20

3.1K 437 30
                                    

Yuna masuk terlebih dahulu ke dalam kamar sementara Yuta menyusulnya, dan suara pintu yang ditutup lumayan kencang cukup membuat Yuna tersentak karena terkejut.

Yuna membalikkan tubuhnya dengan hati-hati, dan ya walaupun disepanjang jalan menuju pulang tadi ia sudah menyiapkan mental, karena ia sudah tahu kalau Yuta pasti akan sangat marah melihat hal itu.

"Kenapa tidak bilang kalau ada Kenta disana?!"

Yuna tidak bisa langsung menjawab, ia juga tidak tahu kenapa, yang jelas kalau Yuta sudah marah seperti ini, tubuhnya langsung gemetar, aura lelaki itu sungguh mengerikan!

"Jawab, Yuna!"

"A-a-aku tidak tahu."

"Apa?"

"A-aku tidak tahu ka-kalau kak Kenta ada disana juga,"

Yuta mendengus kesal, jawaban Yuna sama sekali tidak membuatnya puas.

"Hanya itu yang bisa kau katakan?" tanya Yuta dengan nada yang sama sekali tidak ada lembut-lembutnya.

Yuna menggeleng pelan, "A-aku sungguh tidak tahu awalnya, aku hanya tahu kalau perusahaan itu akan memperkenalkan direktur mereka yang baru, t-tapi a-aku sama sekali tidak menduga kalau direktur barunya itu k-kak Kenta,"

Yuta menghela nafas frustasi, lelaki tampan itu kini mulai memijat pelipisnya pelan, mencoba meredakan emosinya, ia sangat marah sekarang, saat sudah sangat lelah bekerja dikantor seharian, menyempatkan waktu untuk menjemput Yuna, dan apa yang ia lihat? Ia melihat istrinya itu sedang bersama Kenta.

Kenta Takada, si berandal itu.

Yuta menatap Yuna yang sedari tadi terus menundukkan wajahnya, bisa ia lihat kalau jarinya bergetar tidak karuan, dan Yuna mencoba mengalihkannya dengan memainkan  ujung blousenya.

Ayolah, ini bukan salah Yuna, ia tidak bersalah.

Dan Yuta melampiaskan emosinya pada orang yang salah. Hal yang ia harusnya lakukan saat ini adalah setidaknya minta maaf atau menenangkan istrinya itu

Tapi ego seorang Nakamoto Yuta sangatlah besar, tak tergoyahkan. 

Padahal ada sesuatu yang penting harus ia katakan pada istrinya itu.

Yuta mencoba mengalihkan pandangannya, kemana saja asal tidak melihat Yuna.

Yuta melirik jam tangannya, hampir pukul satu dini hari. Ia mengumpat dalam hati.

"K-kau masih marah? Aku minta maaf," ucap Yuna pelan, ia memberanikan diri menatap Yuta.

Yuta tidak menjawab, balas menatap pun tidak.

Dan yang dilakukan lelaki itu hanyalah, mengambil kembali tas kerja serta kunci mobilnya, dan yang membuat Yuna panik adalah ia yang berjalan pergi begitu saja keluar kamar.

Yuta ingin pergi?!

Yuna berlari mengejar Yuta yang sudah hampir menuju pintu utama rumah mereka.

"Y-Yuta! Kau mau kemana?!" Yuna berseru sambil terus mengejar Yuta.

Apa lelaki itu sangat marah sampai ingin meninggalkannya?

Yuta yang begitu dingin dan tidak mengatakan apapun membuat Yuna hampir menangis karena tidak mengerti apa yang ada dipikirkan suaminya itu.

Dan akhirnya, Yuna bisa menggapai Yuta, ia menahan tangan lelaki itu.

"Aku minta maaf! A-aku sungguh tidak tahu Kenta ada disana, hiks. Jangan seperti ini, kumohon, j-jangan pergi,"

Yuta tidak merespon apapun, sampai ia mendengar Yuna yang mulai terisak.

Hasilnya, ia kembali membuat Yuna menangis.

Yuta mencoba menjauhkan tangan Yuna, namun Yuna menggeleng kuat, ia memperkuat genggaman mungilnya dilengan kekar suaminya itu.

"T-tidak, a-aku tidak mau ditinggalkan, kau sangat marah padaku, aku salah, a-aku-"

Yuta menghela nafas berat, ia berhasil melepaskan genggaman Yuna dari lengannya, dan sekarang, ia berbalik menghadap istrinya itu.

"Yuna,"

Yuna mencoba menghapus air matanya karena Yuta yang sudah mau meresponnya.

"Ada sesuatu yang harus kuberitahu,"

Yuna menatap Yuta, dan lelaki itu juga kini menatapnya, dengan sorot yang kali ini tidak ia mengerti.

Yuta menarik Yuna mendekat, ibu jarinya bergerak menyapu sisa air mata yang masih membasahi pipi kemerahan itu.

"Mulai hari ini, mungkin aku tidak akan pulang untuk beberapa hari kedepan,"

Tentu saja, Yuna terkejut mendengarnya, apa maksudnya itu?

"Aku akan bekerja seharian penuh, minggu depan, proyek ini sudah harus selesai."

Jadi, Yuta tidak akan pulang sama sekali?!

Melihat Yuna yang tidak bisa mengatakan apapun, Yuta hanya bisa mengerti perasaan istrinya itu dari sorot matanya yang sangat jelas menunjukkan kalau ia sangat terkejut dan perasaannya sedang kacau sekarang.

Tapi Yuta juga tidak bisa melakukan apa-apa, ini tugasnya dan ia menanggung beban tanggung jawab yang besar.

Tangan Yuta bergerak mengelus pelan rambut Yuna, "Aku akan kembali kekantor sekarang, besok sekretarisku akan datang untuk mengambil beberapa keperluanku,"

Yuna menatap Yuta dengan mata berkaca-kaca, lelaki itu tidak tahu bagaimana ia bertahan selama tiga minggu terakhir, bertahan untuk tidak merindukannya, bertahan untuk tidak menunjukkan kalau ia sebenarnya lemah kalau Yuta tidak ada.

Berlebihan memang, tapi begitulah Yuna.

Ia ingin mencegah Yuta pergi, setidaknya untuk malam ini, ia sangat merindukan Yuta.

Tapi Yuna tidak bisa melakukannya, ia tidak ingin menjadi terlihat lemah.

"K-kau sama sekali tidak akan pulang?"

Yuta mengangguk.

"A-apa aku bisa menemuimu?"

Yuta terdiam sebentar, kemudian menggeleng.

"Aku tidak yakin, proyek ini punya peraturan yang sangat ketat."

Yuna merasa seluruh tubuhnya melemas sekarang, mendengar itu, Yuna hanya bisa mengangguk dan memberikan senyum sebisanya.

"Semoga berhasil, dan jangan lupa istirahat, j-jaga kesehatanmu,"

Yuta diam saja, menatap Yuna cukup lama, sebelum berucap, "Aku pergi,"

To Be Continued.

Need double update? Komen kalo mau ya, hehe.

Jangan lupa vote + comment seperti biasa, ya? Supaya author makin semangat terus updatenya, ilysm!

Thankyou

and

See You.

-vioneee12
































Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now