#9 : Bertemu dan Berbincang

573 133 22
                                    

Jendra keluar dari kamar mandi rumahnya hanya dengan satu lilitan handuk di pinggangnya, dada telanjang, dan bibir yang tengah bersiul senang sebab ini kali pertamanya ia punya rasa ingin mandi di hari libur. Kalau hari Sabtu biasanya, di jam ini, ia masih menarik selimut sambil mengeluskan dagunya ke boneka kelinci kesayangannya. Lalu, beberapa menit ke depan adik perempuannya muncul dengan mendobrak pintu. Tapi, hari ini hal itu tak terjadi karena Jendra bisa bangun pagi.

Hari ini Jendra sengaja bangun pagi, lalu menyelinap ke kamar mandi sembari membawa handuk. Sepuluh menit berlalu dengan suara gebyar-gebyur air, setelahnya pemuda itu keluar hanya dengan handuk di pinggang dan segera menuju kamar sebelum ketahuan adiknya.

Sampai di kamar, Jendra tak langsung memakai baju. Ponselnya yang ada di atas nakas mengundang atensi lebih banyak ketimbang memakai baju, layarnya menyala, dan ada satu panggilan masuk. Itu dari Sandi, teman satu klubnya yang punya banyak ide kreatif juga nyeleneh. Jendra pun dengan senang hati mengangkat panggilan masuk dari temannya itu dan menyalakan speaker agar bisa dilakukan sambil memakai baju.

"Jen, lo masih dendam ya sama yang kemarin kekunci? Itu idenya Hasbi, please lo kalau mau marah ke dia aja, gue jangan."

"Apaan dah?"

"Lah? Nggak marah toh? Habisnya gue dah telpon tujuh kali baru diangkat."

"Gue baru selesai mandi."

"Yaelah, jam segini kok baru mandi."

"Emangnya lo udah mandi?"

"Belum lah, kan gue mandinya dirangkum sama sore."

"Jorok."

"Hemat air bro."

"Iye dah iye, kenapa telepon, San?"

"Baca tuh chat gue setengah jam yang lalu," ujar Sandi dari seberang yang kesannya kesal. Jendra hanya menuruti ujaran Sandi untuk membuka chat.

"Ah, ngajak hunting foto."

"Iya, enaknya dimana bro?"

"Bandung sih kata gue."

"Buset dah, mantep sih idenya tapi kejauhan. Yang Jakarta aja dong, Pak Jendra."

"Hutan Kota?"

"GBK? Duh jauh juga itu bro."

"Setahu gue deket sini ada taman sih, situ aja ya. Ntar gue share loc."

"Nah sip, sana persiapan dulu, Jen."

"Okey, lo mandi dulu kek buat formalitas."

"Siap, Pak Jendra."

Panggilan pun selesai, diakhiri oleh Sandi sendiri. Jendra tak peduli ketika kamarnya mendadak hening kembali, kini saatnya ia menyiapkan kamera untuk hunting foto dadakan ajakan Sandi.

Sejujurnya, mengenai lokasi yang ditawarkan oleh Jendra itu hanya mengada-ada agar Sandi mau tak perlu terlalu khawatir memikirkan lokasi yang nantinya tambah mengulur waktu. Berbekal ponsel pintar dan sedikit kuota internet, Jendra mencari lokasi yang dikarangnya tadi. Beberapa detik kemudian, hasil pencarian terpampang, dan nyatanya ada tempat asing yang bisa disebut taman dekat sini.

🐸🐰

Tak perlu banyak berpikir, pemuda itu langsung beranjak menuju lokasi taman tersebut di alamat yang terpampang di internet. Benar rupanya, tempat ini ada dan jarang ada manusia yang mampir kemari. Jendra merekahkan senyumnya sebagian, lokasi ini sesuai dengan ekspektasi di pikirannya tadi ketika di rumah.

Bidadari BarakarsaWhere stories live. Discover now