13

3.1K 475 30
                                    

"Kau sudah lama menunggu?" Yuta bergegas menghampiri seorang gadis bermantel cokelat yang sedang berdiri didepan pintu restoran Jepang yang cukup mewah itu.

"Kenapa tidak langsung masuk saja? Aku sudah memesan mejanya,"

Gadis itu, Yuna, hanya tersenyum sambil menggeleng.

"Aku baru saja tiba, Nakamoto-san."

Yuta tidak menjawab lagi, lelaki tampan itu hanya mengisyaratkan agar Yuna mengikutinya masuk.

Yuna mengikuti saja langkah panjang suaminya itu, gadis itu berjalan dengan agak kagok karena sepatu high heels yang dipakainya.

"Sepertinya sepatu ini agak bermasalah, apa karena sudah lama tidak dipakai?" gumam Yuna pelan sambil melirik sepatunya yang berwarna hitam itu.

Dubrak!

"Aduh!"

Dan karena tidak melihat jalan dengan baik, Yuna menabrak punggung seseorang dan kemudian jatuh terduduk.

"Choi Yuna?!"

Yuna mendongak sambil meringis, rupanya yang ia tabrak itu tidak lain adalah suaminya sendiri, Yuta.

"Kau tidak apa?" Yuta mengulurkan tangannya membantu Yuna berdiri, wajah gadis itu terlihat memerah, mungkin karena malu karena ia sekarang menjadi pusat perhatian beberapa orang.

Yuna merasakan sesuatu yang aneh saat dia berdiri, dan benar saja, heels sebelah kanannya patah.

"B-bagaimana ini?"

Sementara Yuta hanya bisa menghela nafas berat, "Sepatu macam apa yang kau pakai?"

Melihat Yuna yang masih fokus mencoba memperbaiki sepatunya itu, yang sudah dengan jelas hanya akan sia-sia.

"Meja kita ada dilantai dua, kan?" tanya Yuna pelan, ia takut Yuta akan marah karena insiden kecerobohannya ini. Sedangkan ia tahu, kalau Yuta tidak suka jika ia menjadi sorotan banyak orang.

"Tunggu disini, aku akan meminjamkan sandal untuk sementara."

Yuna hanya bisa mengangguk pelan, dan tak lama kemudian, Yuta kembali dengan membawa sepasang sandal jepit yang ia pinjam dari pelayan restoran.

"Pakai ini dulu,"

"T-terimakasih."

...

Keduanya menikmati hidangan sushi dengan hening, tanpa ada yang berniat membuka pembicaraan.

Yuna beberapa kali mencuri pandang untuk melihat bagaimana ekspresi Yuta.

Yah, kembali dingin seperti biasa, tak tersentuh.

Padahal disaat awal datang tadi, Yuta menyapanya, terlihat aura lelaki itu yang sedikit menenangkan, bahkan terkesan ramah padanya, dan itu merupakan hal yang sangat langka.

Yuna memainkan sumpit ditangannya dengan canggung.

Harus bagaimana ini? Apa harus minta maaf?

Yuna mencoba meyakinkan dirinya, ia tidak ingin momen makan malam diluar berdua yang baru pertama kali terjadi ini berakhir begitu saja.

"Maafkan aku, Nakamoto-san. Karena kecerobohanku jadi merepotkanmu,"

Yuta tidak langsung menjawab, ia terus melahap sushinya tanpa merasa terganggu.

"A-aku tahu kau pasti semakin membenciku karena tadi, maafkan aku, aku akan pastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." ucap Yuna sungguh-sungguh.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now