#6 : Siaran Perdana Bidadari

628 172 13
                                    

Menurut Mahes, hari ini akan sangat menegangkan. Bagaimana tidak? Rencana pengumuman hasil kelompok analisis suara yang katanya diumumkan melalui pesan pribadi Line melenceng menjadi diumumkam secara langsung. Awalnya Mahes sudah santai karena jantungnya tak perlu berpacu kala menanti namanya disebut, yah benar saja jantungnya tidak perlu berpacu hebat, tapi rambut halus yang menancap di kulitnya tanpa sadar bergetar.

Untung saja calon penyiar yang mendaftarkan diri hanya sedikit, namanya pun disebut masuk dalam tim praktik langsung bersama dengan Rania, teman sekelasnya. Mahes tak tahu harus lega atau takut, banyak suara dalam pikirannya sedang berdebat dengan kondisi yang diterimanya saat ini. Keuntungan dari tim ini adalah, ia tak perlu menunggu waktu lama untuk siaran sungguhan. Tapi, kekurangannya adalah ia masih belum paham cara penyiaran yang benar.

"Tenang, dua minggu awal kalian hanya menjadi penyiar pendamping menemani kami kelas 11. Minggu selanjutnya, kalian sudah memegang dua acara sendiri dan menyiarkannya sendirian. Bagaimana, siap?" ujar Ayu, gadis yang baru menyampaikan pengumuman itu menjelaskan teknisnya.

"Siap, Kak." Sikap siap diperlihatkan dan jawaban serentak menggaung di ruangan.

Ali mengusap dagunya, "Yang belum termasuk tim praktik langsung, kami beri waktu berlatih satu minggu untuk olah suara, dan satu minggu untuk menjadi pendamping acara. Jadi waktu kalian tetap sama agar tidak ada kekacauan jadwal."

Tak ada respon suara dari penjelasan Ali tadi. Namun, gadis bernama Rania itu tampak berpikir, ada sesuatu yang mengganjal di benaknya tapi sesi tanya jawab yang ditunggunya tak kunjung ada. Rania terus memutar otaknya, tentunya memakan waktu tapi Ali tak kunjung membuka suara untuk sesi selanjutnya. "Permisi Kak, saya Rasmita Niasari Ambartirta dari kelas MIPA 3 izin bertanya. Untuk pembagian jadwal, ditentukan langsung dari kakak atau dibagi melalui cara lain yang lebih adil?"

"Opsi kedua. Pembagian jadwal akan dilakukan dengan cara diskusi, agar adil sesuai dengan minat bakat kalian masing-masing," jawab Ali. "Yang lainnya, ada yang ingin bertanya?"

Tanpa menunggu jawaban dari yang ditanya, Ali langsung menutup kesempatan tadi. "Kalau tidak ada, kalian bisa pulang sekarang. Hati-hati di jalan."

Semua anggota baru kelas 10 langsung membubarkan barisan menuju tasnya yang dikumpulkan di ujung ruangan. Kemudian berpamitan dan keluar ruangan, kecuali Mahes. Ketika yang lainnya berlari menuju pintu sambil maembawa tasnya, gadis itu hanya berjalan santai mengambil tasnya dan membawanya ke atas kursi untuk duduk bersamanya.

Ayu yang baru selesai merapikan kertas data, meregangkan lengannya sebentar sebelum ia gunakan untuk membawa mukena. Gadis itu menghampiri Mahes yang sedang berdiam diri memeriksa kondisi ponselnya. "Mahes beneran mau mulai malam ini?"

"Iya, bareng Kak Ayu, kan?"

"Sip, habis ini kita jajan ya. Tapi aku mau sholat ashar dulu, kamu udah sholat?"

"Udah, Kak."

"Jangan jajan duluan loh, di sini aja kamu tungguin kakak selesai sholat."

🐸🐰

Ayu kembali ke ruang radio setelah sholat asharnya yang agak terlambat itu selesai. Karena Ali dan yang lainnya sibuk dengan tugas rumahnya, ia memilih singgah di ruangan itu agar mengerjakan tugasnya bisa ditemani sejuknya udara pendingin ruangan. Ayu hanya mengajak Mahes untuk jajan di kantin, hanya beli roti isi selai dua bungkus lalu kembali ke ruang radio.

Karena ruangan bagian depan terisi manusia numpang pendingin untuk mendinginkan otak yang berpikir menyelesaikan tugas, Ayu dan Mahes makan sembunyi-sembunyi di bilik yang  tempat mereka melakukan interview kemarin.

Bidadari BarakarsaWhere stories live. Discover now