ix. lara

126 37 12
                                    

Kala [side]

kurang lebih, sudah satu pekan aku tidak berkumpul dengan Isha. tujuh hari terakhir ini, kami tidak lagi terhubung lewat sambungan telepon. pesan yang ku kirim dibalasnya lambat atau kadang terlalu singkat, bahkan ada beberapa yang belum ia baca.

sakit sekali rasanya. berharap lebih pada seseorang yang jelas tidak mengharapkanmu. dari sekedar sahabat.

"apa kau sudah lama?," -tanya Lila padaku.

"tidak, aku baru sampai," -balasku ke arahnya.

iya, di Lila sahabat perempuan Isha. ia mengajakku bertemu dikedai kopi kecil, tak jauh dari tempat kami berkuliah. entah apa yang ingin ia bicarakan, aku juga tidak tau.

"baiklah langsung saja ya, tidak perlu berbasa basi," -mulai Lila berbicara padaku.

"apa kau tidak mau memesan makanan atau minum terlebih dulu?," -tawarku padanya.

"ah sudahlah, itu bukan tujuan awalku datang kesini," -tolaknya padaku.

"baiklah, lanjutkan," -seruku memintanya kembali melanjutkan bicaranya.

"aku yakin kau sudah mendengar kabar hari jadi, Isha dengan si bajingan itu bukan?," -ucap Lila menekan bagian kalimat kasarnya itu.

"sudah," -balasku sekenanya.

"kenapa santai sekali, apa kau tidak kecewa? jujur walau aku baru mengenalnya satu tahun terakhir ini. aku sangat kecewa dan marah terhadap keputusannya," -celoteh Lila dengan raut marah yang ia buat.

"aku rasa tidak, bukankah harus bahagia kalau sahabatmu sedang bahagia?," -terangku padanya.

"benar dugaanku, cara bersahabat kalian bodoh sekali ternyata. kalau tidak suka, langsung beritau didepannya. jangan malah berbahagia dihadapannya, dan kau simpan rasa sakitmu sepanjang waktu sendiri," -sarkas Lila padaku.

ya, rupanya ia sama dengan yang diceritakan Isha sewaktu itu. kalau pribadi Lila tegas dan sarkas. sekarang aku tau, darimana Isha merubah sikap manjanya itu.

"Kala, jujur saja aku tidak suka melihat Isha bersama pasangannya. aku lebih senang saat kau yang bersamanya. mungkin berlebihan tapi, aku kenal dekat denga Jonas. ia bukanlah tipe laki-laki yang setia dengan satu perempuan, kerap bergonta-ganti pasangan maksudku. yang aku tau, kau memang lebih lama kenal dengan Isha. aku yang baru mengenalnya saja ingin melindunginya seperti adikku sendiri. aku harap kau pun begitu," -jelas Lila panjang lebar padaku.

"sewaktu itu ia menghubungiku lewat panggilan telepon, pagi-pagi sekali. ia berkata ingin bercerita, aku tunggu sampai selesai bicara. nyatanya kabar buruk sampai langsung ditelingaku. aku berbohong membalas, kalau aku ikut bahagia. padahal rasanya hatiku sakit sekali," -ceritaku jujur pada Lila.

"lihat! banyak sekali yang kecewa akan keputusannya," -tanggap Lila dengan wajah seriusnya.

"banyak? bukankah hanya kita?," -timpalku tak mengerti.

"kau tau Pak Retno dan Istrinya, bahkan membicarakan Jonas setiap datang menjemput Isha. setiap Jonas menyapa ramah mereka hanya akan membalas lewat deheman. bukankah sangat berbeda saat dulu kau bertemu Isha, pasti keduanya akan semangat merecoki kalian bukan? aku mau tertawa saja, kalau melihat raut kesal Jonas dari arah dapur," -ujar Lila sedikit tertawa.

aku ikut terkekeh karenanya, seburuk itukah Jonas. sampai rasanya bukan satu atau dua orang yang tak setuju, ia menjalin hubungan dengan Isha. melainkan cukup banyak disini.

"baru satu pekan ia menjalin hubungan, rasanya seperti sudah kehilangan sosok Isha yang dulu bukan? ia kerap terlambat membalas pesan dariku. entah apa yang ia lakukan bersama pasangannya itu. padahal setauku, mereka hanya makan dan berbincang berdua," -celoteh Lila terdengar sangat jujur ditelingaku.

"rasanya rindu tapi, kurasa ia lebih bahagia sekarang ini. dibanding saat bersamaku dulu," -ucapku pada Lila.

"jangan terlalu sering berbohong terhadap perasaanmu sendiri. pasti telah banyak hal yang kalian lalui. kurasa hubungan mereka tak akan bertahan lama. lihat saja, sebentar lagi ia akan mencari tempat pulang untuk bercerita," -komentar Lila.

"benarkah begitu?," -tanggapku.

"ya tunggu saja, yang jelas ku harap kau yang jadi tempatnya pulang nanti. bukan orang lain apalagi, aku tidak mau mendengar omong kosongnya itu," -sambung Lila padaku.

"baiklah kalau begitu, permintaan diterima nyonya," -balasku sedikit terkekeh.

"sekarang ayo cepat kau pesan makanan atau minuman yang kau mau, aku yang traktir. aku baru menerima gaji bulanan dari pekerjaan paruh waktuku. tolong jangan menolaknya! ah iya aku juga mendengar dari Isha, kau bekerja paruh waktu menjadi peracik kopi bukan?," -tawarnya padaku sambil berbicara panjang lebar kembali.

"iya, iya baiklah terima kasih. benar aku bekerja disalah satu kedai kopi, lain waktu akan kubawakan kau kopi yang aku buat," -balasku ke arahnya.

"bagus kalau begitu, rupanya kau tau cara untuk membalas kebaikan orang lain terhadamu," -celoteh Lila.

aku terkekeh mendengar celoteh sarkasnya itu. pantas saja kalau sudah berbincang dengan orang seperi Lila, Isha akan terlambat turun ke lantai bawah untuk menemuiku. ternyata memang seseru itu berbincang pada orang sepertinya.

memang awalnya terlihat sok menggurui. ditambah penbawaan yang sarkas dan ceplas-ceplos. tapi, itu lebih baik dibanding harus berteman dengan orang-orang wajah dua.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Where stories live. Discover now