11

3.1K 442 25
                                    

"Bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini?"

"Cukup baik,"

Seorang gadis cantik dengan jas putih itu tersenyum mendengar jawaban yang diberikan oleh 'pasien'-nya itu.

"Syukurlah, ini pertama kalinya kau menjawab seperti itu, Yuta."

Yuta diam saja, ia masih menyandarkan tubuhnya dikursi hitam panjang itu sambil memejamkan mata.

"Kau masih ketakutan mendengar hujan?"

Yuta tidak langsung menjawab kali ini, namun ia membuka matanya, ia memandang gadis cantik itu, psikiaternya.

"Mei," Yuta menyebut nama gadis itu.

"Ya? Ada sesuatu?"

Yuta mengalihkan pandangannya kearah jari-jarinya yang ia tautkan.

"Aku bahkan bisa melewati badai,"

"Eh?!"

Yuta kembali menatap Mei.

"Beberapa hari yang lalu, aku bepergian ditengah badai, dengan mobil, perjalanannya menghabiskan waktu empat jam,"

Yuta mendapati ekspresi wajah Mei yang berubah total, gadis itu dengan jelas menatapnya terkejut dengan mata yang membulat sempurna.

"K-kau serius?!"

Miyawaki Mei, ia semakin terkejut melihat respon Yuta yang mengangguk dengan raut wajah serius itu.

"Kau pergi kemana?"

"Kerumah mertuaku,"

"Orangtuanya Yuna?"

Yuta mengangguk lagi, ia menghela nafas berat.

"Entahlah, aku tidak tahu, mungkin karena terdesak, aku hampir gila dirumah gara-gara Momoka, makanya aku melarikan diri."

Lelaki itu memijat pelipisnya pelan.

"Atau mungkin karena pengaruh obatnya, tapi itu empat jam,"

"Ya, pengaruh obat itu tidak akan sampai empat jam, Yuta. Obat yang kuberikan itu dosisnya ringan,"

Mei menuliskan sesuatu di jurnal pemeriksaannya, gadis itu tampak serius.

"Kau yakin tidak merasakan apa-apa dalam perjalanan itu?"

"Sedikit menakutkan, tapi itu tidak terlalu menggangguku. Yang aku pikirkan hanyalah... kau tahu? Lari dari Momoka,"

Mei sekuat tenaga menahan tawanya.

"Momoka-san lebih mengerikan daripada trauma yang kau alami, ya?"

Yuta hanya berdehem pelan menanggapi ucapan Mei.

"Yuta, aku butuh waktu untuk meneliti ini, tidak akan lama, nanti akan aku kirimkam pesan hasilnya, ya?"

"Sangat mengejutkan, ya?"

"Iya! Kau juga jarang konsultasi denganku, terakhir itu kapan? Kau kemari hanya ingin mengambil obatmu,"

Yuta tersenyum mendengar ucapan Mei yang lebih terdengar seperti omelan itu.

"Aku sibuk," jawab Yuta seadanya.

Mei mencibir, "Dari dulu sampai sekarang, kau selalu sok sibuk."

"Memang sibuk,"

"Terserahlah, Yuta. Kau mau tambahan obat lagi? Tapi kusarankan tidak, kau sudah mengalami kemajuan, aku tidak ingin kau bergantung dengan obat itu."

Yuta mengangguk. "Tidak, obat itu hanya untuk keadaan darurat saja."

Mei tersenyum lagi, ia kembali fokus dengan jurnalnya, sementara Yuta masih duduk dikursinya.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now