15

3.3K 457 20
                                    

Tokyo, Jepang.

Hotel.

"Kami ingin memesan dua kamar," ucap Yuna pada seorang resepsionis wanita.

"Satu kamar," Yuta yang tiba-tiba menginterupsi, membuat Yuna refleks menoleh.

Sang resepsionis pun tampak dibuat bingung.

Yuta melirik Yuna sekilas, kemudian kembali bicara pada resepsionis itu, meyakinkan kalau mereka hanya memesan satu kamar saja.

"Aku kira kau ingin kamar yang terpisah," ucap Yuna saat pelayan hotel yang bertugas mengangkut barang (Porter) keluar dari ruangan mereka.

"Kau mau membayarnya?" tanya Yuta dengan nada sinis, lelaki itu berjalan begitu saja melewati Yuna yang skakmat tidak bisa berkata-kata lagi.

Suasana pun menjadi hening, Yuna melirik Yuta yang sudah merebahkan dirinya ditempat tidur, lelaki itu tampak sibuk berkutat dengan ponselnya.

Kemudian, pandangan Yuna teralih pada dinding kaca yang sekaligus menjadi pintu menuju balkon kamar.

Gadis itu berjalan dengan semangat menuju balkon, hal yang paling menyenangkan jika berada dihotel adalah melihat pemandangan luar melalui balkonnya.

"UWAAAH!"

Yuna berseru kagum dengan apa yang dilihatnya, tidak ayal dengan harganya yang fantastis, pemandangan yang disuguhkan hotel ini tentu saja bukan kaleng-kaleng!

Pemandangan malam kota Tokyo yang begitu memanjakan mata, gemerlap lampu yang beradal dari gedung-gedung pencakar langit itu benar-benar sesuatu yang menakjubkan.

"Cantik sekali,"

"Seperti tidak pernah tinggal di Tokyo saja," suara dingin itu hampir membuat Yuna terperanjat kaget.

Sejak kapan Yuta ada dibelakangnya?!

"Aku hampir tidak pernah melihat pemandangan malamnya, Nakamoto-san. Lagipula aku tinggal disini hanya tiga tahun, dan saat itu masih sekolah menengah pertama juga."

Yuta berjalan, hingga posisi lelaki itu tepat berada disampingnya, membuat Yuna refleks bergeser sedikit.

Sebenarnya, karena insiden Yuta yang menciumnya kemarin, tentu saja itu bukan hal yang sepele untuk seorang Choi Yuna, ia merasa detak jantungnya semakin bermasalah jika lelaki itu berada terlalu dekat dengannya.

Berbanding terbalik dengan Yuta yang tampak biasa saja, seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Yuna melirik jam tangannya, "Ah, ini sudah hampir pukul tujuh. Pestanya Miyawaki-san dimulai jam 8 kan?"

Yuta mengangguk. "Kau bagaimana?"

"Aku?" tanya Yuna tidak mengerti.

"Maksudku, perempuan kalau ingin ke pesta itu sangat repot kan? Kau butuh semacam... penata rias?"

Yuna tersenyum sambil menggeleng, "Tidak, aku bisa sendiri. Tapi pakaian bagaimana?"

"Sebentar lagi dia akan mengantarkannya," ucap Yuta, 'dia' yang ia maksud adalah pegawai butik milik Momoka, pakaian yang akan mereka pakai malam ini akan diantarkan langsung agar langsung siap pakai.

"Baiklah, aku akan mandi duluan kalau begitu."

....

"A-apa aku terlihat aneh?" Yuna menjadi ciut sendiri saat mendapat tatapan tajam dari suaminya itu.

Yuta, lelaki itu terus melihat Yuna tanpa berkedip, entah ia sadar atau tidak.

Well, penampilan Yuna yang memakai gaun satin tanpa lengan warna burgundy, rambut sepunggungnya yang ia buat sedikit bergelombang dibagian bawahnya, serta riasan wajah yang semakin membuat gadis cantik itu begitu menakjubkan.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora