13

3.9K 664 268
                                    

"Sayang?" Ara yang baru saja datang tentu langsung mencari istrinya, ia ingin mengadu bahwa tangannya sakit. Ara menolak diobati oleh Melody dan Shania tadi karena ia hanya ingin diurus oleh istrinya, tetapi sudah berkeliling lebih dari setengah jam di kantor ini, ia belum menemukan Chika.

Ara kembali ke kamarnya, membuka laci lemari dan mengerang emosi ketika melihat kunci mobilnya hilang di sana. Ara menuju ruang utama, ia membuka pintu itu dengan bantingan keras hingga membuat semua orang yang mendengarnya terkejut, "Kenapa kalian biarin Chika pergi?!" Ara menatap tajam pada semua kakaknya. "Dia emang bukan anggota kita tapi dia istri aku! Dia istri aku!!!" Ara menendang keras meja di depannya.

Beby menatap Melody dan Shania kemudian mengedipkan kedua matanya, memberikan isyarat agar mereka diam. Beby berjalan mendekati Ara, "Kantor kita besar, aku gak bisa mantau semua yang ada di sini tapi aku udah memerintahkan anak buah kita bahwa siapapun yang keluar rumah akan mendapatkan pengawalan."

"Gak ada yang bisa jaga dia sebaik aku!" Ara mencoba menghubungi Chika, tetapi nomornya tidak aktif. Ara menghentakan kakinya kesal dan mencoba menghubungi Fiony. "Ada Chika?!" Pertanyaan itu langsung dilemparkan tanpa basa basi sama sekali.

"Loh dari siang aku nunggu dia, kita mau interogasi keluarga Gito tapi dia gak dateng. Aku pik-"

"-Aku udah pernah bilang jangan pernah lagi ajak Chika untuk ikut penyelidikan aneh kalian! Kamu gak denger apa kata aku, Fio?! Harusnya kamu hargain aku, dia istri aku sekarang dan aku lebih berhak atas dia daripada kalian berdua!!" Emosi Ara benar-benar membludak pada Fiony, gadis manis yang tidak tau apapun itu.

"Ra, bukan aku yang ajak tapi-"

"-Kalo sesuatu buruk terjadi sama dia, aku bersumpah akan memenggal kepala kamu dan Mira!!" Ara mematikan sambungan itu begitu saja, ia hendak menghubungi Mira, tetapi gerakannya terhenti ketika matanya lebih dulu menangkap Vivi yang baru saja bangun tidur.

"Ada apa sama Mira?" Vivi meneguk segelas air putih yang baru saja ia ambil. Vivi sedikit terkesiap ketika tiba-tiba saja Ara mencekik lehernya, gelas yang ia genggam jatuh dan pecah begitu saja.

"Bilangin sama pacar kamu yang gila itu, berhenti hubungi istri aku atau dia akan berhadapan dengan aku!" Ara mengeratkan cekikannya, mendorong tubuh Vivi sampai tersudut di dinding dan mengangkatnya begitu tinggi tanpa peduli tangan kanannya yang masih terluka kini berdenyut sakit. Ara selalu kehilangan akal sehatnya jika menyangkut keselamatan Chika.

"A-aku gak tau." Vivi mencoba melepaskan cekikan Ara yang sangat kuat, ia menatap Viny, meminta pertolongan segera atau ia akan mati di tangan sahabatnya ini.

"Lepasin." Satu kata yang keluar dari bibir Viny berhasil membuat Ara melepaskan cekikannya. Viny bersandar di kursi, mengetuk meja menggunakan lima jarinya. "Anak buah kita yang mengawal Chika mati ditembak."

"Apa?!" pekik Ara sangat terkejut, ia sempat membeku selama beberapa detik, nafasnya seakan hilang begitu saja, tenggorokannya tercekat. Tubuhnya yang limbung nyaris saja jatuh jika Vivi tidak segera menahannya.

Ara menepis kasar tangan Vivi lalu berjalan mendekati Viny. "Kamu harus tanggungjawab!!" Ara membalikan meja yang ada di depan Viny dengan sekuat tenaga dan menunjuknya tajam. "Aku masih bisa diam saat tiga pekerjaan kamu aku ambil, aku diam saat kamu sengaja mempertaruhkan nyawa aku untuk membuktikan kalo kita kuat tapi aku gak bisa diam kalo sesuatu buruk terjadi sama istri aku!!" Ara memukul Viny dengan sangat keras.

"Araa."

Shani menahan tangan Veranda yang hendak berjalan menghampiri mereka, "Biarin Ara lampiasin emosinya."

"Aku bisa hancurin kalian semua kalo sesuatu buruk terjadi sama istri aku!!" Emosi Ara sudah membabi buta, Ara mencekik leher Viny tanpa mempedulikan siapa Viny di hidupnya dan apa kedudukan Viny di pekerjaannya. "Kamu harus tanggungjawab!!" Ara mengeratkan cekikannya, sementara Viny hanya diam, menatap Ara tanpa ekspresi hingga selang beberapa detik, kedua mata Viny nyaris tertutup sebelum akhirnya kesadaran Ara kembali, ia mendorong keras tubuh Viny sampai terbanting di meja.

ENIGMA [END]Where stories live. Discover now