suka padamu tidak akan berubah sampai kapanpun itu," -sambungnya mengelus suraiku.

"aku bukan laki-laki puitis ataupun mudah menunjukkan sisi romantis, pada perempuan yang aku suka. tapi, aku akan berusaha melindungi dan berlalu yang terbaik untukmu, Isha," -tambahnya membuatku semakin menangis dalam dekapannya.

"ini mungkin terlambat, atau terlalu cepat. tapi, aku hanya mau berucap kalau sedari awal dekat denganmu. ah tidak langsung ke intinya saja, aku mencintaimu lebih dari sekedar sahabat perempuanku. apa itu mengejutkanmu?," -serunya membuatku menarik diri dari dalam dekapannya.

kulihat ia tersenyum simpul, perlahan mengusap air mata dipipi merahku.

"aku tau kau baru merasakan perihnya patah hati. pertama kalinya bagimu tapi, harus berakhir mengenaskan tak sesuai dengan ekspektasi yang kau bangun. tidak mudah untuk membuka hatimu untuk mengisi kekosongan didalamnya. aku tau itu, tidak apa kalau kau menolakku. aku hanya ingin memintamu untuk tidak menjauhiku setelah ini," -titahnya padaku.

aku hanya diam sedari tadi. ia berbicara banyak dan panjang sekali. sedang aku disampingnya untuk membalas iya atau tidak, rasanya lidahku kelu.

"apa kau mau tau, kenapa aku menjauhimu beberapa hari yang lalu? kalau didalam hatimu kau menebak sebab, kau punya pasangan, itu salah besar," -katanya membuatku penasaran akan jawabnya.

"lantas kenapa?," -balasku dengan suara serak hampir menghilang.

"aku tau kau sangat menyukai kegiatan bersih-bersih dan berbagi. tapi, apa kau tidak bisa mengingat akan barang penting yang aku beri padamu? bahkan kau berjanji untuk menyimpannya," -jelasnya tersenyum getir memandang kosong didepannya.

sebentar, bersih-bersih dan berbagi? pemberian penting? ah tidak kemeja darinya dihari ulang tahunku dulu. aku memandang terkejut ke arahnya.

"Kala, maafkan aku. aku benar-benar lupa dengan yang satu itu. aku minta maaf padamu. tidak apa kau pergi menjauhiku tapi, tolong maafkan aku," -ujarku meminta maaf bertubi padanya.

"tidak apa, aku tidak marah padamu. kau tidak salah, itu murni dari ketidak sengajaan. aku tau itu, tidak apa-apa jangan menangis begitu. aku merasa buruk sekali kalau orang yang aku cinta terus menangis dihadapanku," -ucapnya menghapus jejak air mata lalu merapihkan suraiku.

"apa tidak lebih baik, kau menjauhiku? aku merasa jahat kalau terus ada didekatmu," -cicitku menunduk malu menatapnya.

"Isha, lihat mataku. aku benar tidak marah padamu, rasa kecewaku juga sudah menghilang. semua perlakuan buruk kuanggap sebagai angin lalu, aku rangkai beberapa jadi kenangan manis dipikiran dan hatiku. kau tidak bersalah, aku yang terlalu berharap padamu disini. tidak apa, anggap saja semua sudah berlalu. kita akan memulai yang baru, sudah jangan menangis lagi ya," -ujarnya mengelap air mataku dengan sapu tangan putih miliknya.

"bosan atau tidak, aku hanya dapat berucap terima kasih banyak padamu," -ucapku tersenyum sembab padanya.

"terima kasih kembali, itu tidak masalah untukku. jadi, apa yang mau kau lakukan setelah ini. apa mau berjalan-jalan dulu?," -tanggapnya padaku.

"tidak perlu, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. sekarang ini aku hanya butuh waktu untuk sendiri. aku terlalu malu ada didekatmu terus," -ceritaku jujur padanya.

"ah kau ini, sudah berapa kali aku bilang kalau kau tidak pernah merepotkanku. ibaratnya selain ibadah, mengabari Ibu, makan dan kuliah. kau juga salah satu prioritas untukku. aku rasa kau sedang banyak pikiran, seperti ada hal yang membuatmu tidak tenang. aku tidak memaksa tapi, kalau kau sudah lebih baik lagi tolong cerita padaku ya? aku tidak mau kau merasa sendiri disini," -timpalnya padaku.

"baiklah, terima kasih banyak," -balasku sekenanya.

aku tidak tau mau berucap atau berlaku apa pada orang baik seperti, Kala. tidak perlu mampi sana sini atau berjalan-jalan. menghabiskan waktu dan bahan bakarnya.

lebih baik aku memilih untuk menyendiri. aku butuh ruang sendiri. supaya tau bagaimana rasanya sepi tanpa orang-orang baik seperti keluargaku, Kala, dan Lila.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now