4

5.5K 766 210
                                    

"Oh jadi tempat kerja Ara sama Vivi itu keren banget ya?" tanya Mira yang sedang video call bersama Fiony dan Chika.

"Kamu bisa nanya aku langsung." Vivi muncul dari arah kamar, berjalan mendekati Mira yang sedang berdiri menyiapkan sarapan untuknya. Vivi menyandarkan dagunya di bahu Mira, memandangi dua teman kekasihnya yang serupa dengan bidadari itu.

"Hallo kak Vivi." Fiony menyapa Vivi dengan melambaikan tangannya.

Vivi menjawabnya hanya dengan mengangkat kedua alisnya tanpa tersenyum sedikitpun.

"Hallo kak Vivi." Kali ini Chika yang menyapa.

Vivi mengangguk.

"Emang salah nyapa gunung es," gumam Chika sedikit kesal dengan respons Vivi. Dunia sedang tidak baik-baik saja jika orang secantik dirinya mendapat perlakuan sedingin itu.

"Siapa gunung es?" Ara yang baru saja bangun tidur langsung memeluk tubuh Chika dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu Chika dan memandang ke layar ponsel. "Lu ikut paguyuban dukun sekarang, Vi?"

Vivi menggeleng, melingkarkan sepasang tangannya di perut Mira agar ia bisa bersandar lebih nyaman lagi. Vivi ingin mengetahui apa yang biasanya mereka bicarakan sampai kemarin Ara bercerita bahwa mereka aneh.

"Perasaan tadi Vivi disapa deh, kok gue ngga?" tanya Ara.

"Gak mau sapa orang yang udah ngancurin ritual kita." Fiony memutar malas bola matanya. "Itu tuh namanya Closet Game, kita tuh pengen mastiin di rumah kalian gak ada han-" Fiony menggantungkan kalimat ketika sadar selama ia menjelaskan, Ara meledeknya dengan menggerakan bibir tak jelas. "Araaaaa ih!!"

"Apa apa? Dasar halu." Ara meleletkan lidahnya pada Fiony kemudian mengeratkan pelukannya. "Pasangan kamu mana Fio? Enak loh pelukan pagi-pagi."

Fiony hanya memasang wajah datar.

"Nanti ketemu kok pasangannya, siapa yang gak mau sama sahabat aku yang cantik." Chika menghibur Fiony dan diam-diam mencubit punggung tangan Ara agar tidak mengatakan sesuatu yang menyinggung.

"Parah banget sih lo Ara, awas ye ketemu gue jitak." Mira mengangkat spatula yang sedang ia genggam.

"Sini sini kalo berani wlee." Ara kembali meleletkan lidah, sengaja membuat kedua teman Chika itu kesal pagi-pagi.

"Liat deh temen kamu nyebelin." Mira menampar pelan pipi Vivi yang masih menempel di pipinya. Vivi masih bergeming, memandangi sahabat kekasihnya itu tanpa mengatakan apapun. Mira memperhatikan wajah Vivi yang terlihat di layar ponselnya dan bertanya, "Baik-baik aja 'kan? Ada yang dipikirin?"

"Aku jadi penasaran gimana cara Vivi pacaran," gumam Ara berbisik di telinga Chika. Sudah bertahun-tahun ia berkerja dengan Vivi, Vivi sulit sekali berbaur atau becanda, Ara bahkan tak menyangka ada orang yang mau jadi kekasih temannya itu.

"Kekuatan persenjataan militer Kremlin mengalami peningkatan pesat," jawab Vivi.

"Lah?" Ara menaikan sebelah alisnya. "Ngape lu bahas gituan? Coba deh bangun tidur tuh cium pipi pasangan lo terus bilang aku menemukan cahaya saat aku membuka kedua mata, awalnya aku pikir itu matahari ternyata kamu."

"Mereka berhasil menciptakan senjata rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile, namanya Kedr." Bukan mengikuti saran Ara, Vivi malah meneruskan ceritanya.

"Terus?" Mira yang sudah biasa dengan bahasan Vivi sehari-hari hanya bisa menanggapinya.

"Kerd itu dibuat sama Institut Teknologi Termal Moskow, berbahan bakar padat, generasi baru berbasis silo dan mobile. Rudal balistik antarbenua Yars 9 tahun lagi pensiun jadi mereka ciptain Kerd," jawab Vivi.

ENIGMA [END]Where stories live. Discover now