16 (END)

5.8K 703 259
                                    

"Fiony baru kenal kemarin sama Azizi." Mira berdiri, berjalan mendekati Viny. "Aku tau kamu gak suka sama kita tapi bukan berarti kamu bisa-"

"-Aku pernah minta rekaman di malam pertama ritual yang gagal itu?" Viny memotong kalimat Mira, mengangkat tangannya, tidak mengizinkan Mira membuka suara lagi. Viny memutar video yang ia dapatkan dari Mira beberapa hari yang lalu, di sana terlihat dengan jelas Azizi mendorong Fiony ke kasur dan menindihnya.

Kak Mira udah pulang, kita bisa makin bebas sekarang. Aku gak pernah bisa tahan liat tubuh kamu



Viny menghentikan video itu karena yang terjadi setelahnya hanyalah pertengkaran kecil antara Azizi dan Mira sebelum video itu terhenti. Viny menatap semua orang yang ada di ruangan ini, "Kita bisa makin bebas sekarang." Viny mengangkat kedua jarinya membentuk tanda petik lalu kembali melanjutkan kalimat. "Aku gak pernah bisa tahan liat tubuh kamu."

Azizi saling pandang dengan Fiony yang terlihat sangat panik, ia mengantup matanya, memberi isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja. Azizi kembali menatap Viny, menunggu sampai mana sejauh mana Viny mampu memperhatikan pergerakannya selama beberapa hari ini.

"Gak tahan sama gak pernah bisa tahan itu ada perbedaan, gak pernah bisa berarti ada usaha sebelumnya dan sudah pasti beberapa kali. Jika Azizi dan Fiony baru mengenal, kalimat yang keluar adalah gak tahan bukan gak pernah bisa tahan." Viny menatap Fiony, memperhatikan Fiony dari atas sampai bawah dan menghentikan pandangan pada cincin berlian yang Fiony pakai. "Cincin itu yang kamu pakai di malam pembunuhan Gito, kamu ada di club malam dan berada di kamar yang sama dengan Azizi. Kamu pake hoodie tapi kamu lupa menutupi tangan kamu."

Fiony tidak menjawab, ia hanya mengepalkan tangannya, menatap Viny begitu tajam tanpa memperdulikan tatapan dua sahabatnya yang masih tidak menyangka apa yang sudah ia lakukan.

"Aku mau tanya sama Chika." Viny beralih pada Chika. "Saat kamu datang ke kantor untuk kedua kalinya, kamu menonton penyelidikan ini 'kan dari kacamata aku?"

Chika mengangguk.

"Sebelumnya apa yang kamu ceritakan sama kedua teman kamu?" Viny menunjuk Fiony dan Mira menggunakan lasernya.

"Tempat kerja Ara keren karna mereka punya kamera di kacamata yang bisa merekam semua yang dilihat."

"Terus mereka tau setelahnya kamu pergi ke kantor aku?"

"Iya karna aku bilang aku mau sama Ara terus."

Viny menjentikan jarinya, semua kalimat Chika sesuai dengan apa yang sempat ia duga sebelumnya, "Setelah kamu cerita itu ke Fiony, Fiony langsung kasih tau Azizi kalo ada kamera di kacamata kita dan Azizi memutar otak gimana caranya melibatkan dukun di kasus ini, yaitu dengan menyimpan koper di atas lemari yang dia beri penyangga lembek sampai koper akan jatuh dengan sendirinya. Azizi tau jatuhnya koper itu akan dilihat Chika dari jauh dan Chika yang sangat percaya makhluk ghaib pasti mengira ada hal ghaib yang menjatuhkan koper itu, secara otomatis Chika mengundang dua temannya untuk menyelidiki kasus ini."

Fiony menunduk, mengeluarkan nafas panjangnya, bagaimana mungkin manusia biasa bisa menebak sesuatu dengan begitu sempurna? Terbuat dari apa otak Viny?

"Kamu pernah nanya 'kan kenapa aku mengulur waktu terlalu lama?" Viny menarik pandangannya pada Fiony yang dulu pernah begitu lantang mempertanyakannya. "Kamu jauh lebih tau bahwa pacar kamu itu menyimpan bukti secara bertahap. Dey mengatakan obat itu dia gunakan untuk seorang perempuan dan dia gak mau keluarganya tau, bagaimana mungkin dia gak sadar botol obat sebesar itu jatuh di ruang tengah jika tidak ada yang sengaja menjatuhkannya?"

Dey menggaruk tengkuknya, ia baru sadar tidak mungkin hal itu terjadi, kenapa ia baru sadar sekarang? Ah, bodoh sekali. Dey menatap Azizi yang masih diam, entah Azizi pasrah atau sedang berusaha merencanakan sesuatu.

ENIGMA [END]Where stories live. Discover now