2

6.9K 866 238
                                    

Veranda menabrakan mobilnya begitu keras sampai gerbang usang markas gengster itu terbuka lebar. Ia tersenyum miring melihat lima orang pemuda berdiri mengelilingi mobilnya yang berhenti tepat di depan sebuah rumah. Veranda mematikan mesin mobil, membawa dua pistol dan memandanginya sejenak, mengingat kembali laporan yang ia terima tentang mereka. Tadi ia sempat membaca sekilas, mereka adalah geng motor yang sangat meresahkan, berkali-kali mereka membunuh, tetapi selalu berhasil lepas dari hukum. Sepertinya terlalu menyenangkan untuk mereka jika ia menggunakan pistol.

Veranda mengambil dua buah kapak merah, sudah lama sekali rasanya ia tidak menggunakan kapak ini untuk bersenang-senang dengan manusia manusia bodoh itu. Veranda memasukan pistol di pinggangnya sebelum akhirnya turun, memandangi lima orang pemuda itu.

"Siapa kamu?!" Salah satu pemuda berjalan mendekati Veranda dengan tangan terkepal, tetapi temannya yang lain menghalangi.

"Jangan kasar, siapa tau dia polisi!"

Veranda menutup pintu mobil dan bersandar dengan santai di sana, "Jangan menghina aku dengan sangkaan buruk seperti itu, menyebut aku polisi itu sama saja merendahkan aku." Veranda memutar kapak di tangannya. "Berlutut di bawah kaki aku, aku akan memberikan kematian yang mudah untuk kalian. Jika kalian maju, aku akan memberikan waktu satu jam untuk kalian merasakan sakit di seluruh badan kalian sebelum kalian mati."

"Kematian? Jangan berlagak seperti malaikat maut, perempuan lemah seperti kamu lebih pantas disebut pelacur! Tangkap dia dan kita perkosa selama berhari-hari!" Salah satu pemuda tiba-tiba saja maju, hendak menggenggam tangan Veranda.

"Perkosa?" Veranda mengibaskan kapak di tangan kirinya yang langsung menancap dengan tajam di penis pemuda itu. "Masih bisa merkosa?" Veranda menekan kapaknya, membuat pemuda itu menjerit kesakitan, ia merobek penis pemuda itu dari luar hingga darah mengucur deras dari sana. "Kecil banget." Tanpa ampun, Veranda memotong penis pemuda itu lepas dari tempatnya kemudian menendang keras dadanya hingga terbanting ke tanah.

Sudut mata Veranda bisa dengan tajam melihat pemuda lain bergerak ke arahnya. Tanpa melihat, ia melemparkan kapaknya hingga berhasil menancap dengan keras di lehernya. Veranda masih menatap pemuda yang sekarang menjerit kesakitan karena penisnya terluka, "Kamu akan aku bunuh terakhir, nikmati rasa sakit kamu."

Veranda memandang pemuda yang masih berdiri dengan tubuh mengejang kesakitan, darah mengalir begitu deras di lehernya seperti sapi yang baru saja di sembelih. Veranda menarik kapak dari lehernya, itu tentu membuat darah mengalir lebih deras lagi. Ia menendang dada pemuda itu agar tidak menghalanginya kemudian mengangkat kedua kapaknya, "Maju mau satu satu boleh, mau barengan saling berpegangan tangan boleh." Veranda memutar kapaknya.

Tiga pemuda itu tentu saja segera berlari mendekati Veranda, membawa pisau lipat di tangannya masing-masing. Veranda menunduk untuk menghindari pisau kemudian memukulkan kapak itu ke lutut salah satu pemuda yang menyerangnya sampai tubuh pemuda itu membungkuk, ia menggunakan kesempatan itu untuk menancapkan bagian tajam kapaknya pada perut pemuda itu sebelum ia tarik tubuhnya dengan cepat, ia gunakan untuk melindungi tubuhnya dari serangan pisau pemuda yang lain, pisau itu menancap tepat di punggung pemuda itu.

"Parah sih temen sendiri dibunuh." Veranda mendorong tubuh pemuda itu, tak lupa menarik kembali kapaknya sebelum ia tancapkan tepat di puncak kepala pemuda yang salah sasaran tadi. Veranda membiarkan kapaknya menancap di kepala pemuda itu, sekarang sisa satu.

Sebelum menyerang, sudut mata Veranda melirik ke sebelah kanan, ia bisa melihat bayangan pemuda lain sedang memegang kapak yang sama dan siap dilemparkan kepadanya. Veranda melepaskan kapak yang ada di tangannya. Tepat saat kapak pemuda itu melayang, Veranda bisa lebih cepat lagi untuk menarik keras tubuh pemuda yang ada di depannya dan ia arahkan ke sebelah kanan hingga kapak itu menancap di dadanya.

ENIGMA [END]Where stories live. Discover now