#5 : Pesan Tanpa Tujuan

583 156 6
                                    

Line!

💭 Maheswari Febria... : Waalaikumsalam, ada apa ya kak?

Notifikasi berbunyi, satu baris pesan pun muncul pada panel notifikasi. Mampus. Pesan iseng yang dikirimkan Norman teruntuk Mahes seorang lebih dahulu dibalas, kesempatan Jendra membatalkan pengiriman sudah hilang. Memang seharusnya ia tak terlalu berlarut stress tadi, ujungnya ya begini. Ponselnya disabotase dan tanpa ada rasa bersalah, Norman membuat Jendra makin gusar.

1 pesan belum terbaca

Maheswari Febrianti
| Waalaikumsalam, ada apa ya kak?

Jendra medongakan kepalanya, mendongak sejauh-jauhnya dari layar ponsel yang menunjukkan sebuah balasan dari pesannya tadi. Pemuda itu mengusak rambutnya, desisan-desisan kemarahan turut hadir dari mulutnya.

"Hm, bales apa ya? Kalau nggak dibales dikira sok sibuk nih pasti."

Jendra terus memutar otaknya, ia sebenarnya ingin membalas lagi. Pasalnya pemuda itu sedang tak sibuk sekarang dan tentu saja karena pesan dari Mahes telah terbaca. Bisa dipastikan hati gadis yang ada disana tengah ber-dag-dig-dug ria. Mendadak dikirimi pesan oleh kakak kelas di waktu malam itu memang menegangkan, ditambah jika pesan tersebut tak dibalaskan lagi. Jendra tahu rasanya, karena ia pernah seperti itu tahun lalu.

Setelah mengundi jawaban dengan jari, jawaban terakhir adalah membalas pesan dari Mahes. Mendadak ia teringat pesannya kemarin siang saat memasukkan ID pada Line di ponsel gadis itu, tentang kepastian pendaftaran klub.

Rajendra Gautama
Saya mau rekap data peserta klub, masih ada kesempatan kalau kamu mau ikut. Saya tunggu kepastiannya. |

Maheswari Febrianti
| Klub ya kak? Maaf sebelumnya, saya tidak jadi mendaftar. Maaf ya kak, saya kesannya seperti main-main.

Rajendra Gautama
Begitu ya, ya sudah. |
Jangan minta maaf, saya juga nggak maksa kok. |

Maheswari Febrianti
| Iya, sekali lagi saya minta maaf Kak.

"Gemes banget, minta maaf terus. Diterusin bisa sampe tahun depan kalau gini."

"Tapi okey sih, bagus daripada nggak punya sopan santun."

🐸🐰

Maheswari kembali menyalakan kamera setelah menjeda panggilan videonya dengan teman sekelas. Ia menceritakan semua yang barusan dialami, tentang Kak Jendra yang tiba-tiba mengiriminya pesan dan hatinya yang berguncang takut pihak diseberang makin naik pitam akibat ulahnya. Pesan yang terakhir dikirimnya hanya dibaca, ia tak tahu harus merespon senang atau sedih.

Ia senang karena tak perlu memikirkan hal lainnya jika Kak Jendra membalas pesannya, tapi di satu sisinya ia sedih karena nasibnya yang baru saja masuk SMA ini tidak semulus perfilman yang mengunggah tema anak sekolahan.

"Huhu nggak enak banget, Kak Jendra marah nggak ya?" ujar Mahes dengan menunduk, teman-temannya yang ada di panggilan video.

"Nggaklah, Hes. Kak Jendra pasti paham." Rania menglihatkan ekspresi beraninya, mencoba menenangkan Mahes di malam ini.

"Kalau misalnya dia marah, aku pukulin Indra sampe dia gepeng," tukas Yupi.

"Iya deh, aku coba lupain sekarang," ujar Mahes agar topik bahasannya kali ini bukan Kak Jendra dan segala pikiran buruknya.

Seketika hening, topik obrolan terbang entah kemana. Karena bosan, Yupi mengisi waktu dengan bernyanyi, Mahes dengan memakan sisa susu kental manis yang masih ada di plastik, dan Rania dengan menonton video YouTube di ponsel yang nyatanya bisa berlayar ganda. Di tengah alunan merdu suara Yupi, ia teringat saudarinya yang sama seperti kedua temannya mengobrol saat ini.

Bidadari BarakarsaWhere stories live. Discover now