27

3K 449 50
                                    

Yuna duduk gelisah diatas tempat tidur sembari melihat layar ponselnya.

"Kenapa mendadak seperti ini?"

"Bukannya mereka bilang yang waktu itu adalah acara yang terakhir?"

Yuna terus bergumam sendiri dengan rasa frustasi, ia bingung harus bagaimana.

Acara lokakarya akan kembali diadakan, dan kali ini bukan luar kota lagi sasarannya, tapi luar negeri.

Tidak jauh, hanya ke negara tetangga. Jepang.

Jepang lagi.

Dan acara itu kali ini akan memakan waktu yang cukup lama, hampir seminggu.

Masalahnya sekarang adalah, apakah ia akan diijinkan pergi selama itu?

Yuna melirik Yuta yang sedang tampak sibuk berkutat dengan laptop dimeja kerjanya.

Jadwal kepergiannya adalah besok siang, maka dari itu ia harus memberitahu Yuta sekarang.

Berharap lelaki itu akan memberikannya ijin.

Yuna menghela nafas panjang sebelum benar-benar bangkit dan berjalan dengan hati-hati menghampiri suaminya itu.

"Yuta, kau sedang sibuk?"

"Kau tidak lihat?"

Yuna meringis dalam hati, aura lelaki ini sungguh tidak bersahabat!

Yuta hanya meresponnya dengan ucapan bernada dingin dan tanpa melihatnya sama sekali.

Setelah beberapa menit, atensi Yuta mulai teralih pada Yuna yang masih berdiri tidak jauh darinya itu.

Istrinya itu tampak terlihat gelisah, ia beberapa kali terlihat menggeser-geser layar ponselnya.

"Ada apa?" tanya Yuta pada akhirnya.

Yuna menggigit bibir bawahnya ragu, tanpa ada niatan mengatakannya langsung, karena takut.

Dan yang dilakukannya adalah menyerahkan ponselnya kepada Yuta, membuat lelaki tampan itu mengerutkan dahinya bingung.

"Apa aku boleh pergi?"

Yuta tidak langsung menjawab, ia membuka layar ponsel istrinya itu, memperhatikannya sejenak.

"Jepang? 5 hari?"

Yuna mengangguk pelan. Ia berfirasat tidak enak.

"A-aku diharuskan ikut,"

"Aku bahkan tidak berkata akan mengijinkanmu,"

Yuna terdiam, ia sudah tahu akan seperti ini.

Ini berbeda dengan saat ia minta ijin untuk pergi ke lokakarya beberapa waktu lalu, Yuta dengan mudah mengijinkannya pergi.

Dan sekarang, mungkin perkataan Eunbi ada benarnya.

Yuta menjadi sedikit 'posesif' tanpa alasan.

Bahkan lelaki itu sekarang ikut campur dalam pemilihan (?) pakaian yang akan dipakai Yuna, juga beberapa waktu yang lalu, Yuta membelikannya beberapa hoodie yang ukurannya cukup jauh lebih besar dari tubuhnya.

Alasannya? Lagi-lagi hanya Yuta dan tuhan yang tahu.

"Ke-kenapa tidak mengijinkan?" tanya Yuna memberanikan diri.

"Kau berani bertanya?"

Tuh kan, tatapan itu lagi. Mana berani Yuna kalau begini, ia selalu kalah telak.

Yuta mengayunkan ponsel Yuna, memberi isyarat agar Yuna mengambil ponselnya, dan dengan lugunya Yuna berjalan mendekat untuk mengambil ponselnya itu.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum