vii. hitam putih

123 37 11
                                    

kurasa aku salah satunya, bukan satu-satunya. —Kala

+contains harsh word in this part!!!

—hujan turun cukup deras dikota ini. Jogja yang hangat, terus menangis sepanjang hari. sore hari ini aku pergi makan berdua dengan sahabatku, Lila.

kami mampir ke kedai makan soto ayam, tak jauh dari tempat kos yang kami tinggali. aku pergi dibonceng sepeda motor oleh Lila. niat awal kami hanyalah untuk makan tapi, ia membawa sepeda motornya melaju cepat membelah ramainya jalan.

seakan-akan kalau terlambat sedikit akan mati kelaparan dijalan. begitulah saat aku menumpang sepeda motor dengan Lila. yang sepertinya gagal meraih mimpi sebagai pembalap wanita.

aku juga menyesali kebodohanku yang tidak dapat mengendarai sepeda motor sendiri. saat dulu diminta belajar aku terlalu takut. sedangkan sekarang aku jadi harus menumpang Lila, Kala atau penghuni kos lain yang sekiranya pergi ke arah tujuan yang sama denganku.

terkadang aku memesan layanan ojek online. tak jarang juga, Pak Retno mengantarku ke kampus. biar cerewet sifatnya tak jauh berbeda dengan Ayahku, aku jadi lebih menghargainya sekarang.

"pesan satu lagi, dibungkus ya Bu," -pintaku pada pelayan saat pesananku dan Lila datang.

"baik, ditunggu ya," -balas pelayan itu ramah kutimpali dengan senyum.

"untuk siapa? Kala? ah perhatian kalian melebihi sepasang sahabat. aku jadi sedikit iri," -oceh Lila.

sebelum memasukkan suapan pertama. nasi dengan kuah hangat soto ayam itu, ke dalam mulutnya. aku menggeleng menolak ucapannya.

"tidak, ini bukan untuk Kala. aku membelinya untuk Pak Retno, kurasa ia belum makan siang tadi. Kala sudah dewasa, tidak akan kubawakan makanan. ia bisa membeli atau membuatnya sendiri, atau bersama temannya mungkin," -jelasku ikut melahap makanan berkuah didepanku ini.

"jujur saja, aku iri terhadap kalian," -ucap Lila.

"kenapa begitu?," -tanyaku tak mengerti.

"kau bilang sudah bersahabat dengannya sejak bersekolah menengah dulu. lalu kalian berkuliah ditempat yang sama melalui beasiswa. meski jurusan yang kalian pilih berbeda, masih sering berkumpul bersama. seperti oh ayolah, mujur sekali nasib kalian!," -seru Lila panjang lebar.

aku hanya mengangguk kecil mendengar penuturannya, sambil menyeruput teh dingin yang aku pesan tadi.

"apa kau tidak pernah merasa ada yang aneh? seperti salah satu dari kalian melempar rasa suka. ku rasa Kala, suka padamu," -sambungnya lagi membuatku hampir tersedak.

"hei yang benar saja! jelas status kami hanya sahabat, tidak lebih dari apapun itu. lagipun ku rasa Kala sudah mempunyai pasangan," -balasku ke arah Lila.

"yah sedih sekali, padahal kalau ada kabar kalian berdua kencan. aku rasa, akulah orang pertama yang ikut bahagia!," -timpal Lila tersenyum lebar.

"apa kau tau, Jonas?," -tanyaku semangat pada Lila.

"jelas tau, si bajingan yang suka bergonta ganti pasangan itu bukan? sebal sekali setiap mengingat rambut hitam panjangnya itu!," -sarkas Lila meminum jus jeruk pesanannya.

"bagus kalau kau tau, aku rasa aku suka padanya. ditambah satu bulan terakhir ini kami berinteraksi lewat kolom chatting. sewaktu itu ia dapatkan id line-ku. dari salah satu orang yang aku kenal dekat katanya jadi, aku add back saja," -ceritaku ke Lila.

"apa!? tidak, tidak aku tidak setuju. oh ayolah, lebih baik perasaan suka itu kau berikan pada Kala. tolong, jangan suka dengan laki-laki berandal sepertinya. kau itu memang jauh dari kata sempurna tapi, kau lebih baik dariku. jadi, tolong jangan biarkan dirimu jatuh ke pesona bajingan sepertinya," -tutur Lila layaknya Ibu yang sedang menasehatiku.

"seburuk itukah?," -timpalku.

"buruk, sangat sangat sangat buruk! jangan ya," -kata Lila mengingatkanku.

"tapi, malam tadi ia menyatakan perasaanya padaku lewat sambungan telepon. jadi, aku terima atau tidak ya?," -tanyaku meminta persetujuan dari sahabat yang juga sedikit lebih tua dariku ini.

"hapus saja, jangan diterima," -balas Lila.

"tapi, aku suka padanya," -cicitku.

"Isha, yang aku tau perihal perasaan memang tidak ada yang bisa ikut campur. tapi, aku hanya ingin membantu sedikit mengingatkanmu supaya tidak salah dalam mengambil keputusan. jujur saja aku lebih suka melihatmu dengan Kala, dibanding yang lain. tapi, selebihnya keputusan ada ditanganmu kau bisa mengiyakan atau menolak ajakan Jonas. tapi, tolong apapun keputusannya pilih yang terbaik. jangan sampai kau sakit dikemudian hari," -tutur Lila dengan raut wajah serius ke arahku.

"baiklah, sebentar," -ucapku menarik ponsel dari saku jaketku.

ku tekan aplikasi chatting, lalu memilih kolom chattingku dengan seseorang diseberang sana. lalu, kubalas pesan masuk sedari pagi tadi. kemudian, aku tunjukkan ke Lila.

"lihat! sore hari ini aku resmi berpacaran dengan Jonas!," -teriakku ke arah Lila.

kulihat ia sangat terkejut akan keputusanku. mengusak surainya kasar lalu membenamkan wajanhnya dimeja sebentar. kemudian beranjak dari duduknya.

"ah sudahlah ayo pulang, kurasa mood ku rusak setelah mendengar kabar darimu," -ucapnya membayar pesanannya.

aku ikut membayar makanan yang aku makan, juga satu porsi yang aku bungkus. aku mengikuti Lila dari arah belakang. ia memberikan helm padaku, kemudian berkata.

"saat kau patah hati nanti, tolong jangan datang padaku. carilah orang lain untuk bercerita," -tegurnya dengan raut masam padaku.

"ah iya, iya baiklah," -balasku sekenanya lalu naik ke sepeda motor Lila.

sebelum kami kembali ke rumah kos yang menjadi tempat kamu tinggal sekarang ini. bohong kalau aku tenang. ucapan dari Lila terus berputar dikepalaku.

layaknya memori hitam putih, ini sangat membingungkan. kenapa orang-orang ini sangat membenci Jonas. seburuk itukah ia dimata mereka? aku juga tidak tau pasti tapi, aku coba menjalin hubungan yang baik dengannya nanti.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang