23

3.1K 436 43
                                    

"A-apa aku boleh bangun sekarang?" tanya Yuna pelan sambil berusaha menjauhkan lengan kekar yang tengah melingkari perutnya itu.

Sementara itu, si pemilik lengan, siapa lagi kalau bukan Nakamoto Yuta, hanya merespon dengan mempererat pelukannya. 

"Tapi... aku harus pergi ke kantor penerbitan,"

"Kapan?" akhirnya Yuta mengeluarkan suaranya.

Yuna meraih ponselnya dengan susah payah karena pergerakannya yang terbatas karena Yuta yang sedari tadi terus memeluknya, seakan tidak mau ada jarak sedikitpun.

"Aku harus pergi sekarang,"

"Kalau aku tidak mengijinkan, bagaimana?"

Yuna menatap Yuta takut, lelaki itu mengatakannya dengan wajah serius ditambah dengan sorot matanya yang selalu tajam itu.

"Tapi batas waktunya-"

"Kemarikan ponselmu,"

"U-untuk apa?"

Yuta berdecak kesal, ia merebut ponsel Yuna. Ia tidak menjawab pertanyaan istrinya itu, dengan raut wajah kesal, Yuta tampak menggeser-geser layar ponsel itu, sampai ia menemukan apa yang ia akan lakukan.

"Halo,"

Yuna membulatkan matanya, siapa yang Yuta telepon?

"....."

Yuna hanya bisa pasrah saat mendengar apa yang diucapkan Yuta pada seseorang yang diteleponnya itu, pihak penerbitnya.

Yuta menyerahkan kembali ponsel Yuna, setelah selesai berbicara dengan salah satu staff penerbit.

"Kau tidak perlu kesana, cukup kirimkan filenya saja."

"Kau sendiri tidak ke kantor?"

"Malas."

Yuna terdiam kali ini, ia tidak tahu harus bicara apa lagi.

Yuna menggembungkan pipinya, ia mulai bosan dijadikan guling seperti ini.

Ia melirik Yuta, lelaki itu tampak memejamkan matanya.

Dia tidur lagi?

Yuna menghela nafas, ia menggerakkan jari telunjuknya, mengetuk-ngetuk pelan lengan Yuta yang masih setia menindih perutnya itu.

Karena Yuta yang tidak memberikan respon apapun, membuat Yuna menjadi gemas sendiri, ia mulai random menulis-nulis sesuatu dengan telunjuknya dilengan kekar itu.

Kemudian, Yuna menatap lengannya sendiri, membandingkannya dengan milik Yuta yang tentu saja berbeda jauh itu.

Beberapa menit berlalu, Yuna mulai merasa tidak nyaman, dan ia sudah berada dipuncak rasa bosannya sekarang.

Yuna memiringkan tubuhnya, agar bisa melihat wajah tampan Yuta sepuasnya.

Yuna tersenyum, ia mulai iseng menyentuh alis tegas Yuta.

Dan Yuna hampir mengalami serangan jantung, karena Yuta yang tiba-tiba membuka matanya.

"A-aku mengganggumu, ya? Maaf," cicit Yuna takut.

Yuta tidak mengatakan apapun, ia hanya menatap Yuna tajam.

"Kau bisa tidur lagi sekarang, aku tidak akan mengganggu lagi. Aku janji," ucap Yuna cepat, ia bahkan mengangkat sebelah tangannya, berjanji.

Yuta mengerang dalam hati, kenapa bisa Yuna terlihat begitu menggemaskan sekarang?

Apa ia sudah kehilangan kewarasannya? Yuta, pertahankan egomu!

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now